Kisah ini berasal dari seorang anak yang bernama Jerome Polin Sijabat, yang akrab disapa Jerome. Jerome lahir di Jakarta pada tanggal 2 Mei 1998, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya bernama Jehian Panangian Sijabat dan adiknya bernama Jesferrel Porman Sijabat.

Disaat krisis moneter melanda, keluarganya sangat kekurangan. Akhirnya pada tahun 2004, keluarga Jerome berpindah ke Kota Surabaya. Setelahnya pindah ke Kota Surabaya, Jerome dan kakaknya menempuh pendidikan SD dan SMP di Sekolah Intan Permata Hati dengan mendapatkan beasiswa.

Saat itu, Jerome sangat iri sekali kepada teman-temannya yang saat itu melakukan bimbel di KUMON. Jerome meminta ke mamanya untuk mengikuti bimbel tersebut, namun karena tidak memiliki uang, mamanya lah yang mengajari Jerome sampai paham seperti di tempat les.

Saat di bangku SMP, Jerome Polin mencari info mengenai beasiswa mulai dari internet, koran, sampai teman-temannya. Info yang ditemukan oleh Jerome ialah beasiswa penuh S1 di NTU (Nanyang Technological University) Singapura dan NUS (National University Singapore) Singapura.

Jerome menempuh pendidikan SMA di SMA Negeri 5 Surabaya. Saat duduk di kelas 2 SD, Jerome sangat menginginkan berkuliah di luar negeri. Namun, keluarganya mengalami terkendala ekonomi yang cukup sulit. 

Semasa Sekolah Menengah Atas, Jerome sangat aktif sekali mengikuti kegiatan di sekolahnya seperti olimpiade, ekstrakurikuler paduan suara, dan banyak hal. Setiap harinya Jerome hanya akan di kelas serta di perpustakaan. Ia rela menghabiskan waktunya untuk itu.

Baginya, waktu adalah hal tidak dapat diputar kembali sehingga ia rela jam mainnya dipakai untuk belajar dan belajar. Setelah lulus, ia sempat lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) di ITB. Namun, tidak ia ambil itu karena bertepatan dengan pendaftaran beasiswa ke Singapura.

Saat di SMA, Jerome mulai mengejar proses syarat itu. Syarat masuk dan lolos beasiswa penuh dari NTU maupun NUS adalah harus memiliki nilai yang tinggi saat tes masuk. Untuk tesnya terdiri dari tiga mata pelajaran yaitu matematika, fisika, dan bahasa inggris. 

Jerome sangat optimis dan percaya diri sekali untuk mengerjakan soal tes tersebut. Sayangnya kepercayaan diri yang terlalu tinggi ini mengakibatkan Jerome tidak lolos beasiswa penuh S1 di Singapura. Akhirnya disemangati oleh kedua orang tuanya dan mencari beasiswa kembali.

Setelah mencari-cari beasiswa ke luar negeri, akhirnya Jerome mendapati info beasiswa dari kakaknya. Beasiswa tersebut bertempat di Jepang, yaitu beasiswa Mitsui Bussan. Saat info tersebut diterima oleh Jerome, ia langsung bergegas untuk mendaftar beasiswa tersebut.

Jerome menyiapkan berkas-berkasnya untuk dikirim ke pihak mitsui bussan melalui kantor pos. Setelah beberapa minggu, akhirnya pengumuman tiba. Jerome lolos di tahap berkas, selanjutnya harus melewati beberapa tes lainnya seperti tes tertulis, tes wawancara dan tes kesehatan.

Tes tertulis ini terdiri dari beberapa mata pelajaran seperti bahasa inggris, biologi, fisika, matematika, kimia. Jerome mengerjakan tes ini sangat cepat hanya butuh waktu 30 menit karena tes tulis NTU kemarin sangat membantu Jerome untuk menyelesaikan tes tersebut.

Setelah menunggu beberapa hari berlalu, waktu pengumuman tiba. Jerome dinyatakan lolos kembali tes tertulis yang selanjutnya akan melewati tes wawancara. Dari 22 orang yang dinyatakan lolos tes tertulis kemarin, hanya ada 14 orang saja yang bisa masuk tahap tes wawancara.

Jerome sangat lancar ketika di wawancara, saat pewawancara bertanya tentang nilai matematika. Pewawancara menanyakan jurusan apa yang akan diambil oleh Jerome, Jerome menjawab akan mengambil jurusan matematika murni. Nilai tes matematika Jerome bisa dibilang mendekati sempurna.

Sebelum hari pengumuman tiba, Jerome Polin dan keluarganya di Jakarta menyempatkan untuk berlibur sejenak di Dufan. Jerome sangat bersenang-senang ketika di Dufan, hingga sampai tidak mengetahui kalau ada telepon dari pihak mitsui bussan. Jerome pun menerima telepon kembali dari mitsui bussan.

Tanpa disangka-sangka ternyata Jerome lolos tahap terakhir dan dinyatakan berhak untuk mendapatkan beasiswa mitsui bussan tahun 2016, ia lolos bersama satu orang lagi dan tiap tahun pihak mitsui bussan hanya memberikan 2 orang saja yang berhak untuk mendapatkan beasiswa.

Jerome menelpon kedua orang tuanya untuk memberikan kabar gembira. Jerome sampai menangis dan kagum terhadap diri sendiri. Lalu, setelah melewati berkas-berkas yang harus diisi, ia belajar bahasa Jepang selama 3 bulan di Jepang.

Setelah 3 bulan untuk belajar bahasa Jepang, Jerome Polin kembali melakukan tes untuk masuk ke perguruan tinggi di Jepang. Tesnya meliputi biologi, kimia, fisika, matematika. Untuk soal-soal tesnya penuh dengan bahasa Jepang.

Disaat pembagian nilai tesnya keluar, betapa terkejutnya Jerome ketika melihat nilai kimia. Memang untuk mata pelajaran kimia, Jerome sangat tidak menguasai. Setelah itu, Jerome mengisi data diri untuk mendaftar di kampus ternama. Jerome mendaftar di Tokyo University dan Waseda University.

Hingga akhirnya, Jerome diterima di Universitas Waseda dan bertemu dengan teman-teman barunya. Walaupun di Jepang terkenal dengan tingkat individualisme yang tinggi, Jerome tetap mempunyai teman barunya seperti Tomo, Yusuke, dan Otsuka, serta teman-teman lainnya yang berasal dari luar kampus. Sebelum bertemu dengan teman-temannya, Jerome sempat membuat akun channel youtube bernama “Nihongo Mantap”. Saat itu, videonya berisikan tentang belajar bahasa Jepang mulai dari hiragana, katakana, sampai beberapa kosakata dalam bahasa Jepang bersama teman dari Indonesia.

Editor: Ciqa

Gambar: google.com