Remaja menjadi usia dimana ia akan sangat mudah terpengaruh baik dengan hal positif maupun negatif. Usia remaja bisa dikatakan usia untuk mencoba sesuatu yang baru. Sebagai contoh jika lelaki remaja tinggal di lingkungan dimana orang dewasa sering merokok saat malam hari, maka seorang remaja jika rasa penasarannya tinggi kemungkinan akan mencoba untuk merokok sebagaimana apa yang dilihatnya. Oleh karena itu, di titik usia remaja itulah sangat penting bagi seorang remaja untuk selektif terhadap pergaulan, pertemanan, dan lingkungannya. 

Peran pendidikan juga sangat penting, pendidikan nilai moral perlu ditanamkan bahkan sejak usia dini. Tidak hanya di lembaga formal seperti sekolah, peran keluarga juga sangat penting dalam menentukan pergaulan remaja. Keluarga diharapkan dapat memberikan pendidikan moral seperti penanaman nilai agama (pembinaan aqidah), penanaman nilai akhlak sejak dini seperti cara berbicara, berpakaian, memilih teman, dan akhlak terpuji lainnya. Orang tua juga perlu untuk melihat kondisi lingkungan dan sosial remaja yang berkaitan dengan siapa anak bergaul dan menghabiskan waktu. Hal ini relevan dengan ajaran dalam agama islam. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

“Seseorang tergantung pada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang dia jadikan sebagai teman dekat.” Hal tersebut seakan mengingatkan kita untuk berteman dengan orang yang baik dan shalih yang akan membuat kita menjadi shalih pula. Begitu sebaliknya, jika kita berteman dengan orang yang buruk maka kita akan ikut menjadi orang yang buruk. 

Perlu adanya pengawasan dan batasan pergaulan dari orang tua untuk anaknya. Pengawasan yang dimaksud tidak untuk mengekang anak yang memperburuk kondisi psikologisnya. Perlu adanya arahan dan nasehat atas tindakan-tindakan dari anak. sebagai makhluk yang telah diberi titipan oleh Allah SWT, orang tua hendaknya memiliki beberapa sifat seperti pengetahuan agama yang baik, berwawasan luas, berjiwa pemimpin, dan memiliki rasa kasih, cinta dan perhatian. Sifat tersebut mampu menjadikan keluarga hidup dengan damai sehingga anak akan jauh dari pergaulan yang mengarah kepada hal negatif.

Beberapa hadits yang menjelaskan perumpamaan teman, yakni hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim No. 4762 pada para syarah Shahih Muslim sebagai berikut:

“Sesungguhnya perumpamaan teman dekat yang baik dan teman dekat yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Seorang penjual minyak wangi terkadang mengoleskan wanginya kepada kamu dan terkadang kamu membelinya sebagian atau kamu dapat mencium semerbak harumnya minyak wangi itu. Sementara tukang pandai besi adakalanya ia membakar pakaian kamu ataupun kamu akan mencium baunya yang tidak sedap.”

Selain itu juga terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari No. 5018 pada fathul bari sebagai berikut:

“Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapatkan bau wanginya sedangkan pandai besi hanya akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan bau tidak sedapnya.”

Berdasarkan uraian hadits tersebut menjelaskan mengenai perumpamaan tukang pandai besi dan penjual minyak wangi. Keduanya sama-sama menghasilkan produk namun dari segi lain memberikan makna yang berbeda. Minyak wangi merupakan hal yang positif yang mana jika berteman setidaknya akan mendapatkan aroma wangi minyak. Sedangkan keberadaan tukang pandai besi identik dengan tempat panas, percikan api, dan cucuran keringat. Jika berteman dengan hal tersebut tentu akan menjadikan sensasi rasa terbakar.

Hadits tersebut jelas menerangkan bahwa Rasulullah menganjurkan untuk berteman dengan orang shalih, melalui perumpamaan yang telah dipaparkan sebelumnya. Teman yang baik tentu akan memberikan contoh dan dukungan dengan hal yang positif, akhlak yang terpuji, ilmu dan kecerdasannya tanpa memintanya. Teman yang baik juga akan memberi nasihat, saran, dan bimbingan yang diberikannya. Oleh karena itu, dalam memilih teman atau sahabat gunakan sikap sebagai berikut:

  1. Mencari teman yang memenuhi syarat menurut agama islam
  2. Penuhilah kewajiban dalam persahabatan karena pengaruh dalam pertemanan akan berdampak sangat besar bagi kehidupan. Pergaulan dengan siapapun, baik orang shalih atau jahat, tetaplah memberi pengaruh positif dan baik. Meskipun pengaruh tersebut tidak terjadi secara langsung, melainkan bertahap.

Editor: Ciqa

Gambar: pexels