Sebagai warga pendatang, yang kebetulan menjadi mahasiswa di salah satu kampus swasta. Saya tidak hanya ingin belajar soal kehidupan kampus, tetapi juga memahami kultur juga budaya yang ada di Malang Raya. Termasuk dialek bahasa Jawa Malang, yang tentu punya ciri khas tersendiri.

Perlu saya tegaskan, Malang Raya itu meliputi Kota Malang, Kabupaten Malang, dan kota Batu. Setelah saya coba memahami sedikit, ternyata tiga daerah ini memiliki dialek yang berbeda, kendati sama-sama menggunakan bahasa Jawa. Bahasa Jawa yang digunakan orang kabupaten Malang, berbeda dengan dialek yang digunakan masyarakat kota Malang, begitu pula kota Batu. Berikut saya bagikan beberapa kiat agar kalian, calon penghuni Malang Raya bisa memahami saat nanti berdomisili.

#1 Kecepatan Berbicara

Hal yang paling mudah dikenali dari perbedaan dialek itu pada kecepatan berbicara. Jika saya urut, masyarakat kabupaten Malang memiliki gaya bicara bahasa Jawa begitu cepat, sampai kadang saya sedikit susah memahami, mirip seperti bahasa Madura. Tidak ayal, jika beberapa kecamatan di kabupaten Malang justru lebih fasih berbahasa Madura, ketimbang bahasa Jawa. Selanjutnya, kota Malang gaya bicaranya lebih cepat daripada masyarakat yang tinggal di kota Batu.

Jadi sebenarnya dapat disimpulkan, yang mempengaruhi kecepatan dialek bahasa Jawa ini adalah letak geografis. Kabupaten Malang dekat dengan pantai, kota Malang berada di tengah-tengah, sementara kota Batu di dataran tinggi yang dingin.

#2 Tidak Semua Paham Bahasa Walikan

Bahasa walikan, merupakan bahasa yang digunakan sebagian besar oleh masyarakat di kota Malang. Bahasa walikan ini memiliki pola, tidak semua bisa di bolak balik. Untuk lebih detailnya sudah banyak artikel yang membahas tentang bahasa walikan. Nah, sementara orang Batu dan kabupaten Malang jarang yang menggunakan bahasa Walikan. Mereka lebih menggunakan bahasa Jawa murni, orang Batu menggunakan bahasa Jawa yang sedikit halus seperti orang Jawa Tengahan.

#3 Masyarakat Kabupaten Malang Identik Dengan Imbuhan ‘Tah’

Yoiyo tah, jika kebetulan berkunjung ke kabupaten Malang, saat mendengar orang asli atau masyarakat pribumi sering menggunakan imbuhan ‘tah’ pada akhir kalimat. Coba saja dengarkan seksama, dialek yang mereka gunakan juga begitu cepat. Imbuhan ‘Tah’ menjadi semacam kebiasaan yang lumrah digunakan sebagian besar masyarakat kabupaten Malang. Semacam imbuhan ‘kah’ pada bahasa Indonesia yang dipakai oleh saudara di Indonesia timur.

#4 Dari Kasar ke Halus

Pemetaannya begini: kabupaten Malang bahasanya lebih halus ketimbang bahasa Jawa yang digunakan masyarakat kota Malang. Begitu pula kota Batu lebih halus bahasanya daripada kota Malang dan kabupaten Malang. Jadi jika diurutkan kota Malang itu bisa dikatakan cukup kasar, tapi masih mending ketimbang arek arek Suroboyoan, menyusul yang lebih halus dialek kabupaten Malang, lebih halus lagi dialek kota Batu.

Saya beri contoh kongkrit, misalnya saat misuh saja. Orang kota untuk kata kata misuh seperti [janc*k] terbaca fasih [jianc*ook]. Orang kabupaten Malang sudah lebih halus lagi [janc*ok], nah justru orang kota Batu jarang terlihat misuh, paling kesal ketika hendak berbicara kotor masih toleran [j*ngkr!k].

Nah, itu dia sedikit pengetahuan abal abal saya tentang dialek bahasa Jawa Malang raya. Terlepas dari relevan, benar atau salah saya tegaskan pasti tidak akurat 100%, harap maklum saja namanya juga pendatang.

Editor : Hiz

Foto : Liputan6