Jagad dunia maya memang menawarkan siapapun untuk mendapatkan ketenaran, bahkan untuk orang yang tidak memiliki bakat sekalipun. Tak perlu antri untuk sekadar ikut audisi ajang pencarian bakat atau mengikuti casting dari production house. Menyanyilah walau fals, menarilah walau tidak pernah latihan atau berbicaralah walau tidak nyambung. Lalu tunggu lah keajaiban.

Kita tentu masih ingat Briptu Norman Kamaru, dimana ia tiba-tiba jadi viral dengan joget lipsync chaiya chaiya-nya. Kala itu dirinya hampir setiap hari menghiasi layar kaca, bahkan masyarakat yang melihat dirinya berbondong-bondong mengajaknya untuk berswafoto.

Kesibukannya sebagai selebritis dadakan rupanya menjadikan profesi utamanya sebagai seorang Abdi Negara terganggu. Dirinya-pun akhirnya memutuskan untuk menggantung seragam dinasnya demi beralih profesi menjadi seorang entertainer.

Tetapi naas, karirnya sebagai seorang penyanyi rupanya kandas di tengah jalan, impiannya untuk menjadi selebritis tidak sesuai dengan ekspektasinya, hingga akhirnya ia berjualan bubur di Kalibata City.

Alih-alih bisa naik haji dengan berjualan bubur, Norman Kamaru justru mengalami penurunan omzet hingga ia mengalami kebangkrutan. Kesedihan dirinya makin lengkap ketika ia bercerai dengan istrinya.

Meski demikian, Mantan Brigadir tersebut juga sempat berperan sebagai aktor antagonis dalam film Pamanca the Movie garapan Galesong Films.

Ade Londok yang Mendadak Viral

Kisah ‘terpelesetnya’ seseorang yang mendadak viral juga dialami oleh Ade Londok. Ketenaran dirinya gara-gara mempromosikan odading mang oleh, rupanya mengantarkan dirinya kepada tahta ketenaran secara cepat.

Kesan awal yang diucapkan oleh Ade Londok memang terdengar absurd dan tidak nyambung. Namun berkat video 1 menit yang diunggahnya tersebut, Ade mendapatkan popularitas hingga mendapatkan panggung di TV Nasional.

Melihat ketenaran sosok Ade Londok, pihak kepolisian-pun tidak kehilangan akal untuk memanfaatkan sosok Ade untuk memberikan himbauan kepada masyarakat terkait dengan penerapan protokol kesehatan dalam mencegah penularan Covid-19.

Ibarat pepatah ketika daun berada di ketinggian, maka angin yang berhembus akan semakin kencang. Artinya jika tangkainya tidak kuat maka tinggal menunggu waktu untuk terlempar lalu jatuh ke tanah menjadi daun kering.

Ade pun terpeleset oleh ucapannya yang kasar ketika merekam seorang pemuda yang membonceng keponakannya dengan muatan yang membahayakan. Kata ‘gobl*g’ yang Ade lontarkan tersebut rupanya menjadikan warganet tidak menunjukkan simpati publik. Ade Londok-pun sukses menuai hujatan dari warganet.

Ketika di panggung televisi nasional Ade Londok juga tampak belum siap untuk menjadi seorang entertainer profesional.  Ia tampak tidak memahami kapan harus tertawa dan kapan harus diam. Parahnya ia menerapkan komedi slapstik yang mengakibatkan komedian senior Malih terjungkal. Usut punya usut, terjungkalnya Malih juga tidak sesuai dengan script alias spontanitas dari Ade yang tengah mencoba untuk menjadi lucu.

Dua hal tersebut rupanya sukses membuat Ade panen hujatan, namanya-pun dikenal sebagai youtuber yang pandai berkata kasar.

Waspada Viral Mendadak

Kasus viral ini ternyata juga tidak terjadi hanya kepada sosok manusia, produk minuman seperti es kepal milo yang menggunakan embel-embel viral juga mengalami fase redup yang sangat drastis.

Selain es kepal milo, ada pula Cappucino Cincau, Pasco, Thai Tea, Dalgona dan minuman kekinian lainnya, keviralan produk tersebut rupanya berjalan begitu cepat dan cepat meredup.

Hal ini berbeda dengan usaha minuman dawet ayu, meski tidak se-viral minuman kekinian, namun usaha minuman tersebut masih tetap eksis sampai sekarang.

Menjadi viral, trending atau hits memang suatu kebanggaan, namun kita harus ingat akan sebuah nasihat bahwasanya “kamu tidak bisa membuat semua orang mencintaimu”. Semakin tenar, semakin viral atau semakin ngehits tentu akan beresiko semakin bertambah pula orang yang tidak suka.

Solusinya, berkaryalah sebaik mungkin tak perlu berharap viral atau tidak. Tak perlu jumawa ketika mendapat pujian dan tak perlu minder ketika mendapat hujatan. Karena kita harus yakin bahwa setiap karya pasti akan menemukan peminatnya. Seperti Dawet Ayu yang tetap eksis meski digempur oleh berbagai minuman kekinian.