“Anda tidak bisa mendeteksi buzzer itu disuruh oleh Presiden, disuruh oleh Menteri, tetapi fakta adanya buzzer menunjukkan ada yang piara.”Rocky Gerung

Inilah sepenggal kalimat dari pengamat politik satu itu dalam talkshow Rosi di Kompas TV. Seperti diketahui belakangan ini kita memang dibuat bertanya-tanya siapa dibalik beberapa akun di media sosial yang punya job desc mengglorifikasi suatu tokoh atau institusi, dalam hal ini pemerintahan Jokowi.

Terlepas dari siapa dibaliknya, Rocky Gerung dengan lantang mengatakan bahwa faktanya, kita tak bisa menafikkan bahwa adanya buzzer menunjukkan ada yang di belakang mereka. Mereka yang memelihara sembari meluncurkan dana yang rocky menyebutnya APBN. “Buzzer itu ada APBN-nya, saya sebut APBN dalam pengertian inflluencernya kan dikeluarin uang buat APNB-kan?” tegas Rocky Gerung.

 Tetapi tulisan ini tidak akan membicarakan siapa yang bersedia mengeluarkan APBN buat para buzzer. Selain karena saya takut ditangkap karena dituding menuduh, sepertinya masyarakat udah cukup pintar untuk mengetahui siapa sebenarnya di balik bacotan para buzzer ini. Emangnya saya para buzzer yang modal bacot dan malas baca?

Tips tipis-tipis buat para buzzer

Yang perlu di soroti secara spesifik adalah beberapa cuitan atau lebih enak disebut bacotan para buzzer di media sosial. Contohnya buzzer yang mengatakan produser WatchDoc Dandhy Laksoni sebagai antek-antek komunis Vietnam.  Atau yang baru-baru ini deh. Fitnah yang ditujukan kepada komika Bintang Emon karena dituding sebagai pengguna narkoba oleh akun media sosial di Twitter bernama @Tiara61636212 misalnya. “Jaga Stamina Bintang Emon Akui Pakai Narkoba” tulisnya.

Fitnah yang dituduhkan kepada komika yang terkenal lewat DPO-nya ini disinyalir  karena sebelumnya Bintang Emon membuat video yang berisi kritikan atas tuntutan hakim kepada pelaku penyiraman air keras  dengan korban Novel Baswedan. Kasus ini pun membuat banyak pengguna media sosial memberikan dukungan, entah dari sesama komika, ataupun masyarakat biasa.

Tetapi ada satu hal yang agak menggelitik saya. Yakni perihal isi beberapa bacotan para akun buzzer. Selain isinya hanya berisi finah, juga sungguh terkesan tak elegan sekaligus terbatas dalam pengetahuan.

Kok para buzzer beserta dalangnya nggak pernah kepikiran ya nulis di media sosial misalnya, “Ternyata Dandhy Laksoni produser Warchdoc adalah cicit Karl Marx pencetus teori alineasi pekerja dalam ranah produksi.  Atau mungkin “Terungkap komika Bintang Emon sebenarnya adalah cucu Tan Malaka mantan ketua PKI sekaligus penulis buku Madilog. Atau yang agak ekstrim dikit “Bintang Emon yang terkenal lucu, ternyata pernah sekolah di negara Uni Soviet pimpinan Lenin dan Stalin. Kedengaran lebih keren nan lucu bukan?

Kan kalau gitu bacotan para buzzer jadi terkesan lebih elegan? Bayangkan, sebelum ngebacot baca buku das capital Karl Marx duluatau bisa juga buku Aksi Massa Tan Malaka. Kan enak juga buat kita yang baca dan bisa berkesimpulan kalo sebenarnya kalian punya pengetahuan walaupun dikit. Emangnya “dana APBN” yang diberikan tak cukup yah untuk beli buku agar bacotan kalian di media sosial elegan dan terkesan punya pengetahuan?

Sedikit refleksi untuk kita semua

Diluar dari itu semua, satu hal yang perlu menjadi catatan penting bahwa memang negara kita (Indonesia)  sedang tidak baik-baik saja. Ini terbukti dengan kita disuguhkan beberapa peristiwa yang menjadi representasi tidak digunakannya nalar demokrasi.

 Kasus pembungkaman pendapat seperti pembatalan diskusi ilmiah di UI dengan dalih pembicaranya tidak kompeten, ancaman pembunuhan di kampus UGM, karena ingin mengadakan diskusi ilmiah pemakzulan Presiden, sampai ketidakadilan yang menimpa mantan Penyidik KPK, Novel Baswedan.

Saran saya buat pakde Jokowi nih. Di situasi begini, kalau bisa ya keluarkan pernyataan sikap kalau Indonesia tuh harusnya bebas dari segala bentuk sikap yang anti kritik dam secara tegas menertibkan para buzzer. Kan kalau gitu, kita-kita masyarakat Indonesia gak harus suudzon pada pemerintah dan berpikiran kalau ini semua adalah buzzer istana. Ehh tunggu dulu, memangnya bukan yah?

Terakhir nih  buat  kita semua, sudah saatnya kita mencoba memulai belajar salah satunya adalah dengan sarana buku, untuk memahami bahwa sistem demokrasi kita ada yang bermasalah dan diperlukan adanya perbaikan struktural.

Ingat yah, baca!!! termasuk buat kalian para buzzer! Jangan hanya tau-nya uang ‘’APBN” udah dicairin apa belom sama tuannya. Tapi penasaran juga nggak sih, sama besar nominalnya? hehehe