“Mau lanjut SMA kemana kamu?” tanya ibuku.

“Mau mondok aja, Bu. Temen-temen smp aku juga banyak yang mau mondok.” Jawabku.

“Emang mau mondok dimana?”

“Di Gontor boleh nggak?”

“Kejauhan, mending SMK aja biar nanti habis lulus bisa langsung kerja.”

Secuplik percakapan dengan Ibu ketika aku baru saja lulus SMP ini Alhamdulillah berujung dengan baik. Aku diizinkan untuk mondok meski tidak di Gontor. Tempatnya pelosok dan MeWah (Mepet Sawah). Namun jangan salah, di tengah-tengah “kemewahan” tersebut, ada sebuah peradaban keilmuan yang kini mulai dipandang oleh masyarakat luas, yaitu Pesantren.

Secara singkat, ketika islam datang, banyak masyarakat Indonesia yang ingin mempelajari ilmu agama, kemudian datang ke rumah kyai untuk belajar. Kemudian timbullah inisiatif untuk membangun semacam rumah atau pondokan untuk dihuni di sekitar rumah kyai tersebut, dan dari sinilah sistem pondok mulai dibangun. Pesantren merupakan salah satu sistem pendidikan tertua di Indonesia. Tidak sedikit pesantren tua yang berusia lebih tua dari negara sendiri. Santri-santrinya dulu ikut berjuang melawan penjajah, menjadi pahlawan nasional.

Tidak seperti santri zaman dahulu yang pembelajarannya hanya fokus pada memahami kitab-kitab gundul dan kebanyakan santri-santrinya mengabdi kepada kyai serta mengurusi kebutuhan pondok. Kini, pesantren tidak hanya terfokus untuk mempelajari kitab-kitab saja. Sudah banyak sekali pesantren yang memasukkan mata pelajaran umum seperti IPA, IPS, Matematika dan sebagainya ke dalam kurikulum pendidikan pesantren, bahkan menunjang berbagai softskill.  Inilah yang kemudian disebut sebagai pesantren modern.

Nggak Harus Jadi Ustadz atau Kyai

Pesantren modern belakangan banyak dilirik masyarakat. Pendidikan model ini menjadi alternatif bagi orangtua yang tidak hanya ingin anaknya mempelajari pelajaran umum saja, namun juga pelajaran agama. Akan tetapi nggak jarang kan dengar pertanyaan seperti, “Lulus pesantren jadi apa? Ustadz? Kyai? Guru ngaji atau apa?“

Di pesantren memang setiap santrinya mempelajari ilmu agama, akan tetapi bukan berarti semua lulusan pesantren harus menjadi ustadz ataupun kyai. Ilmu agama merupakan bekal yang diberikan sebagai penyetara dari ilmu-ilmu umum, agar kelak ketika lulusan-lulusan pesantren sudah berbaur dengan dunia luar, mereka tidak akan lupa akan kewajibannya sebagai seorang muslim. Dengan bekal ilmu agamanya lah, diharapkan kesibukannya tidak akan membuatnya lupa akan jati diri sebagai seorang muslim. Karena yang terpenting, apapun profesinya, diharapkan dapat menjadi jalan dakwah bagi setiap santri.

Lulusan pesantren bisa dan boleh saja menjadi insinyur, pebisnis, menteri bahkan presiden. Banyak kok lulusan-lulusan pesantren yang jadi orang-orang terkenal. Sebut saja Syakir Daulay, Wali band, Ahmad Fuadi, dan masih banyak lagi. Bahkan mantan presiden ke 4 Indonesia yaitu K.H Abdurrahman Wahid dan wakil presiden RI saat ini yaitu K.H Ma’ruf Amin memiliki latar belakang pesantren.

Masih Bingung Lulusan Pesantren Bakal Jadi Apa?

Jika kamu pernah menonton film Negeri 5 Menara, kira-kira seperti itulah secuil kisah dari pesantren. Tokoh Alif yang bisa pergi keluar negeri itu bukan cuma manis-manis alur cerita aja. Pada kenyataanya sudah banyak lulusan pesantren yang melanjutkan karir dan juga pendidikannya baik di dalam maupun luar negeri. Tidak sedikit juga yang melanjutkan studi umum maupun agama di Timur Tengah hingga ke Benua Eropa dan Amerika. 

“Lho kok lulusan pesantren bisa sampe keluar negeri gitu sih?”. Eits, jangan salah. Di berbagai pondok pesantren modern seperti Gontor misalnya, bahasa Arab dan Inggris merupakan bahasa yang wajib dipelajari dan digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Pembiasaan ini menjadi bekal penting loh untuk mencari beasiswa di luar negeri.

Jadi nggak perlu lagi khawatir jadi lulusan pesantren ya, sobat Milenialis. Lulusan pesantren bisa jadi apapun kok. Asalkan tidak melanggar ataupun bertentangan dengan ajaran agama ya!