Mencari sensasi di sekolah memang lumrah, kan?

Tidak terasa tahun ajaran baru 2020-2021 sudah mulai dibuka. Ada beberapa hal yang patut dikaji oleh kawan-kawan pelajar. Salah satunya pelajar yang mencari prestasi dengan pelajar yang mencari sensasi di sekolah.

Dua hal tersebut sebenarnya tidak bisa dipisahkan dalam dunia pendidikan di Indonesia.Mengapa tidak bisa dipisahkan? Itulah jahatnya pendidikan di Indonesia. Kalau kata seorang komika Panji Pragiwaksono :

“Jahatnya pendidikan Indonesia adalah ketika murid tidak bisa percaya diri bahwa dirinya berbeda dari yang lain.”

Begitupun dengan murid yang tidak berprestasi didalam kelas akan ada rasa tidak percaya diri untuk sukses. Sebenarnya konsepnya tidak seperti itu, karena murid yang tidak berprestasi didalam kelas sesungguhnya murid itu berprestasi diluar kelas, berprestasi dalam artian adalah pintar secara sosial.

Semua Murid Butuh Dipadang dan Diperhatikan

Murid yang berprestasi didalam kelas cenderung dipandang baik dimata guru dan sekolah. Maka jangan salahkan murid yang tidak berprestasi disekolahnya untuk sekadar mencari sensasi, karena hal tersebutlah yang akan menaikan derajatnya sehingga bisa dipandang oleh pihak guru dan sekolah.

Analogi sederhananya adalah seperti dengan murid yang kabur ketika jam perlajaran hanya untuk menghadiri acara seminar disuatu tempat. Hingga akhirnya murid tersebut ketahuan kabur dan mendapat hukuman karena melanggar aturan sekolah.

Dalam persfektif murid bahwa tindakan kabur untuk menghadiri acara seminar tidaklah salah, karena tujuan murid untuk kabur adalah untuk kebaikan dirinya dimasa yang akan datang. Kalau dikaji secara intensif ada pihak yang salah, yakni pihak sekolah yang tidak bisa memfasilitasi murid dengan baik.

Murid tidak akan melakukan aksi yang melanggar aturan sekolah kalau disekolah itu sendiri diberikan fasilitas yang bisa membuat murid nyaman untuk menuntut ilmu. Menariknya adalah kenapa murid yang berprestasi didalam kelas bisa belajar dengan nyaman? Karena sekolah cenderung memihak dan memfasilitasi kepada yang pintar.

Kurangnya kepekaan lembaga sekolah terhadap murid akan berdampak besar bahkan bisa mencemarkan nama baik sekolahnya. Kenapa harus pihak sekolah yang pertama kali diminta pertanggungjawabannya? Pasalnya adalah pihak sekolahlah yang menyelenggarakan atas pendidikan itu sendiri.

Hukum Newton yang ketiga berbunyi “semua gaya antara dua objek ada dalam besar yang sama dana rah yang berlawanan” sederhananya hukum ini kerap kali dikatakan hukum aksi reaksi. Dengan lembaga sekolah memberikan fasilitas yang biasa-biasa saja, maka feedback murid akan biasa-biasa saja.