Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan bisa dibilang kampus yang kurang terkenal dikalangan akademisi di Indonesia. Namun tahukah anda jika IAIN Pekalongan adalah kampus terapung pertama di Indonesia bahkan dunia ?

Secara geografis IAIN Pekalongan terletak di Pesisir Utara Pekalongan yaitu di Desa Panjang Kecamatan Pekalongan Utara. Berbatasan langsung dengan Laut Jawa tentunya. Lebih spesifik lagi kampus ini hanya berjarak 500 meter dari bibir pantai yang memungkinkan kampus ini menjadi kampus terapung.

Kampus Terapung : Pencapaian dan Ironi

Menjadi kampus terapung bukanlah sesuatu yang membanggakan. Karena diksi “terapung” bukanlah terapung bangunannya di atas laut atau air. Namun lebih tepatnya karena kampus ini selalu terkena efek banjir robyang melanda pesisir Kota Pekalongan dan sekitarnya. Sebagai gambaran, penurunan muka air tanah di Kota Pekalongan adalah yang tercepat di dunia (dikasih data realnya). Bayangkan saja setiap tahun permukaan Kota Pekalongan turun 30 cm dan membuat pekalongan berada di dalam bahaya banjir rob.

Seperti sebagian besar Pesisir Utara Pulau Jawa yang mulai terendam banjir disebabkan pemanasan global. Serta maraknya pengeboran sumur yang secara tidak langsung juga membuat laut semakin  mengekspansi daratan di sekitarnya. Keadaan ini juga diperparah dengan letak geografis kota-kota pesisir yang menjorok ke laut. Dengan keadaan tersebut, kegiatan pembelajaran di iain pekalongan juga terganggu dan sering diliburkan. Artinya mengurangi ilmu-ilmu yang disampaikan oleh dosen kepada mahasiswa.

Berbagai tindakan pencegahan yang dilakukan sudah sangat banyak. Mulai dari pembuatan tanggul raksasa yang memanjang dari perbatasan Kabupaten Batang sampai ke ujung barat Kabupaten Pekalongan. Sebagai kampus yang terdampak banjir rob, IAIN Pekalongan juga melakukan tindakan pencegahan seperti pengurugan areal kampus. Namun tindakan yang dilakukan hanya sebatas tindakan jangka pendek dan terkesan asal-asalan.

Tindakan yang paling serius dilakukan oleh pihak kampus adalah memindahkan kampus ke daerah kabupaten yang berjarak 25 km dari kampus sekarang. Pemindahan lokasi kampus juga harus dipikirkan kembali karena pemindahan ini memerlukan biaya yang besar dan mempengaruhi ekonomi masyarakat di sekitar kampus sekarang.

Ada pula polemik lain yaitu setelah kampus pindah ke daerah kabupaten, lantas gedung di kampus sekarang apakah hanya ditinggal atau dirobohkan. Pada intinya, baik pihak kampus maupun pemerintah setempat harus berfikir keras untuk mengatasi hal tersebut karena hal ini menyangkut kelangsungan hidup orang banyak.