Jadi humas instansi pemerintah itu asyik. Bayangkan, di antara pegawai pemerintah yang terkesan formal dan serius seperti birokrat pada umumnya, humas justru unik dan berbeda. Orang-orangnya seru, supel, kreatif, dan ngocol. Pokoknya, kalau nggak ada Humas, nggak rame.


Tapi, di antara keasyikan-keasyikan itu, ada juga yang nggak asyiknya, sih. Mungkin karena sudah menjadi anggapan pimpinan dan teman-teman sekantor kalau orang-orang humas itu supel dan kreatif, makanya suka diminta jadi ini jadi itu dan ditanya apa ini apa itu. Kadang kesal juga, sih. Tapi, ya, apa boleh buat. Demi menjaga marwah humas instansi pemerintah, yang namanya tugas, ya, harus dikerjakan.

Dianggap dekat dengan pimpinan

Mungkin karena sering mendampingi pimpinan untuk pekerjaan kedinasan, banyak yang menganggap kalau Humas itu dekat dengan pimpinan. Bukan cuma itu, humas juga sering dianggap kenal dengan pejabat-pejabat di instansi pemerintah yang lain. Pokoknya humas itu ada di ring 1 para pejabat negara, deh.


Bahkan saking dianggap dekat dengan pimpinan, sampai-sampai untuk urusan pribadi pimpinan pun nanya ke humas. Ya kali humas itu dikira jin khodam, apa? Wqwqwq. Kenyataannya, ya, nggak seperti itu juga. Humas cuma ditugaskan mendampingi dalam urusan pekerjaan kedinasan saja.

Selalu diminta jadi MC acara

Ini yang paling sering, nih. Setiap ada acara, baik itu acara formal atau non formal, sering banget diminta ngemsi. Apalagi kalau acaranya dadakan. Beuh, itu 100 persen pasti Humas yang disuruh ngemsi. Mana belum ada naskah MC-nya pula.


Iya, sih. Jadi humas itu kudu siap sedia menjalankan instruksi pimpinan di segala kondisi. Tapi, ya, kalau ujug-ujug diminta ngemsi dan belum siap apapun gimana acaranya mau bagus? Lagipula nggak semua orang, meski humas sekalipun, punya teknik public speaking yang mumpuni.

Dianggap tahu segala hal

Jadi humas itu harus siap dengan ragam pertanyaan yang random dan absurd. Misalnya, lokasi beli oleh-oleh yang murah meriah, rate hotel bintang lima yang terjangkau, tempat wisata di tengah kota, nama pejabat di instansi anu, dan sebagainya.


Pertanyaan-pertanyaan ini biasanya dilontarkan oleh tamu-tamu pejabat yang datang berkunjung ke kantor. Dan, kalau misal dijawab “nggak tahu”, siap-siap, deh, dibully sampai 7 turunan. Masak Humas nggak tau, sih? Gitu, katanya.


Jarang difoto di acara penting

Salah satu tugas humas adalah mendokumentasikan acara kedinasan dalam bentuk foto atau video. Jadi, ketika pegawai lain menikmati jalannya acara, Humas justru sibuk dengan kamera, handycam, atau bahkan drone. Pokoknya berpikir keras dengan segala cara supaya hasil fotonya bagus dan keren.


Tapi, ya, itu tadi. Risikonya adalah nggak ada yang fotoin humas. Jangankan fotoin, yang ada malah pegawai lain yang minta difotokan oleh humas. Jadi, selain ribet dokumentasi untuk kantor, Humas juga ribet dimintain foto oleh peserta acara.


Dianggap ngerti desain

Jadi humas itu nggak wajib ngerti desain, kok. Yang penting, kan, supel dan pergaulannya bebas, eh, luas maksudnya. Tapi, anggapan pimpinan dan pegawai kantor yang lain kan Humas itu harus kreatif. Pokoknya pasti bisa desain. Makanya sering banget disuruh-suruh bikin desain flyer, baliho, spanduk, dan sejenisnya. Padahal, nggak semua Humas punya skill itu. Ada lah beberapa, tapi nggak semua.


Nah, itulah hal-hal yang bakal dialami oleh humas instansi pemerintah. Asyik, sih, tapi kalau merasa terbebani dengan anggapan dan ekspektasi orang-orang, ya jalani saja dengan sabar. Humas, kan, akronim dari “Hanya Untuk Manusia Sabar”.

Editor : Hiz

Foto : Pexels