Tak seperti Jalangkung yang hanya datang kalau diundang, ilmu terutamanya sejak pandemi ini, akan datang hanya kalau diundang. Diundang oleh kita yang membutuhkan dan mencarinya.

Sebelum pandemi, kota-kota abesar seperti Jakarta selalu dipenuhi dengan talkshow, seminar, diskusi dan sejenisnya yang diselenggarakan secara megah. Dihadiri pula oleh banyak tokoh populer dan berpengaruh baik sebagai pembicara, narasumber, moderator dan peserta. Sebuah acara bergengsi dan dari luaran terlihat sangat menggiurkan untuk dihadiri. Selain bisa meraup ilmu sebanyak-banyaknya juga bisa bersosialisasi menjalin networking.

Aku pernah mengomentari instastory salah satu teman yang tinggal di Jakarta dengan agak iri hati:

“Enak ya tinggal di Jakarta. Para artis, influencer, dan banyak orang hebat sering mengadakan workshop disana, ngga perlu mikir biaya ongkir lagi hihi.”

Tapi setelah dipikir-pikir, ternyata ilmu juga memilih untuk mendatangi bagi siapa yang mencari. Nggak peduli ia sedang ada dimana, pada jam berapa, kalau niatnya mencari ilmu, pasti ilmu itu akan menghampiri.

Ilmu Harus Diundang

Kesadaran bahwa ilmu harus dicari, diundang bahkan dijemput ini adalah salah satu hikmah yang saya petik dari pandemi ini. Semenjak acara-acara tatap langsung tidak dibolehkan, massa mulai berpindah ke internet. Termasuk pula ragam acara berbagi ilmu. IG Live, Zoom, Youtube dan berbagai kanal lainnya dijejali dengan acara serupa. Berbagai ilmu yang diinginkan tinggal cari. Ada yang gratisan ada juga yang berbayar.

Salah satu sosok perempuan favorit saya, Mba Kalis Mardiasih misalnya. Di masa pandemi ini mengadakan sesi diskusi melalui IG Live mungkin sampai puluhan kali. Gratis, dan temanya pun menurut saya pribadi menarik dan mindblowing sekali.

Kalau mau membandingkan dengan keadaan sebelum pandemi ini, sudah pasti lebih enak sekarang karena saya bisa mendapatkan ilmu secara sangat mudah. Biasanya saya harus membayar tiket seminar/diskusi, mengorbankan waktu dan tenaga saya untuk datang ke tempat acara berlangsung, dan hal lainnya yang membuat saya berfikir dua kali untuk mengikuti acaranya. 

Salah satu privilege yang saya rasakan adalah, saya bisa menonton konser sambil rebahan di rumah. Mungkin memang rasanya jauh berbeda dibanding kita melihat konser pada umumnya. Tapi konser virtual juga saya rasa seru-seru aja kok, toh tetap bisa menyanyi dengan penyanyi/band favorit kita tanpa mengorbankan cost lebih banyak.

.

Bisa dibilang posisi kita saat ini sama: sama-sama di rumah. Kita seolah duduk bersama di kursi terdepan panggung. Pandemi meruntuhkan sekat dan jarak. Semua yang tertuang di internet, bisa dikonsumsi oleh siapa pun di mana pun. Tinggal kita yang benar ingin mencari ilmunya atau tidak.

Ilmu-ilmu yang sekarang berceceran ini tadinya harus dibayar mahal untuk mendapatkannya sehingga hanya bisa dirasakan untuk kalangan tertentu. Pun di lokasi yang tidak bisa kita jangkau. Namun, sekarang privilege itu ada di tangan kita. Disodorkan berbagai pilihan ilmu, kita tinggal pilih mau yang mana, bisa atur juga kapan dan dimana kita akan menikmatinya. Semuanya disesuaikan dengan kita.

Nggak ada lagi malas ikutan ini-itu, apalagi di situasi pandemi yang memudahkan kita untuk mengundang ilmu-ilmu yang dibutuhkan. Hari gini masih berharap ilmu-ilmu itu datang sendiri? Hmmm….