Buang air kecil bukanlah hal baru, tapi tidak semua orang mendapatkan pembelajaran tentang bagaimana buang air kecil yang benar. Bahkan, salah posisi saat buang air kecil dapat menyebabkan penyakit yang serius. Hal ini tentu tidak boleh disepelekan terlebih lagi menyangkut kesehatan dan kebersihan. Bila hal ini terjadi pada seekor hewan, tentu saja manusia berusaha untuk dapat memaklumi. Namun, bila ini terjadi pada manusia, maka hewan akan diam saja. Bukan karena kurang cerdas, tapi bagi mereka bisa jadi kalian sudah dianggap seperti saudara sendiri. Buang air kecil tidak akan menjadi masalah bila berada pada tempat dan kondisi sebagaimana mestinya, namun bisa jadi masalah bila buang air kecil sembarangan.

Berbicara mengenai buang air kecil sembarangan tentu dapat menjadi hal yang biasa di beberapa negara. Mengapa demikian? Sebab kegiatan tersebut sudah sering dilakukan dan sudah dipahami sebagai bentuk kebiasaan. India adalah salah satu contohnya. Pemerintah India saat ini gencar menerapkan beragam ide untuk mencegah rakyatnya kencing sembarangan mulai dari melakukan razia, membayar warga supaya mau buang air kecil di toilet, hingga memasang cermin besar di sudut kota. Tentu pendisiplinan semacam ini perlu dilakukan sebab tak kalah penting dari mengatur lalu lintas. Bila rakyat mampu menjaga kebersihan lingkungan secara mandiri, maka kesehatan rakyat juga dapat dijamin dan terjaga.

Sebenarnya di Indonesia sendiri, seseorang yang buang air kecil sembarangan juga sering dijumpai. Apalagi saat melalui perjalanan yang sangat jauh, penumpang maupun sopir yang kebelet cukup dengan santai menghentikan kendaraannya di pinggir jalan dan buang air kecil berdiri. Padahal tidak sulit untuk mencari tempat ibadah ataupun SPBU untuk menumpang kamar mandi. Entah karena tidak tahu bahwa kamar mandi sudah banyak atau yang penting buang saja. Kemalasan masyarakat ini menjadi aktivitas apik yang membuat keadaan ini semakin berlarut. Buang air kecil berdiri sering disamakan dengan hewan yang penting dapat kencing, tidak malu seterbuka apapun tempat itu sendiri.

Posisi Buang Air Kecil dari Sisi Kesehatan

Analogikanlah pada sebuah kantong, ginjal yang terisi penuh dengan air urin akan lebih mudah keluar dalam posisi jongkok. Mengapa demikian? Sebab dalam posisi jongkok ginjal akan terjepit dan mengeluarkan air urin secara maksimal. Sehingga sepenuhnya dapat keluar hingga tuntas alias tidak tersisa sama sekali. Berbeda dengan buang air kecil dengan posisi berdiri, kemungkinan besar sisa urin masih tertinggal. Hal inilah yang dapat menyebabkan munculnya penyakit seperti infeksi kandung kemih dan prostat. Itulah mengapa membuang air kecil dengan posisi berdiri sangat tidak dianjurkan. Selain itu, kebersihan juga menjadi faktor mengapa hal tersebut tidak disarankan. Buang air kecil dengan posisi berdiri membuat air urin yang keluar muncrat dan mengenai pakaian seseorang. Baunya pun sangatlah menyengat sehingga menyebabkan polusi bagi orang lain yang melewati tempat tersebut. Tentu saja berbagai bakteri buruk akan tumbuh dan berkembang biak di sana.

Oleh karena itu, utamanya bagi kaum laki-laki yang cenderung buang air kecil dengan posisi berdiri karena lebih gampang. Yakin masih akan membuang air kecil berdiri? Perhatikan dampak buruknya bagi kesehatan terlebih bila sudah menjadi kebiasaan. Anjuran pipis jongkok tidak hanya berlaku bagi wanita saja karena kesehatan dimiliki oleh semua orang tidak terkecuali. Orang-orang barat sekarang mulai menyadari hal ini. Bahkan di Jerman diproduksi sebuah jenis kloset yang diberi nama WC Gosht. Kloset tersebut merupakan teknologi toilet speaker yang mengingatkan seseorang untuk membuang air kecil dengan posisi berjongkok. Bagaimana dengan orang Indonesia? Sepertinya dibuatkan alat semacam ini pun tidak akan dibeli, sebab harganya yang mahal dan tentunya lebih murah membayar toilet seharga dua ribu. 

.

Sebagaimana kewajiban menaati peraturan lalu lintas dalam memakai helm yang seharusnya tidak menunggu ditilang, begitu pula dengan hal ini yang sejatinya demi keselamatan masyarakat itu sendiri. Titik utama perubahan ada pada pola pikir masyarakat Indonesia sendiri, untuk tetap atau berubah menjadi lebih baik lagi. Pola pikir untuk selalu menjaga kesehatan dan kebersihan patutnya diterima seseorang sejak dini sebagai bekal menjadi bagian dari masyarakat. Hingga saat ini sanitasi masyarakat masih menjadi tugas pemerintah Indonesia.