Kamu suka memperlihatkan rasa bahagia atau senang padahal sedang dalam kondisi tertekan? awas kamu bisa terindikasi terkena Duck Syndrome. Belum mengerti tentang sindrom ini? atau justru merasa asing? kali ini kita bahas tentang sindrom yang dikenal juga sebagai sindrom bebek tersebut.

Apa itu Duck Syndrome ?

    Duck syndrome atau Sindrom Bebek merupakan nama yang diduga diberikan oleh Stanford University tentang penggambaran mahasiswa yang selalu tetap tenang atau memberikan kesan tenang padahal dia sedang panik dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, maka dari itu hal ini juga dikenal dengan nama Stanford Duck Syndrome. Dilansir dari halodoc.com, istilah Duck Syndrome muncul dari penggambaran seeokor bebek yang terlihat tenang ketika berada di air, padahal dia sangat kesusahan dalam mengayuh air dengan kedua kakinya. 

    Hal inilah yang juga menjadi penggambaran orang-orang yang selalu terlihat tenang dan bahagia dalam hidupnya, atau bisa saja selalu terlihat lancar. Padahal, dia sangat kesusahan dan terkadang merasa panik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Umumnya mereka akan tetap memperlihatkan “cover” yang tenang di publik, meskipun sedang dalam kesusahan atau tekanan.

    Orang-orang yang mengidap sindrom ini akan selalu membuat seakan-akan dirinya merasa baik-baik saja di mata orang lain. Lazimnya mereka ingin selalu memenuhi ekspektasi tinggi atau terlihat dapat mampu memenuhi ekspektasi yang diinginkan oleh orang lain padanya. Dia akan seakan-akan menciptakan ‘ilusi’ bahwa kehidupannya bahagia, sembari dia berusaha keras untuk menjaga semuanya tetap stabil atau terkendali.

Gejala Seseorang Terkena Duck Syndrome.

    Meskipun Duck Syndrome ini tidak atau belum dikategorikan sebagai penyakit kelainan mental, namun sindrom ini ini juga masih memiliki kemungkinan untuk memicu kelainan psikis lainnya yang lebih berat. Ada beberapa gejala yang dapat dilihat, terutama ketika dia sedang merasa stress berat namun tetap merasa baik-baik saja atau tetap memperlihatkan sisi bahagia. Secara umum ada beberapa gejala yang dapat menjadi indikasi seseorang terkena Duck Syndrome :

  1. Selalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain, bahkan untuk hal-hal yang tidak sepatutnya dibandingkan.
  2. Selalu merasa bahwa orang lain lebih baik daripada dirinya. Hal ini meliputi kondisi fisik maupun pencapaian yang telah dilalui.
  3. Selalu merasa gagal memenuhi tuntutan hidup, umumnya karena ingin memenuhi ekspektasi yang diberikan atau dibebankan kepadanya tanpa mengetahui batasan dalam dirinya sendiri.
  4. Selalu merasa was-was akan kritik atau bahkan merasa ketakutan ketika mendapatkan kritik, meskipun itu kritik yang membangun.
  5. Selalu merasa gugup dan seringkali kesusahan dalam menenangkan pikiran.
  6. Sering merasa kelelahan fisik, sulit tidur, kesulitan untuk fokus dan kadang pelupa. Hal ini juga seringkali dengan perubahan pola nafsu makan dan sering merasa panik.

Cara Mengatasi Duck Syndrome.

    Meskipun belum atau tidak dikategorikan sebagai kelainan mental, akan tetapi sindrom ini juga perlu mendapatkan penanganan agar tidak menimbulkan permasalahan psikis lainnya. Beberapa pengobatan terhadap pasien yang terindikasi mengalami sindrom ini umumnya berupa terapi. Berkonsultasi dengan psikoterapis dapat membantu perawatan untuk terbebas dari sindrom ini ini.

    Terapi ini juga dapat menjadi salah satu cara untuk menemukan jalan keluar bagi penderita Duck Syndrome dalam perasaan tertekan dan harus memenuhi tuntutan hidup yang cukup banyak yang berat. Selain itu, cara lainnya dalam pengobatan sindrom ini adalah dengan cara konsumsi obat yang diberikan oleh pihak medis. Lazimnya obat anti-depresan yang telah diresepkan dapat menjadi salah satu cara selain dengan terapi untuk mengatasi gejala lanjutan dari Duck Syndrome ini.