Minggu, 8 November lalu, berita kemenangan Joe Biden sebagai Presiden Amerika ke-46 dengan 290 suara elektoral banyak beredar di media sosial. Hal yang membuatku senang ketika tahu berita tersebut adalah karena yang mendampingi Joe Biden sebagai wakil presiden seorang perempuan, yakni Kamala Harris.

Kamala bukan sembarang perempuan, dia perempuan kulit hitam keturunan India dan Jamaika yang lahir pada 20 Oktober 1964 di Oakland, California. Ini menjadikannya perempuan pertama, perempuan kulit hitam pertama yang menjadi wakil presiden Amerika. Aku ketika mengetahui kemenangan Biden-Kamala, sudah nggak sabar untuk mendengar pidato kemenangan Kamala Harris.

Pidato kemenangan Kamala membuatku terharu sekaligus bangga dan saat itu juga kutetapkan Kamala Harris sebagai salah satu panutanku. Beberapa alasan Kamala pantas jadi role model bagi perempuan menurut saya adalah:

Pertama, Kamala adalah perempuan minoritas—berkulit hitam dengan ras campuran—yang menjadi hal baru di ajang pemilu Amerika. 

Ini menunjukkan bahwa perempuan bisa menjadi apa saja yang dia mau, perempuan punya kesempatan yang sama dengan laki-laki, serta perempuan juga bisa punya mimpi yang besar dan mewujudkannya. Sehingga alasan tidak boleh melakukan “sesuatu” karena kita adalah perempuan menjadi tidak relevan lagi.

Kedua, nama Kamala besar nggak cuma karena representasi itu, tapi juga cerdas, tegas dan kritis.

Hal ini bisa dilihat dari rekam jejaknya, sebelum tercatat sebagai wakil presiden perempuan pertama, pada tahun 2017 Kamala pernah menjadi senator Asia-Amerika pertama dalam sejarah. “Madam Vice President” ini mengawali karirnya di kantor jaksa wilayah Alameda Country, yang kemudian pindah ke kantor jaksa wilayah San Francisco. Selama 2004-2011 Kamala menjadi Jaksa Penuntut Umum di wilayah San Francisco. Kamala melanjutkan kariernya pada tahun 2011 sampai 2017 sebagai Jaksa Agung dan tercatat sebagai perempuan pertama yang menduduki posisi ini di California.

Selain itu juga Kamala sering menyuarakan hak perempuan, menyuarakan tentang kesetaraan gender, kelompok minoritas, ketika duduk di bangku perkuliahan ia menjadi presiden dari asosiasi mahasiswa kulit hitam, aktif mengikuti debat dan prestasi lainnya. Ketegasan Kamala juga bisa dilihat ketika debat calon wakil presiden dengan Mike Pence. Mike yang selalu menginterupsi ketika Kamala sedang berbicara, “Mr. vice president, I’m speaking!” kata Kamala. Kalimat Kamala tersebut sempat menjadi trend.

Ketiga, Kamala bangga dengan asalnya dan apa yang dia miliki. 

Ketika menyampaikan pidato kemenangan, Kamala bercerita tentang bagaimana ibunya mendidik dirinya. Ibunya mendidik Kamala untuk percaya diri dan bangga sebagai perempuan kulit hitam. Ini membentuk Kamala sebagai perempuan yang mempunyai kepercayaan diri dan menjadi manusia sepenuhnya.

Keempat, Kamala Harris menyatakan bahwa dia nggak akan menjadi perempuan terakhir sebagai wakil presiden. 

Terlebih ketika ia mengatakan bahwa perempuan punya kekuatan besar dan suara perempuan sangat berarti. Ini adalah sebuah kesempatan baik dan penting yang bisa membangkitkan semangat perjuangan perempuan dalam ranah apapun.

Keempat alasan itu, sudah cukup untuk menjadikan Kamala Harris sebagai role model terutama bagi perempuan. Nggak peduli asalmu dari mana, dari keluarga mana, punya warna kulit apa, kalau kamu punya mimpi dan berusaha mencapai mimpi itu, nggak ada yang nggak mungkin. Hal yang paling penting adalah gender nggak mempengaruhi gerakmu, asal berani mengungkapkan pikiran, berani berbicara, dan berani mengambil keputusan.