Ibu adalah madrasah pertama anak-anak…. kata orang-orang kebanyakan. Tapi kemudian saat perempuan bersekolah dan mengenyam pendidikan, kok dikira aneh? Atau kita sering kali mendengar ungkapan “Di balik suami yang sukses, ada istri yang cerdas,” kata orang-orang. Tapi kemudian saat perempuan mau memiliki pengalaman lebih, kok dikira membangkang?

Mustahil ada perempuan cerdas yang malas. Harus ada waktu yang digadaikan demi ilmu, buku, pengetahuan dan informasi yang baru terus-menerus. Tanpa itu, mustahil perempuan bisa punya kesempatan untuk mengembangkan pikirannya sendiri. Akibatnya hal ini juga menjadikannya ibu yang berpikiran sempit. Kalau memang perempuan digadang-gadang sebagai sosok madrasah pertama anaknya, menjadi guru, tutor, dan pembimbing bahkan sejak masih ada di dalam kandungan, maka sepatutnya perempuan itu memang HARUS sekolah dan cerdas.

Bukan malah dipandang aneh dan dibicarakan miring ketika ia bersemangat menuntut ilmu ke berbagai jenjang. Bukan malah diminta di dapur dan sumur saja, daripada diperjuangkan hak pendidikannya. Bukan malah sengaja disuruh berhenti sekolah karena alasan nanti ditakuti suaminya. Haloo??? Ya memangnya mau, kalau madrasah anak-anak itu isinya sebatas gosip ibu-ibu di tukang sayur, dan ghibah rutin tiap arisan? Nggak kan?

Jadi Ibu yang Cerdas itu Nggak Sederhana

Ibu yang cerdas dan berpola pikir luas juga akan membuka pola pikir anak melalui pola pengasuhan yang baik. Ditambah dengan komunikasi yang menyenangkan sehingga anak bisa belajar banyak bahkan dalam tiap interaksi dengan ibunya sendiri. Anak sudah mulai sekolah informal sejak masih dalam kandungan dan momen-momen tersederhana dalam pertumbuhannya. Kenapa? karena ada ilmu yang mengalir dalam tiap kebersamaan dengan ibunya.
Namun jika perempuan malah disebut aneh dan mending di dapur saja daripada sekolah, maka mau mengharapkan apa dari madrasah pertama nanti, selain mengeluhkan harga gas dan terasi? Mau mengharapkan pengetahuan luas yang seperti apa? Mau cerdas dan berpikiran luas yang bagaimana, kalau belajar saja masih dianggap tidak pantas?

Perempuan Juga Harus Terdidik

Perempuan wajib hukumnya belajar dan menimba ilmu dengan jatah yang sama seperti laki-laki. Jika laki-laki boleh cerdas dan menimba ilmu sampai jauh, maka perempuan juga sangat boleh atas itu. Nggak ada pribahasa yang bilang menuntut ilmu sampai negeri China hanya punya laki-laki. Dari perempuan yang cerdas, akan tumbuh anak yang cerdas. Akan tercipta keluarga yang baik. Menekan hak pendidikan perempuan sama saja membodohi dengan sengaja anak-anaknya nanti, dan suaminya sendiri.

Jadi sobat milenial, sudah sewajarnya kaum perempuan bisa mengenyam pendidikan yang sama seperti hal pada umumnya, pun perempuan yang jadi Ibu masih bisa dijadikan madrasah pertama bagi anak-anaknya. Karena pastinya perempuan yang cerdas akan melahirkan putra putri yang cerdas baik dalam hal pemikiran dan perilaku. Bukankah seperti itu hasil yang diharapkan dari seorang “madrasah pertama”?

Penulis : Nadhifah Azhar

Ilustrator : Ni’mal Maula