Sore itu Mamah baru pulang mengajar. Mamah memberikanku gambaran tentang curhatan guru kala pandemi.

Ia adalah salah seorang guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kabupaten Bekasi, yang mana tergolong zona merah sehingga kegiatan pembelajaran tatap muka masih mati suri. Selayaknya manusia normal, Mamah pun kerap mengeluh. Wajar dong, soalnya pembelajaran masih daring tapi guru wajib datang ke sekolah cuman buat presensi tok.

Ya, semua berubah semenjak presensi Pegawai Negeri Sipil (PNS) diwajibkan menggunakan web dengan berswafoto di lokasi tugas mereka. Mamah harus berangkat lebih pagi dan sampai rumah lebih sore.

Tapi bukan kebijakan itu yang ingin disoroti pada kesempatan ini. Ada yang lebih penting dan asik untuk jadi bahan julid bersama ketimbang mengkritisi regulasi. Yang ada udah capek-capek mengkritisi, ujung-ujungnya nggak didengar, sering terjadi kan di kota-kota besar?

Berubahnya kebijakan presensi bagi PNS di Kabupaten Bekasi membawa perubahan yang cukup drastis, bagaikan isu resesi di Kawasan Asia Tenggara baru-baru ini. Khususnya bagi PNS lingkaran guru yang salah satunya adalah mamah. Hal ini tentu jadi salah satu curhatan guru, apalagi kala pandemi.

Kabar Baik yang Diikuti Kabar Buruk

Selain berangkat lebih pagi dan pulang lebih sore, ada kabar baik berupa penambahan fasilitas berupa wifi sekolah. Kabar baik ini tentu jadi salah satu curhatan guru. Meskipun biaya wifi dianggarkan 800 ribu, namun yang dibelanjakan hanya 600 ribu, mamah tetap nyambut bahagia fasilitas baru itu. Tapi, ketika saya tanya 200 ribu lainnya kemana, dengan kalem Ia menjawab, “Ya, masuk kantong Kepala Sekolah”.

Wajar saja Mamah sumringah dengan kehadiran wifi di sekolahnya. Bagaimana tidak? Meskpun imej Bekasi bagi orang-orang awam hampir disetarakan dengan Jakarta, apalagi ketika masifnya Meikarta digadang-gadang sebagai alternatif kota masa depan idaman sebelum akhirnya dikabarkan mangkrak. Warga Kabupaten Bekasi hanya bisa tersenyum dan mbatin ala sinetron TV yang merasa oke itu, “hmm, dia belum tahu yang sebenarnya”. Ya, intinya Kabupaten Bekasi masih tergolong daerah sub-urban, yang mana masih banyak masyarakat yang membutuhkan perhatian lebih, khususnya dalam sektor pendidikan.

Kenapa sektor pendidikan? Pertama, ya suka-suka saya dong. Kedua, pendidikan yang berpengaruh besar atas kualitas SDM. Dengan terjaminnya mutu pendidikan setempat, baik dari fasilitas sekolah sampai kualitas tenaga pengajarnya, tentu akan melahirkan komunitas masyarakat yang kritis dan terbuka dalam berpikir sehingga tidak mudah termakan hoaks grup WhatsApp keluarga lagi. Ini penting, karena problem tersebut masih belum terpecahkan hingga kini.

Memang pengadaan wifi adalah kabar baik dari segi fasilitas. Namun masalahnya, jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah dasar negeri lain di satu Kabupaten Bekas,i masih terlihat adanya ketimpangan. Misalnya di SDN A perpustakaan terkelola dengan baik, SDN B ada perpustakaan tapi terbengkalai, dan SDN C buku ajar hanya satu sehingga murid harus meng-copynya mandiri. Belum lagi fenomena nakalnya Kepala Sekolah yang suka ngemil uang BOS dan juga guru yang mengajar sekadar mengajar tanpa peduli apakah si murid paham.

Awalnya Mamah emang sumringah dengan wifi sekolah yang membuatnya menghemat pengeluaran kuota bulanan. Baginya pengadaan itu sebagai bukti bahwa Pemkab Bekasi bertanggung jawab atas kebijakan baru di masa normal baru ini seperti: rapat daring dan juga presensi daring. Namun, seminggu dua minggu muncul rasa jengkel. Pasalnya wifi yang baru sah sebagai inventaris sekolah itu mulai menurun performanya. Saya sendiri tahu bahwa provider yang digunakan pasti Indigo karena milik negara, tapi ternyata masalahnya bukan dari provider meskipun terkenal dengan aduan pelanggannya.

Setelah didiagnosis oleh operator sekolah, diketahui bahwa wifi sekolah telah dibobol oleh anak tongkrongan yang sering ngechill di warung kopi samping sekolah. Memang sih sekolah tempat Mamah saya ini berada di tengah-tengah kampung padat penduduk.

Jadi jaringan wifi dengan radius 10 meter itu bisa sampai ke tetangga, apalagi warkop yang hanya satu inci di belakangnya. Memang sih passwordnya gampang banget, cuman nama sekolah tapi tanpa spasi, tapi woy lah kasian ini guru-guru mau presensi pagi-pagi ga bisa, mau kirim file tugas buat muridnya pun nggak bisa. Eh kalian malah asik-asik asal nebeng aja. Iya kalau buat nyari info loker biar nggak nganggur terus, lha ini eh malah buat push rank Mobile Legend. Memang nir-adab kalian ini!