Memiliki pekerjaan yang mapan dan mengandalkan intelektual adalah impian bagi sebagian orang. Bagi generasi milenial, pekerjaan yang menyenangkan adalah yang berhubungan dengan hobi. Sebaliknya, bagi generasi baby boomer pekerjaan seseorang akan terlihat lebih bergengsi jika bisa menjadi aparatur sipil negara (ASN) atau pekerjaan konvensional seperti dokter, polisi, tentara atau guru. Bagi mereka profesi yang mapan adalah cita-cita para milenial ketika duduk di bangku SD.

Meskipun banyak para milenial yang menganggap bahwa pekerjaan kekinian dambaan mereka adalah pekerjaan yang berhubungan dengan digitalisasi, hal itu bukan berarti para milenial telah mengubah persepsi seluruhnya. Pasalnya banyak juga di antara mereka yang masih meminati profesi ala baby boomer – salah satu yang sering saya temui adalah menjadi seorang guru. Terutama guru berstatus ASN.

Dulu ketika saya masih berkuliah, saya sempat merasa insecure karena jurusan pendidikan bukan jurusan yang privilege. Dengan kata lain, banyak jurusan-jurusan lain yang lebih bergengsi dibanding dengan jurusan pendidikan yang nantinya akan mencetak para alumni untuk menjadi seorang guru.

Setelah beberapa minggu aktif dalam perkuliahan, saya baru menyadari jika ternyata jurusan pendidikan yang kurang bergengsi lumayan banyak peminat. Meskipun dulu saya memilih jurusan pendidikan bukan karena cita-cita saya menjadi seorang guru, nyatanya banyak juga teman seperkuliahan saya yang menginginkan profesi berlabel “pahlawan tanpa tanda jasa”.

Selain pekerjaan ini mulia, menjadi guru dapat meningkatkan kelas sosial dalam masyarakat. Padahal banyak hal yang perlu direnungkan sebelum seseorang memilih keputusannya untuk menjadi seorang guru. Berikut adalah hal-hal yang harus kamu renungkan jika kamu adalah salah seorang yang bercita-cita mulia menjadi seorang pahlawan tanpa tanda jasa:

Pertama: Disiplin waktu, tenaga, dan pikiran

Menjadi guru bukan sekadar masuk di kelas dan menyampaikan materi pembelajaran. Sebelum sampai pada kegiatan tersebut, banyak waktu yang seharusnya digunakan untuk keperluan pribadi harus tersita karena guru harus menyiapkan pembelajaran yang menarik dan efektif bagi calon penerus bangsa. Ya siapa lagi kalau bukan para siswa?

Ketika keadaan normal saja kami sudah kerepotan menyiapkan perangkat pembelajaran beserta materinya, apalagi ketika masa pandemi seperti saat ini? Menjadi seseorang yang terbiasa disiplin waktu, tenaga, dan pikiran akan menjadi poin penting menjadi guru kekinian – terutama di masa pandemi.

Bukan hanya mempelajari kembali materi, tapi juga menyiapkan segala kebutuhan pembelajaran, dan mempelajari hal-hal baru yang berhubungan dengan pembelajaran digital. Kamu akan dituntut pandai me-manage waktu, pikiran, dan tenaga. Jika kamu merasa belum bisa me-manage ketiganya, mendingan cari profesi lain deh..

Kedua: Pribadi yang sabar dan telaten

Kita tentu sudah sangat sering mendengar berita jika gaji guru honorer masih jauh dari kata sejahtera. Dengan segala tuntutan yang dibebankan pada seorang guru, gaji yang pas-pasan bisa-bisa bikin kamu tidak betah jadi seorang guru.

Setelah harus jadi sosok yang disiplin, menjadi guru harus sabar dan telaten. Kamu akan menghadapi berbagai macam karakter anak didikmu. Mulai dari usia PAUD hingga SMA, kamu akan menghadapinya. Tentu saja untuk menangani mereka, kamu perlu menerapkan metode yang berbeda sesuai dengan usia mereka.

Belum lagi daya tangkap setiap anak pasti berbeda. Supaya mereka bisa menerima materi pelajaran dengan baik, seorang guru harus telaten dan sabar dalam menyampaikan materi. Kalau kamu emosian mah, mending hapus aja profesi guru dari list cita-cita kamu!

Ketiga: Neriman

Salah satu syarat moral menjadi guru adalah jadi pribadi yang neriman. Iya, jadi guru itu ikhlasnya harus besar. Neriman di sini berarti kamu harus menerima tanggung jawab berat yang dibebankan ke kamu dengan upah yang mungkin tidak seberapa – jika kamu masih berstatus guru honorer.

Kalau dikit-dikit protes kenapa guru harus begadang, mengurus siswa-siswa yang bandel, gaji yang tidak seberapa, dan harus banyak belajar lagi tentang materi-materi di bangku sekolah, ini waktunya kamu mundur pelan-pelan dari statusmu seorang guru. Ilmu berharga yang harus dimiliki oleh semua guru adalah neriman. Saya serius! Kalau beban hidupmu udah berat, jangan mau deh jadi guru, karena bisa tambah berat!

Keempat: Nggak overthinking

Kalau kamu bercita-cita jadi guru, kamu perlu merenungkan hal ini sekali lagi, jangan pernah overthinking. Jadi guru itu banyak tugas. Kalau kamu tipikal orang yang overthinking, ada baiknya jangan pernah bercita-cita menjadi seorang guru.

Karena jika kamu tetap memaksakan keinginanmu menjadi seorang guru dan menyampingkan karakteristikmu yang serba overthinking saya yakin dalam waktu sebulan aja kamu bisa-bisa nggak betah.

Dari pada menyalahkan keadaan, lebih baik renungkan dulu hal-hal di atas sebelum kamu menyatakan diri siap jadi pahlawan tanpa tanda jasa. Karena ketika kamu menyatakan diri telah siap dengan segala konsekuensinya, yang selanjutnya terjadi adalah kamu harus ikhlas menjadi pahlawan – meski tanpa tanda jasa.