Seringkali saya merasa mangkel dengan keberadaan kode verifikasi captcha setiap kali ingin login pada akun media sosial tertentu, membuat suatu akun, atau submit sesuatu di suatu platform. Meski memiliki fungsi menjaga keamanan data diri kita di internet, sejujurnya, keberadaannya sedikit merepotkan. Kita harus mencocokan ini dan itu seperti main tebak-tebakan, kadang ada gambar atau tulisan yang sulit dipahami, dan lain sebagainya.

Konon, setiap kode captcha dibuat sebegitu rumit agar akun bot yang biasanya disalahgunakan untuk mencuri data para pengguna internet tidak bisa menembusnya. Sebab, hampir bisa dipastikan akun bot akan kesulitan dalam membaca setiap kode captcha yang didesain sangat njlimet itu. Lah gimana, manusia aja kadang bingung kok lihat dan inputnya. Apalagi akun bot.

Hanya saja, seharusnya Google bisa lebih peka dalam menerapkan kode verifikasi tersebut. Boleh saja jika sengaja dirancang agar sulit sekali dipahami oleh akun bot untuk menjaga keamanan. Namun, jangan sampai menyusahkan para pengguna internet juga, sih. Meski bisa di-refresh, tetap membutuhkan waktu yang nggak sebentar, lho, untuk menelaah kombinasi angka dan kata yang muncul.

Setelah saya ingat kembali, melakukan refleksi, dan berdasarkan pengalaman yang sudah dilalui, setidaknya ada tiga alasan yang masih saling berhubungan, kenapa kode verifikasi captcha itu tergolong menyebalkan. Saya akan coba beri penjelasan satu per satu.

#1 Selalu ada potongan kecil yang tersisa dan berpotensi bikin overthinking

Haqulyakin, bukan hanya saya yang mengalami kejadian serupa. Hal ini sering kali terjadi saat kita melakukan verifikasi captcha berupa gambar. Biasanya, dari 9 kotak yang ada, kita diminta memilih gambar mana saja yang termasuk zebracross, lampu rambu lalu lintas, tiang pemadam api, dan lain sebagainya. Namun, pada prosesnya tidak semudah itu.

Nih, ya, selalu saja ada potongan kecil yang terselip di salah satu sudut kotak lain. Bikin overthinking pada waktu yang bersamaan. Ikut diklik atau diabaikan. Kalau salah, mau diklik atau nggak, nantinya kita diminta untuk memilih gambar lain yang, sering kali sama sulitnya juga.

Cu Pat Kai harus tahu, selain cinta, yang deritanya tiada akhir itu adalah saat para pengguna internet melakukan verifikasi captcha.

#2 Dibilang gampang tapi susah, dibilang susah tapi gampang

Menginput segala kode captcha atau memilih variasi gambarnya itu terbilang mudah. Bahkan, sangat mudah sekali. Namun, terkadang ada ragam kata atau angka yang sangat kecil sekaligus sulit dipahami. Huruf apa, angka berapa, kapital atau kecil, dan seterusnya, dan seterusnya. Mudah, tapi sulit. Sulit, tali sebetulnya mudah. Duh, gimana, ya.

Sekadar usul untuk Google. Coba pilih gambar yang lebih variatif dan populer gitu. Mungkin bisa pakai foto boyband atau girlband K-Pop. Foto anime juga bisa. Biar bisa meminimalisir mumet pada saat menyelesaikan kode captcha aja gitu. Atau kalau mau dibuat susah, susah aja sekalian. Misalnya saja, pilih 100 gambar yang sama dalam satu frame. Biar mumetnya nggak setengah-setengah. Mumet pol sekalian aja.

#3 Bikin para pengguna internet serasa lagi ujian plus ada remedial

Bukan tanpa alasan saya ingin sekali menegaskan hal ini. Jika kita keliru dalam memilih gambar atau memasukan kode captcha tertentu, pasti akan muncul kode lain. Dan ini akan terus berulang hingga kita berhasil 100% menerka dengan benar sesuai dengan kode yang ditentukan. Ujian bukan, tapi kok harus sempurna gitu, lho. Ada remedialnya segala lagi. Nggak tanggung-tanggung, pokoknya wajib, kudu, harus sampai betul.

Kalau memang demikian, seharusnya adakan kisi-kisinya juga, dong, Google. Biar para pengguna atau yang mau mengisi kode captcha bisa belajar lebih giat lagi dan meminimalisir kekeliruan. Capek lho, mencari celah yang benar dari kode captcha. Butuh perjuangan dan ketelitian secara maksimal. Pada titik yang paling ekstrim, bahkan seseorang sampai harus mengerenyitkan dahi dan mempertajam pandangan biar bisa nebak. Gambar, kata, atau angka berapa lagi yang nantinya akan keluar. Hadeeeh.

Sumber gambar: www.blackxperience.com

Penyunting: Halimah