Efek Corona mengajarkan Indonesia; seberapa siapkah dengan sistem pembelajaran digital menyongsong Digital Society 5.0?

Efek Corona mengingatkan kita bahwa mencuci tangan sebelum dan sesudah makan itu penting. Padahal kebanyakan manusia biasanya luput akan hal sepele ini.

Efek Corona menggiring kita untuk senantiasa mendekati Tuhan Yang Maha Esa. Dialah pemilik virus, dan Dia pula-lah yang memiliki obat penyembuhnya.

Efek Corona itu menyebabkan segala hal serba ditunda dan dibatalkan, kecuali satu. Apakah itu?

 

Tidak bisa dipungkiri bahwa virus Covid-19 (Corona) telah memakan banyak korban dikarenakan proses penyebarannya yang mudah. Ahli kesehatan berpendapat bahwa ketahanan tubuh sangat berpengaruh terhadap virus Corona. Kebanyakan yang meninggal di Kota Wuhan (asal berkembangnya Virus Corona) adalah orang lanjut usia.

Saya tidak akan berbicara mengenai data korban, proses penyebaran, tata cara penanganan, maupun asal-usul virus Corona. Semua informasi itu bisa didapatkan melalui berita di berbagai media, dan saya bukan siapa-siapa. Saya hanya ingin mencoba meraba dampak yang terjadi sekaligus berimajinasi tentang suatu hal unik dan hikmah di balik kejadian ini.

Virus Corona rentan menyebar. Gejala yang dirasakan cukup sederhana, flu dan batuk. Namun dampaknya mematikan. Akibat mudahnya penyebaran inilah, berbagai negara di dunia memberlakukan social distancing / lockdown (mengunci diri) dengan tujuan untuk menghindari interaksi dari keramaian. Tempat umum dan keramaian menjadi sepi, bahkan tempat ibadah pun kian ditinggalkan umatnya untuk beribadah. Berbagai kegiatan baik internasional, nasional, dan lokal ditunda bahkan dibatalkan.

Ada apakah gerangan? Akankah manusia mengambil hikmah dari kejadian ini?

Jika dilihat dari kacamata spiritual, maka kita akan mendapatkan hikmah yang banyak. Bagi yang muslim akan merasakan bahwasanya dalam syariat Islam diharamkan untuk mengkonsumsi daging hewan yang bertaring (HR. Bukhori Muslim), karnivora, bercakar tajam (HR. Muslim), dan hewan-hewan pemakan benda najis. Sedangkan menurut BBC, virus Corona dapat dipastikan berasal dari ular yang menyebar ke manusia, lalu dari manusia ke manusia.

Apakah musibah mewabahnya Virus Corona tidak cukup untuk membuat umat Manusia takjub akan kehebatan Tuhan dalam mengatur perilaku manusia?

Segala kegiatan manusia ditunda, bahkan terpaksa dibatalkan karena sedang memberlakukan Social Distancing maupun Lockdown untuk mengurangi kontak interaksi secara langsung dan meminimalisir kemungkinan terjadinya penyebaran virus Corona yang mudah menular. Semua boleh ditunda, kecuali satu, yaitu senantiasa bersyukur akan keagungan Tuhan dan bertaubat atas segala musibah yang ditimpahkan oleh Tuhan kepada manusia.

“Dan segala musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian.” (QS. Asy-Syu’ara: 30)

Kegiatan untuk merenungi keagungan Tuhan melalui virus Corona adalah kegiatan yang tidak bisa ditunda. Social Distancing jangan dijadikan momen untuk berfoya-foya atau malah berliburan. Kuliah atau kerja online hanya sebagai pengganti agar esensi roda kehidupan tetap berjalan meski tanpa kontak secara langsung. Semoga generasi milenial bisa cerdas dan kritis mengambil hikmah dari setiap fenomena yang terjadi.

 

Penulis: Firdan Fadlan Sidik

Ilustrator: Ni’mal Maula