Selama tiga tahun bekerja sebagai recruiter sampai dengan saat ini, saya kerap kali mengalami kejadian unik. Salah satunya adalah ketika proses wawancara kandidat dengan segala tingkah lakunya. Mulai dari yang antusias karena terlihat sangat ingin segera bekerja, sampai dengan kandidat yang ada-ada aja gitu. Beberapa kejadian di luar dugaan pun sudah biasa saya alami. Salah satunya, pertanyaan yang diajukan oleh para pelamar kerja selama proses wawancara berlangsung.

Serius. Ada beberapa pertanyaan di luar dugaan yang pernah saya terima. Ada yang mudah, ada yang sulit. Dan mau tidak mau, saya tetap harus menjawab pertanyaan tersebut. Jika tidak, saya bisa kehilangan muka di depan kandidat atau jadi bahan pembicaraan di jagat internet.

Berikut beberapa pertanyaan yang saya maksud, dan membuat dahi saya mengerucut dalam. Sedalam palung mariana.

“Kita nanti kerjanya di lantai 18, Pak?”

Kantor saya, bertempat di salah satu gedung yang cukup tinggi di kawasan Jakarta Selatan. Total ada 25 lantai. Dan saya, bekerja di lantai 18. Lantai yang terbilang cukup tinggi bagi sebagian orang. Saya pernah bertemu dua kandidat yang bertanya sekaligus memastikan, apakah betul nanti akan bekerja di lantai 18.

Kandidat pertama: antusias dan bangga.

Setelah seorang kandidat bertanya dan mendapat jawaban dari saya bahwa, betul ia akan bekerja di gedung yang tinggi dan di lantai 18, tiba-tiba saja kandidat tersebut antusias dan berkata,

“Wah, saya senang sekali, Pak, kalau bisa bekerja di gedung perkantoran di lantai 18. Suatu kebanggaan tersendiri buat saya. Ibu dan Bapak saya di kampung pasti bangga, Pak.”

Asli. Saya antara terharu, dan… takjub sendiri. Saya juga tiba-tiba tersadar, tiap orang punya kadar bangga dan bahagianya masing-masing.

Kandidat kedua: takut bekerja di lantai 18.

Lain kandidat, lain pula respon mereka ketika tahu akan bekerja di gedung tinggi, tepatnya di lantai 18. Kandidat kedua yang saya temui justru kaget ketika akan bekerja di lantai 18.

“Hah? Beneran saya bakalan kerja di lantai ini (lantai 18), Pak?” tanya kandidat.

“Betul, Mba. Ada apa, ya?” saya segera merespon.

“Maaf, Pak. Saya boleh di lantai 1 aja, nggak? Soalnya saya takut ketinggian, Pak.” Jawab kandidat dengan nada berharap.

“…..”

Nganu, Mba. Saya bukannya nggak mengizinkan atau nggak bolehin kerja di lantai 1, tapi, lantai itu ruang kerjanya perusahaan lain.

“Kalau nggak punya kenalan orang dalam, saya tetap bisa kerja di kantor ini nggak, Pak?”

Ini pertanyaan nyeleneh yang agak nganu gimana gitu. Cukup berisiko dan menimbulkan masalah.

Maksud saya, pertanyaan yang seperti ini apa nggak bisa ditahan dalam hati aja gitu? Untuk diri sendiri saja. Karena jika tanpa bukti, pertanyaan seperti itu cenderung tendensius. Secara tidak langsung, menganggap bahwa perusahaan tempat ia mengikuti proses wawancara kerja melakukan praktik nepotisme.

Saran saya, jangan menanyakan hal ini kepada HRD di mana pun. Pokoknya, jangan. Masih banyak pertanyaan lain yang bisa kalian, para pelamar kerja, tanyakan dan membuat saya juga HRD lain terkesima akan rasa penasaran kalian melalui kalimat tanya yang diajukan. Janji, ya? :’(

“Pak, boleh nggak, sih, saya langsung kerja aja, nggak usah ikut psikotes atau tes lainnya? Saya capek gagal terus, Pak. Pengin langsung kerja aja.”

Saya tahu, proses seleksi karyawan itu tidak mudah, terkadang sulit, sering kali bikin capek. Tapi, beberapa proses memang harus diikuti oleh para pelamar kerja, sesuai dengan peraturan perusahaan yang berlaku. Suka tidak suka, mau tidak mau, harus dilakukan.

Dibanding mengeluh dan bertanya mengenai beberapa hal yang memberi kesan bahwa kalian menyerah sebelum mengikuti serangkaian proses, akan lebih baik jika bertanya seperti ini,

“Maaf, Pak/Bu. Boleh saya tahu, ada berapa step lagi yang harus saya ikuti, jika saya lolos review tahap awal?”

Pertanyaan tersebut lebih menunjukkan rasa optimis, antusias, dan kesiapan pelamar kerja dalam mengikuti serangkaian proses berikutnya. Dan tentu saja ini akan menjadi nilai tambah bagi para HRD. Barangkali, seiring dengan hal tersebut, peluang kalian diterima kerja akan lebih tinggi.