Akhir-akhir ini drama perjodohan semakin banyak digandrungi. Sebut saja “Wedding Agreement” ,dan baru-baru ini drama asal Malaysia, “Melur Untuk Firdaus”, yang banyak menyita perhatian generasi muda. Khususnya bagi para perempuan. Kedua drama ini sekilas mempunyai alur yang hampir sama dan diangkat dari wattpad hingga dijadikan novel serta berlanjut ke layar kaca. 

Drama-drama perjodohan sukses karena faktor paras dan akting para aktornya yang paripurna.  Kisah drama perjodohan yang manis dan berujung bahagia ini di glorifikasi. Standar dijodohkan dengan laki-laki yang bisanya tampan atau bahkan crush yang selama ini menjadi incarannya. Berharap akhirnya si laki-laki jatuh cinta, dan seperti layaknya drama yang memiliki kesan indah, hingga berakhir dengan bahagaia. Sebenarnya drama perjodohan bukan kali ini saja, jauh sebelumnya banyak drama korea yang  alur yang sama. 

Perjodohan sebenarnya sudah dilakukan pada zaman dahulu. Namun, sering berkembangnya zaman, setiap orang bisa menentukan dengan siapa ia akan bersanding. Kini perjodohan menjadi topik yang hangat dibicarakan karena banyak cerita yang mengangkat tema ini. Namun tidak selamanya perjodohan berakhir indah. Ada poin-poin penting yang harus dipahami,  jika ingin melaksanakan perjodohan. 

Kenali Seksama Calon yang akan Dijodohkan

Kita harus selektif untuk memutuskan menerima orang yang akan mendampingi kita, dalam suka dan duka hingga akhir hayat nanti. Karena jika salah memilih, akan berdampak pada hidup. Sebaliknya, jika tepat dalam memilih akan tetap survive dan saling mendukung untuk menghadapi masalah dalam bahtera rumah tangga nantinya. Perihal menikah membutuhkan kesiapan mental, bukan hanya imajinasi tentang kehidupan bahagia saja,. Namun, banyak masalah kompleks yang harus dihadapi. 

Sekalipun pilihan orang tua, bukan berarti pilihan tersebut lantas cocok. Bukan hanya melihat dari sisi paras, melainkan juga kepribadiannya. Jangan sampai ketika menikah baru mengetahui  sifat sebenarnya yang ada pada pasangan. Mengenal karakter calon pasangan tidak cukup dalam jangka waktu satu hari atau berminggu-minggu saja. 

Jika Kamu Lahir Bukan dari Keluarga Privilese, Hindari Perjodohan

Perjodohan merupakan salah satu jalan untuk menemukan jodoh. Bisanya hal ini dilakukan oleh keluarga maupun teman. Umumnya dijodohkan dengan circle yang sama dan memiliki privilese. Namun, jangan lupa jika di kehidupan nyata tak seindah yang dibayangkan. Drama selalu menampilkan sisi yang tak terlihat dan hanya konflik kehidupan rumah tangga. Padahal dalam kehidupan berumah tangga, faktor ekonomi juga sangat menentukan. Di drama terlihat sudah memiliki pekerjaan yang mapan, khususnya jabatan CEO. Sedangkan, di usia muda hampir mustahil seseorang menduduki posisi tersebut. Kecuali jika memang lahir dari privilese yang kaya dan mewarisi bisnis orang tuanya.  

Perjodohan tak selalu indah. Jika salah dalam memilih pasangan, bukan tak mungkin seperti membeli kucing dalam karung. Tak ada yang salah dengan perjodohan, karena setiap orang bertemu jodohnya dengan cara yang berbeda termasuk melalui jalur perjodohan. Namun, glorifikasi terhadap perjodohan rupanya membuat generasi sekarang, ingin dijodohkan dengan harapan layaknya di drama-drama yang mereka tonton.  Lagi-lagi hanya ada di drama, menikah muda, dan dijodohkan dengan yang menjadi crush kita . Semakin banyaknya drama yang mengakta cerita perjodohan ini, semakin membuat generasi muda hanya berpikiran hanya minta untuk dijodohkan saja oleh orang tua. 

Menjadikan tontonan drama perjodohan sebagai hiburan bukan hal yang salah. Namun, mengglorifikasi hingga terbawa ke kehidupan nyata, bukanlah tindakan yang tepat. Daripada mengkhayal tentang perjodohan, yuk perbaiki kualitas diri sealagi muda dengan berbagai karya dan kegiatan bermanfaat. Karena jodoh berkualitas akan hadir seiring meningkatnya kualitas diri kita!

Editor : Faiz

Gambar : Google