Sebagai seorang pelajar di sekolah, Pelajar tidak hanya sekedar menyimak guru ketika menjelaskan tetapi juga melaksanakan ujian. Ujian menjadi rutinitas bagi setiap pelajar untuk melihat tolak ukur kemampuan pelajar tersebut sejauh mana dia memahami pelajaran yang disampaikan oleh gurunya.

Banyak dari pelajar merasa bahwa ujian adalah hal yang menakutkan meskipun tidak menolak ada yang menganggap ujian itu bodo amat. Apalagi di era pandemi kali ini, banyak juga pelajar yang stress bahkan hingga bunuh diri akibat tugas yang tak berkesudahan.

Pelajar Serius vs Pelajar Bodo Amat

Bagi yang menganggap ujian adalah suatu hal yang menakutkan, ujian dirasa akan membawa dampak signifikan bagi masa depannya kelak. Di sisi lain, bagi yang menganggap ujian itu adalah suatu hal yang bodo amat, mereka akan cenderung abai dan beralasan dengan quote utamanya “kesuksesan tidak hanya ditentukan dari bangku sekolah.” Memang tidak salah sepenuhnya, namun perlu dicermati lagi mereka yang sukses tidak semudah membalik telapak tangan walau mereka gagal di sekolah.

Biasanya pelajar yang aware dengan ujian akan mempersiapkan segala sesuatunya guna menghadapi ujian dengan sungguh-sungguh. Pelajar yang serius ini memang berbeda jika dibandingkan dengan yang lain, sebab ia akan belajar jauh-jauh hari sebelum ujian berlangsung.

Sedangkan elajar yang bodo amat, mereka akan tetap abai atau hanya berpura-pura belajar ketika ujian sudah di depan mata. Jadi, belajarnya tidak ada niatan untuk bisa sama sekali. Jika seperti ini, mau jadi apa negara ini kalau para pemudanya dalam “belajar” saja masih malas-malasan?

Jika kita menengok sebentar pepatah mengenai belajar, belajar atau menuntut ilmu itu dimulai sejak dari buaian ibu sampai masuk ke liang lahat. Belajar adalah suatu proses yang berlangsung secara terus-menerus dalam kehidupan. Karena, ilmu itu sangat luas. Nah, ketika kita belajar hanya untuk ujian saja, maka sudah bisa dipastikan ilmu yang dipelajarinya tidak akan bertahan lama di kepala. Karena, belajarnya hanya dilakukan ketika ujian sudah di depan mata, secara otomatis setelahnya sudah hilang, tanpa ada bekas sama sekali.

Ujian Bukanlah Segalanya

Ujian bukanlah segalanya, namun dari ujian seorang pelajar bisa tahu hasil dari belajarnya. Bagaimanakah proses belajarnya? Apakah dia sungguh-sungguh atau hanya gurauan semata? Karena hanya dengan ujian seorang pelajar bisa mengetahui hasil proses belajarnya di sekolah. Ujian bukan untuk menakut-nakuti. Sebaliknya, ujian adalah alat untuk evaluasi diri dan sudah sejauh mana pelajar tersebut memahami apa yang dipelajarinya.

Belajar memang membutuhkan waktu yang tidak singkat, butuh waktu berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun demi sekedar memahami sebagian ilmu yang tersebar luas di alam semesta ini. Lantas begitu masih bisa sombong, oh my god, that’s so bad. Padahal, belajar bertahun-tahun saja belum tentu segala ilmu dapat dikuasainya apalagi yang belajar hanya dalam hitungan jari. Oleh karena itu, belajar untuk ujian rasanya kurang pas meskipun dia mungkin mendapatkan nilai bagus. Namun, perlu di garis bawahi bahwa yang demikian itu kurang baik. Karena, yang instan-instan saja tidak dianjurkan bagi makanan apalagi ilmu pengetahuan.

Makna Belajar

Belajar akan menjadi baik manakala belajar itu tidak hanya terfokus pada ujian. Akan tetapi, sudah seharusnya seorang pelajar berpikir agar bisa memproduksi kesadaran dalam berkehidupan.

Mengingat suatu teori dari filsuf terkenal, Immanuel Kant tentang cara memperoleh pengetahuan. Pengetahuan itu bukan hanya sebagai pure reason atau hanya sebatas mengetahui teorinya saja tanpa ada tindakan maupun practical reason. Tapi lebih jauh lagi, menggabungkan keduannya menjadi pure practical reason.

Jadi, pengetahuan itu tidak digerakkan oleh nalar, tetapi kehendak baik untuk melakukan tindakan yang bukan hanya sekedar tindakan. Sehingga, tindakan tersebut dapat melahirkan refleksi kesadaran bagi kehidupannya dan membuat hidup menjadi lebih bermakna. Makna kehidupan yang lebih luas dari soal materi melulu.

Belajar memang melelahkan, tetapi dengan belajar seseorang akan sadar betapa bodohnya dirinya. Sebagaimana perkataan Imam Syafi’i “Jika kamu tidak tahan lelahnya belajar maka kamu harus tahan dengan lelahnya kebodohan.”