Meski kini zaman telah berkembang, dan ilmu parenting sudah semakin mudah untuk didapatkan. Faktanya masih banyak yang memiliki generasi saat ini yang memiliki orang tua yang otoriter, atau lebih dikenal dengan istilah strict parent. Dikutip dari laman parenting for brain.com, ciri-ciri strict parent  utamanya ialah suka mengontrol semua aspek kehidupan sang anak. Akibatnya, anak akan hidup dalam tekanan dan dampaknya dalam jangka panjang ialah akan sulit mengendalikan emosi.

Orang tua yang menerapkan pola asuh seperti ini umumnya menaruh harapan yang terlalu tinggi terhadap anak. Mereka memiliki ketakutan akan kegagalan yang dialaminya di masa lalu yang kemudian dialami pula oleh sang anak. Padahal setiap anak memiliki potensi dan impiannya yang bisa saja berkebalikan dengan harapan orang tua.

Apalagi di masa perkembangan teknologi yang pesat seperti saat ini. Kekhawatiran orang tua tentu menjadi semakin beralasan akan perkembangan anak yang berpotensi terimbas pengaruh buruk dengan meniru perilaku yang keluar dari norma seharusnya. Hidup dalam pola asuh orangtua yag otoriter memang tidaklah mudah dan nyaman. Pergulatan emosi terkadang membuat sikap anak ingin memberontak terhadap perilaku orang tua yang hanya berdasarkan persepsi mereka. Namun, tidak memahami psikologis sang anak.

Sebagai anak yang lahir dari orang tua strict parent. Ada beberapa hal yang saya alami dan tentunya baru di usia dewasa saya bisa mengatasinya, diantaranya sebagai berikut:

Merantaulah dan Beri Mereka Kepercayaan

Situasi memiliki orang tua yag serba menjaga mungkin terasa tak nyaman. Ketika kamu merantau, kedua belah pihak akan mengalami hal yang sebenarnya saling merindukan. Sebagai anak kamu akan merasa “Oh, ternyata ini alasannya mengapa orang tua bergitu menjaga?” Sedangkan orang tua pasti akan merasakan kekhawatiran yang besar mengingat sang anak akan hidup jauh dari pantauan mereka.

Keputusan merantau tak semata bermaksud manjauh. Ada kalanya dalam hidup beberapa hal terjadi di luar kendali kita dan harus memiliki keputusan yang tegas. Merantau memberikan arti bahwa tanpa pengawasan mereka, kamu bisa berkembang dengan baik.

Mengalah Bukanlah Solusi 

Ada kalanya ketika saling berdebat, sang anak mayoritas akan mengalah. Sikap seperti ini yang menyebabkan orang tua menjadi egois. Karena menurut pemahaman mereka, asumsinya selalau benar. Bagaimana sikap kita sebagai anak? Tetap kontrol emosi dalam mengahadapi perdebatan orang tua. Jika argumen kita bisa dipertaggung jawabkan, maka kita bisa memenangkan hati orang tua. Jangan menjustifikasi bahwa mereka keras kepala. Jika memang tidak menemukan titik temu, bicarakan di lain waktu yang pas agar berkomunikasi dari hati ke hati.

Berkomunikasi dengan Hal yang Orang Tua Gemari 

Ini sangat penting untuk menyampaikan hal yang menurut mereka baik. Langkah ini bisa menjadi alternatif agar obrolan yang kita lakukan bisa sedikit meredam emosi. Contohnya ketika orang tua menginginkan kamu masuk jurusan pendidikan. Namun, kamu lebih memilih jurusan ekonomi. Yakinkan dengan jurusan tersebut kamu bisa membantu dalam bisnisnya nanti! 

Perbedaan orang tua yang tegas dan otoriter terletak pada sikapnya yang tidak mau menghargai keputusan sang anak. Mereka secara otoriter harus bisa membentuk sang anak sesuai dengan keinginannya. Ini merupakan pencapaian yang besar. Namun, ketika sang anak suatu saat membangkang, maka ia akan merasakan kegagalan dan kesedihan yang luar biasa. Padahal hal tersebut merupakan pemikirannya yang sebenarnya toxic dalam jangka waktu yang lama pada kehidupan sang anak. 

Ketika kita tumbuh dalam lingkungan pola asuh orangtua yang tergolong ketat, kelak kita akan belajar bahwa pola asuh tersebut tidak selamanya baik. Berusaha semaksimal mungkin tidak menerapkan pola asuh yang sama ketika kita menerapkan parenting bagi anak kita nantinya di masa depan.

Editor : Faiz

Gambar