Saya baru dikaruniai seorang anak laki-laki di bulan November tahun lalu, sekarang sudah sekitar umur 6 bulan. Sepanjang usia dia terus berjalan, ternyata banyak hal yang dapat kita jadikan bahan belajar dari seorang bayi. Walau bayi saya bukan bayi Isa yang bisa bicara ketika bayi, boro-boro bicara, oek-oek bahasa normal bayi pun belum ahli.

Walau bayi saya bukan bayi Musa, yang sejak bayi sudah merasakan sensasi aliran sungai Nil, masih sebatas mandi menggunakan bak mandi hadiah lahiran, kiranya hal ini tetap bisa dijadikan pelajaran untuk kita semua. Beberapa diantaranya adalah:

Menangisi Hal Penting, Menertawakan Semua Hal

Seorang bayi selalu jujur dengan apa yang sedang dia rasakan. Dia akan menangis ketika sedang merasakan lapar, merasa tidak enak badan, buang air, bahkan juga ketika mengantuk. Cara membedakannya adalah dengan mengenali model suara tangisannya, sehingga orang tua dapat menerjemahkan tangisan bayi dan segera memberikan sesuai apa yang diinginkan bayi. Misal menangis ketika lapar, bayi akan menangis seperti terputus-putus dan diselingi dengan kode batuk-batuk kecil, solusinya adalah segera berikan ke bundanya untuk disusui.

Selanjutnya menangis ketika tidak enak badan, bayi akan menangis dengan suara panjang dan menyayat hati bagi yang mendengarnya. Solusinya bisa diberikan minyak telon, pijat-pijat ringan di badan. Berbeda dengan dua model nangis sebelumnya, nangis ketika buang air lumayan unik, karena bayi nangis tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan, sedang-sedang saja, butuh keahlian untuk mengenali tinggi-rendah suaranya.

Misal tidak memiliki kepekaan suara, bisa dibantu dengan indra penciuman. Solusi untuk mengatasi nangis ini, segera ganti popoknya. Terakhir adalah nangis ketika mengantuk, nangisnya yang dikeluarkan tidak beraturan, dan sedikit meronta-ronta. Solusinya adalah segera tidurkan, bisa dengan gendongan dan ditambahkan menyanyikan lagu tidur.

Selain menangis, bayi juga menunjukkan perasaannya dengan tertawa. Namun mengartikan tawa seorang bayi tidak sama dengan menerjemahkan tangis bayi, sebab bayi tertawa untuk semua hal. Mulai dari hal normal, karena geli digelitik dan main permainan cilukba, sampai hal yang absurd seperti tertawa karena melihat dirinya di cermin dan karena mendengar suara tertawanya sendiri.

Berjuang dengan Maksimal

Pada hari bayi saya lahir, dia tidak menangis, karena sesaat sebelum dia lahir menghirup fesesnya dan masuk ke paru-paru. Belum sempat digendong bundanya kemudian harus dirawat di ruang khusus RS selama 24 hari. Dokter yang merawat mengatakan bayi bisa sembuh dari dua faktor, faktor orang tua melalui perantara ASI dan faktor kekuatan bayi itu sendiri.

Saat itu sebagai suami, saya merasakan sedih karena tidak berada di dua faktor itu. Selama 24 hari, sudah tidak terhitung berapa jarum yang menusuk badan bayi, berapa obat kimia yang dikonsumsi, syukur bisa bertahan sampai diperbolehkan pulang.

Jika berbicara mengenai semangat pantang menyerah dari orang dewasa bisa dijelaskan, karena adanya motivasi, baik motivasi agama atau motivasi psikis. Namun pantang menyerah bayi bukan sesuatu yang bisa dijelaskan, apa yang menjadi alasan bayi bisa bertahan, ketika pengetahuannya tentang dunia belum ada, pemahaman tentang agama belum dimiliki.

Satu hal yang bisa disimpulkan mengenai sifat pantang menyerah bayi adalah murni karena dorongan alam bawah sadar untuk bertahan hidup.

Berbagi Kebahagiaan

Senyum terindah yang perlu kalian ketahui adalah: pertama, senyum orangtua yang bangga melihat pencapaian anaknya. Kedua, senyum dari seorang bayi. Apa yang membuat senyum keduanya begitu indah?Karena senyum itu dilakukan dengan tulus ikhlas yang datang dari hati.

Berbeda dengan senyuman dari orang tertentu yang dapat membuat ketakutan dan menjadikan perasaan tidak nyaman, seperti senyum teman yang ada maunya, senyum laki-laki yang ingin melecehkan, senyum orang pintar yang meremehkan. Sedangkan jika kita melihat senyum bayi akan memberikan kita rasa bahagia, melupakan sejenak masalah hidup, meredam amarah dan mengobati kesedihan yang sudah lama terpendam.

Tidak ada sesuatu yang diharapkan si bayi dari kita, sehingga senyum yang diberikan oleh bayi mengena di perasaan kita yang paling dalam, sebab tidak terhalang rasa curiga apalagi ketakutan.

Tiga bahan untuk belajar dari seorang bayi; (1) Menangisi hal penting, menertawakan semua hal, (2) Berjuang dengan maksimal, (3) Berbagi kebahagiaan. Semoga bermanfaat.

Editor: Nabhan