Siapa yang tak kenal dengan Sapardi Djoko Damono. Beliau yang memenuhi beranda media sosial kita dengan karya puisinya, juga menghasut para pemuda Indonesia untuk membuat sajak ketika bulan Juni telah tiba. Seketika bulan Juni terasa sangat spesial dibuatnya, bahkan tak berhenti sampai disini beliau melanjutkan karyanya dengan membuatkan sebuah novel dengan judul yang sama, hingga dijadikan sebuah lagu bahkan film. Adapun Film hujan bulan Juni ini dibintangi oleh aktris kawakan seperti Adipati Dolken, Velove Vexia, hingga Baim wong. Sebegitu luar biasanya pengaruh dari sekumpulan bait sajaknya.

Eyang Sapardi: Seorang Sastrawan Sekaligus Seniman

Beberapa dari kita mungkin juga berterimakasih kepada Eyang Sapardi Djoko Damono. Karena dengan puisinya ini dapat mewakilkan perasaan yang tidak bisa diungkapkan oleh kita. Ada-ada saja seorang seniman ketika ingin menyampaikan sebuah rasa. Dia mainkan kata sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah padanan yang sempurna untuk dicerna. Belum lagi ia juga pandai dalam membelitkan surat tersirat kepada para pembaca.

Ilmu Komunikasi dan sastra memang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat kita. Orang-orang tua zaman dulu pun ketika memberikan nasihat kepada keturunannya memakai cara yang tersirat. Sebut saja Raja Ali Haji yang menuliskan sebuah nasihat berbentuk Gurindam, yang kontennya memuat himbauan serta ajaran agama dalam karyanya.

Leluhur kita memang aktif dan kreatif dalam berkarya bukan cuma puisi dan gurindam. Ada juga pantun, lagu dan musik daerah bahkan sampai seni tari yang dihasilkan oleh nenek moyang kita. Namun perlu diingat, mereka berkarya bukan cuma untuk mencari sensasi saja atau berharap dikenal orang lain. Lebih dari itu mereka ingin mewariskan budaya dan pengetahuan di zamannya dengan harapan kita dapat mengambil serta mempelajarinya. Eyang Sapardi adalah salah satu yang pantas untuk menjadi legenda.

Oh iya, beberapa waktu yang lalu Eyang Sapardi Djoko Damono menyampaikan sebuah pesan di Instagram beliau @damonosapardi yang isinya kira-kira:

“Nanti malam kita menyeberang ke Juni, Alhamdulillah. Di musim pancaroba dan pandemi tetaplah tabah, bijak dan arif. Usir yang jahat undang segala yang baik. Amiiin.”

Terlihat sampai di bulan Juni tahun 2020 ini, Eyang Sapardi masih mempunyai doa yang sama. Yakni tetaplah menjadi pribadi yang tabah, bijak dan arif seperti yang tertera dalam bait puisi beliau beberapa tahun silam.