Pekan ini kita dibuat tertawa oleh tuntutan Jaksa terhadap kasus Novel Baswedan. Bagaimana tidak, dengan alasan pelaku “tidak sengaja”, Jaksa menuntut hukuman hanya satu tahun penjara.

Merespon hal ini, muncullah Bintang Emon sebagai Dewan Perwakilan Omel-Omel (DPO) mewakili keresahan warganet +62 atas tuntutan Jaksa yang sulit diterima akal sehat. Video yang dibuat Bintang laksana ‘bintang jatuh’. Boom! Viral! Sampai tulisan ini dimuat, video tersebut telah ditonton lebih dari 4,5 juta kali.

Tak lama kemudian muncullah beberapa akun Twitter yang menuduh Bintang sebagai pengguna narkoba. Bahkan dari hari Minggu (14/6) sampai Senin (15/6) siang Bintang Emon jadi trending di Twitter. Semua kalangan mendukung Bintang mulai dari artis sampai fan KPOP. Tuduhan itu terbantahkan Senin malam (15/6) saat Bintang mengunggah surat keterangan dari rumah sakit bahwa ia negatif narkoboy, eh narkoba.

Apakah ceritanya selesai? Ohh tentu saja tidak… Selasa siang (16/6) nama Charlie Wijaya mencuat sebab melalui unggahan di akun Instragamnya—sudah dihapus—melaporkan Bintang ke Kominfo. Hal ini kemudian menjadi perkara tersendiri terutama setelah ada partai politik yang dicatut namanya.

Gaduhnya Internet

Kegaduhan di media sosial semacam ini bukanlah hal baru bagi warganet +62. Berbagai genre dibahas mulai dari sosial politik seperti ini, drama romantik, sampai hal remeh-temeh. Aku sebagai nitijen rasa-rasanya terlalu mudah tersulut emosi menanggapi berbagai berita yang ada (aku yakin, kamu juga hehe). Auto inget lagu BCL “…kuingin marah, melampiaskan, tapi kuhanyalah sendiri disini.”

Alih-alih ingin marah, akhirnya yang bisa dilakuin hanya ngetawain dan jadi bahan pembicaraan di lingkungan pertemanan aja. Semakin kesini semakin menyadari kalau, makin banyak informasi yang didapat, makin pusing kepala. Terlebih informasi yang menyulut emosi seperti di atas. Hmmm… mungkin yang bisa kita lakukan sebagai nitijen adalah mengendalikan diri dari emosi per-medsos-an. Jangan sampai berita yang berseliweran di media sosial buat kita jadi tambah stress.

Filsafat Stoik

Caranya gimana? Kebetulan banget, aku lagi belajar tentang filsafat stoik. Salah satu ajaran di aliran filsafat ini adalah nggak memperumit sebuah masalah (dalam hal ini berita viral di media sosial). Kenapa berita viral jadi masalah? Ya karena berita, kita bisa aja marah-marah sendiri, sebel sendiri, bahkan ada yang berantem di media sosial. Jadi caranya biar kita nggak mudah tersulut emosi di media sosial adalah menerapkan STAR (Stop, Think & Asses, Respond).

Stop, berhenti dulu kalo kita mau marah, jangan berlarut-larut.

Think & Asses, mulai berpikir yang rasional, dan menilai. Tanya ke diri sendiri, “Penting banget nggak ya aku ngeladenin si A di media sosial yang udah buat aku emosi?”, “Sebelku bisa dilanjutin nggak ya? Kalo iya, aku bisa dapet apa dari rasa sebel ini?”, begitu terus tanya ke diri sendiri.

Setelah itu, baru memberikan respon kita terhadap kegaduhan di media sosial. Karena respon udah dipikirin baik-baik, otomatis kita nggak terbawa emosi yang berlarut.

Bagiku, cara ini lumayan nggak membawaku terlalu memikirkan kejadian yang menyebalkan. Aku jauh lebih santuy dalam menanggapi kegaduhan di media sosial. Paling-paling nge-repost beritanya, mencoba untuk berpikir secara rasional, dan akhirnya menertawakan.

Kalo kata Henry Manampiring di buku Filosofi Teras, “…pada dasarnya semua emosi dipicu oleh penilaian, opini, persepsi kita”.

Penulis: Ririn Desriani

Penyunting: Aunillah Ahmad