Dalam dunia pertemanan, kadang kita merasa begitu dekat dengan teman kita. Sehingga saking dekatnya tanpa sadar kita suka melewati batasan yang ada. Padahal tetap ada etika dalam pertemanan.

Merasa sudah berteman begitu lama, kadang kita juga suka sekali mengabaikan hal-hal kecil yang mungkin bisa menyinggung atau bahkan melukai perasaan teman kita. Nanti sekalinya si teman ini marah, kita justru tanpa dosa bakalan bilang, “Yaelah, gitu aja baper sih!”.

Tak peduli seberapa dekat dan seberapa lama pertemanan tersebut, kita tetap harus menjaga batasan etika dalam pertemanan. Jangan sampai karena hal yang sering kita anggap sepele itu justru nantinya bakalan menjadi alasan hancurnya sebuah pertemanan. Nah, untuk itu mari kita simak, apa saja etika dalam pertemanan yang kerap kali kita abaikan.

Satu: Jangan Memberi Nomor Teman Pada Orang Lain Sebelum Minta Izin

Sering gak sih, kalian tiba-tiba mendapat pesan dari nomor yang tak dikenal? Setelah kita tanya-tanya ternyata orang asing ini mendapat nomor kita dari teman kita sendiri. Suka kesel kan ya kalau punya teman kayak gini. Asal share-share aja nomor orang tanpa izin dulu.

Mbokya, kalau mau ngasih nomor temannya ke orang lain itu bilang dulu kek paling nggak. Kalau diizinin baru deh dikasih, kalau nggak yah jangan. Karena gak semua orang itu nyaman kalau nomor teleponnya itu tersebar. Ada sebagian orang yang merasa terganggu dengan hal itu. Ini salah satu etika penting dalam pertemanan.

Dua: Jangan Mainan Hape Saat Diajak Ngobrol Teman

“Pada suatu pertemuan yang disengaja/ sudah direncanakan, main HP pas lagi diajak ngobrol itu biadab.” –Sujiwo Tedjo

Kalau pas lagi pengin ngobrol terus teman kita mendengarkan sambil melihat hapenya, maka sesungguhnya ini termasuk tidak menyenangkan. Kesel banget kan ya, kalau ketemu teman tapi yang dipegang dan dilihatin hape terus, hape terus. Percaya deh, di dunia ini gak ada satu orang pun yang suka diabaikan kalau pas bicara.

Oleh karenanya, ada baiknya saat kita bertemu dengan teman. Maka letakkan hape kita dan taruh di dalam tas. Kalaupun diletakan di atas meja, maka balik layarnya ke bawah. Sehingga nanti kalau seumpama ada pesan masuk, tidak akan mengganggu konsentrasi kita dalam menyimak obrolan teman. Paling berapa jam sih, kita ngobrol itu. Gak lihat hape sejam dua jam, gak bakalan buat kita terus kehilangan berita terkini dan jadi manusia kuper yang tak tahu apa-apa kan ya.

Kalaupun harus membalas pesan penting, maka izin dulu sama temannya itu, “Maaf ya, aku tinggal balas pesan bentar. Penting soalnya.”

Tiga: Jangan Asal Share Foto Teman Di Media Sosial

Kadang kala kita suka latah membagikan foto lama untuk sekadar bernostalgia di media sosial. Jika yang kita unggah foto kita sendiri  di masa lalu sih gak masalah, tapi yang jadi masalah jika kita mengunggah kembali foto lama yang berisikan beberapa teman kita. Dalam kurun waktu tersebut bisa saja ada teman kita yang sudah berhijrah. Dulunya mungkin dia tak mengenakan hijab, lalu sekarang dia sudah mengenakan hijab. Membagikan foto tersebut mungkin kurang elok dilakukan tanpa seizin teman kita itu.

Belum lagi kalau foto ‘aib’ alias foto dengan pose jelek yang super malu-maluin. Duh, teman-teman yang lessakhlak nih biasanya paling seneng membagikan foto ‘aib’ temannya sendiri media sosial. Jangan gitu ah, gak semua orang itu punya selera humor yang sama dalam menyikapi foto yang sebenarnya hanya untuk lucu-lucuan itu. Yakinlah, di dunia ini tak ada seorang pun yang ingin menampakan sisi jeleknya pada orang lain.

Empat: Jangan Suka Membagikan Screenshot-an Chat

Kadang saat kita bercerita atau mengobrol dengan teman via chat berarti kita telah percaya pada teman tersebut. Ada baiknya, kita menghormati privasi dalam berkomunikasi. Jangan sampai, ada teman kita yang cerita sama kita, eh malah kita screenshot hasil percakapan tersebut lantas dibagikan di grup atau di-share di story. Kalaupun mau membagikan di story untuk lucu-lucuan, yah bilang dulu sama temannya. Dia merasa keberatan gak, kalau percakapan mereka itu dishare.

Jangan sampai teman kita itu batin setelah lihat story kita, “Duh, masa obrolanku dijadiin story sih. Nyesel banget cerita sama dia. Gak bakalan lagi deh!”