Siapa sih yang nggak mau jadi perempuan yang cantik? Siapa sih yang nggak mau jadi sosok yang dikagumi banyak orang karena sifat “keperempuanannya” atau yang biasa kita sebut sebagai feminin?

Pastinya hal ini jadi salah satu goal utama yang ada di diri masing-masing perempuan yang justru seringkali bikin susah perempuan itu sendiri. Mereka membuat standar-standar khusus tentang cantik dan kelayakan seorang perempuan,sehingga apa akibatnya? Kalau di luar standar itu, si cewek nggak bakalan ngerasa cukup cantik. Dan parahnya, nggak ngerasa cukup “perempuan”.

Biasanya darimana sih standar ini ditentuin? Ya darimana lagi kalau bukan dari media dan kebiasaan  patriarkial masyarakat yang udah kebentuk sejak lama, tentang gimana seorang perempuan harusnya berperilaku.

Kaya misalnya definisi cantik yang selalu dari masalah fisik, warna kulit, bentuk rambut, bentuk badan, kemulusan wajah yang tiap hari dicatoki media lewat konten-kontennya, dari iklan sampai sinetron. Juga masalah tingkah laku yang harus kalem, meneduhkan, nggak boleh mencla-mencle nggak karuan.

Nggak heran kemudian kalau standar ini berubah jadi sesuatu yang mainstream dan berposisi udah kaya norma yang harus diikutin secara saklek. Padahal nggak juga. Perempuan itu jenisnya banyak, dan proses tumbuhnya bermacam.      Mau itu nggak sesuai dengan yang ada di media, ataupun nggak mengikuti standar yang terbentuk secara patriarkal, ya sebetulnya hal itu nggak bakal mengurangi kadar keperempuanannya. Lalu jadinya apa yang terjadi dengan perempuan di luar standar-standar itu?

Merasa kurang perempuan, mostly karena fisik  yang nggak sejalan sama  standar mainstream yang ada. Masalah ini yang menjadikan perempuan akhirnya ngerasa minder dan nggak percaya diri. Susah payah buat ngerubah diri, supaya ngerasa lebih mainstream dan lebih masuk ke standar yang ada.

Hey, padahal, taukah kamu? Sayang sama fisik sendiri itu adalah ilmu utama yang wajib  kamu punya lho, sebagai seorang perempuan. Kamu harus paham kalau cantik itu sangat relatif. Dan ketika mereka di luar sana bisa mainin dan bolak-bailikin definisi cantik, lantas kenapa kamu nggak berani buat definisi-mu sendiri?

Kamu berhak nentuin mana yang mau kamu ambil dan mana yang mau kamu tinggalkan. Bahkan kamu lebih berhak atas tubuhmu daripada cibiran orang di luaran sana. Ketika kamu sudah sayang dan nyaman sama dirimu sendiri, maka kamu ngga perlu susah payah untuk menjadi cantik dengan stabdar orang di luaran sana.

Kenapa?

Karena perempuan berhak memiliki dan membuat definisi cantiknya masing-masing.

Belajarlah menerima kekurangan dan kelebihanmu. Nggak ada yang namanya sempurna, yang ada hanyalah sejauh mana kamu bisa menerima. Nggak ada siapapun yang harus jadi sempurna, yang ada hanyalah sejauh mana kamu bisa menghargai tubuhmu sendiri.

Cantik, selalu dimulai sejak dalam pemikiran.

Begitu juga dengan kebebasan dan keindahan dalam berpikir, ia tak pernah lekat dengan hal-hal mainstream.

 

Penulis : Nadhifah Azhar

Ilustrator : Ni’mal Maula