Kos-kosan yang berupa sekotak kamar sejatinya tak hanya sebagai tempat individu untuk makan, minum, eek dan tidur saja di kota orang, terutama bagi para petualang nasib dan masa depan: mahasiswa. Tapi kadang kos-kosan bertranformasi secara makna dari tempat yang individual untuk menjadi tempat kolektif: basecamp, begitulah orang-orang menyebutnya.

Di basecamp inilah berjubel kegiatan dari diskusi, mengerjakan tugas, sambat, mabar, rasan-rasan hingga kegiatan nir-faedah lainnya. Pemilihan basecamp ini cukup random, selain itu kadang butuh waktu dan seleksi alam sebelum kos-kosan ditetapkan sebagai basecamp teman kelas, se-daerah atau se-lingkaran pertemanan lainnya. Berangkat dari perjalanan, pengalaman dan pengamatan, saya berusaha mengumpulkan ciri-ciri kos-kosan yang biasa dijadikan sebagai basecamp.  Seperti berikut:

1. Dekat kampus

Dekat kampus, sebuah alasan sederhana mengapa kos tipe ini bisa jadi base camp, sangat efisien waktu baik saat berangkat dan pulang sebagai tempat transit anak nge-laju (motoran pulang-pergi) atau transit anak kos lain, hingga untuk sekadar sebagai tempat leyeh-leyeh saat jeda matkul. Jelas sangat mengurangi risiko absen saat jam matkul dosen killer dengan peraturan waktu ketatnya, heuheu.

2. Lokasinya strategis

Lokasi strategis tak selalu dekat kampus, strategis di sini dalam artian lokasinya dekat dengan tempat umum seperti hiburan, kuliner, atau dekat jalan raya dll. Karena kehidupan mahasiswa tak melulu tentang kelas dan kuliah, apalagi bagi mahasiswa kupu-kupu yang nggak sering-sering amat ada acara ke kampus.  Sebagian dari mereka bisa dan biasa melanjutkan kehidupan jauh dari kampus, dan tipe-tipe mahasiswa seperti ini biasanya bakal memilih kos-kosan salah satu teman sebagai kos kolektif yang tak perlu dekat dengan kampus, yang penting nyari apa-apa (lainnya) deket.

3. Tempat luas

Mau ukuran kamar 2×3 meter pun sebenarnya bisa jika dipaksa, tapi semakin luas kamar kos maka besar kemungkinan dijadikan basecamp. Terutama jika kosan tersebut juga menyediakan ruang tamu, teras dan loteng yang luas, yang jelas demi kenyamanan ketika berjubel.

4. Fasilitas penunjang

Salah satu fasilitas penunjang yang paling dicari itu saat ini seperti WiFi, apalagi di zaman game online dengan mabarnya menjadi tuntutan sunah ketika ngumpul, pun tuntutan lainnya seperti hiburan dan tugas-tugas yang membutuhkan kuota internet yang tak sedikit. Lebih lagi jika ditambah fasilitas lain seperti: PS, TV dll.

5. Peraturan yang dibuat

Seolah percuma jika semua kriteria di atas terpenuhi, kalau terganjal regulasi si pemilik kos-kosan itu sendiri. Ya, mau bagaimana lagi, namanya juga nyewa. Di mana kosan disewa, di situlah langit dijunjung, kan begitu, ya? Contoh peraturan yang sering mengagalkan tersebut biasanya seperti maksimal batas tamu hingga batas waktu tamu, dan yang lebih kejam lagi ada pelarangan tamu. Apakah ada? Ya, ada.

Dan kos-kosan yang baik untuk dijadikan basecamp adalah kos-kosan dengan peraturan biasa-biasa saja, apalagi jika si pemilik kosnya sendiri welcome terhadap pengunjung-pengunjung, bahkan kadang dirangkul bak anak kos sendiri.

6. Penghuninya

Yang sama pentingnya dengan tidak adanya peraturan pemilik kos yang mengikat adalah tidak adanya keberatan dari si penghuni alias si penyewa kos. Biasanya kos yang sering dijadikan basecamp dihuni oleh penghuni-penghuni yang baik bak malaikat, mereka mempersilakan orang-orang yang baru ia kenal untuk berkunjung.

Karena percayalah, kos-kosan yang sering dijadikan basecamp dimulai dari ajakan “Jangan langsung balik, nanti mampir main kosku aja.” Karena, senyaman-nyamannya kenyamanan kos-kosan bisa dijadikan basecamp bukan hanya perkara bangunanya, tapi juga ketika si penghuni dan tamu merasa saling nyaman.