Menurut pendapat saya yang sudah pernah merasakan merantau ke Ibukota, jauh lebih enak hidup di tempat atau di desa sendiri. Dari segi fasilitas, lebih enak di ibukota karena serba komplit. Tak perlu khawatir tidak ada sinyal sehingga harus naik atau memanjat ke atas pohon sebagaimana yang dialami oleh orang desa kebanyakan. Lah wong iya, namanya juga ibukota, kalau fasilitas tidak lengkap bukan ibukota namanya.

Karakteristik Orang Desa

Secara fasilitas, desa memang kalah jauh dari kota. Namun, ada satu hal yang membuat desa itu berbeda dengan kota, yaitu manusianya. Kalau di kota, terutama di kota besar, sangat sulit ditemukan anak kecil yang mengaji di mushola setiap habis sholat Maghrib. Maka, di desa dengan mudah hal tersebut ditemui.

Di samping itu, rasa empati masyarakat di desa itu jauh lebih tinggi. Bahkan, meskipun seorang tetangga sering kali bertengkar, tetapi tetap akan saling menjenguk ketika salah satu di antara mereka ada yang sakit, dan tetap berbagi makanan jika ada hajatan. Sering kali antara tetangga satu dengan lainnya sering berkonflik atau menggunjing, tetapi itu tidak akan lama. Ibaratnya seperti anak kecil yang sedang bertengkar di pagi hari, kemudian sorenya main bareng lagi.

Selain itu, orang di desa juga pandai bersyukur, meskipun di tengah keterbatasan, baik itu infrastruktur, fasilitas kesehatan, dan pendidikan. Mereka tidak pernah mengeluh dan senantiasa menghadapi kehidupan ini dengan penuh keikhlasan dan rasa syukur terhadap Sang Pencipta.

Orang desa juga tidak peduli dengan politik, siapa pun yang menjadi bupati, gubernur, presiden, ataupun anggota DPR. Hal tersebut tidak menjadi persoalan. Toh, siapa pun yang memimpin negeri ini, rakyat tetap harus mencari nafkah sendiri, makan sendiri, memenuhi kebutuhan sendiri. Pemangku kebijakan tidak peduli dengan hal tersebut. Para masyarakat desa, sadar betul bahwa para politisi hanya ingat mereka setiap lima tahun sekali.

Orang desa juga memiliki sifat ikhlas, mereka menerima nasib dengan ikhlas, menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan. Banyak orang-orang desa berpikiran bahwa lebih baik hidup susah di dunia daripada harus hidup susah di akhirat. Hidup di dunia itu sementara, tetapi hidup di akhirat itu abadi. Sehingga banyak orang desa yang memiliki religiusitas yang tinggi.

Editor: Nirwansyah

Gambar: Pelangi Blog