Ketika hubungan perasaan dengan mantan telah usai, terkadang kita merasakan bahwa semuanya menjadi berbeda, tak sama, dan bahkan diri sendiri pun merasakan bahwa apa yang dilakukan itu bukan merupakan tindakan yang seharusnya. Namun, mau bagaimana lagi? Semuanya sudah usai bukan?

Nah, tapi hati-hati ya sobat milenialis! Anggapan bahwa segalanya benar-benar sudah usai dengan mantan justru seharusnya kita hindari. Kenapa? Karena biasanya anggapan semacam itu justru datang karena kita sakit hati dan menyimpan kebencian pada mantan. Padahal nih ya, dengan membenci mantan, justru sakit hati kita tidak akan hilang. Malah semakin meluap-luap apabila kita bertemu, berpapasan atau hanya sekedar mendengar namanya disebut. Tapi, kalau diikhlaskan, dilepaskan, tentu semuanya akan jadi berbeda.

Apa sih Tujuannya Putus?

Pertama-tama, saat putus dengan mantan, pastikan kita sama-sama mengerti dengan jelas, apa yang menjadi alasannya. Mengetahui alasan putus dengan mantan akan membuat kamu dan mantan saling memahami dan memaafkan satu dengan yang lain, sebagai yang diputuskan ataupun memutuskan.

Bisa jadi, sebab putusnya adalah kesadaran yang timbul karena kita mengingat firman Allah SWT yang artinya berbunyi:

“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbutan keji, dan suatu jalan yang buruk.”QS. Al-Israa ayat 32

Banyak anggapan yang sering terdengar dan kebanyakan orang pun ikut membenarkannya yang bilang bahwa “Kita kan pacaran doang, gak sampe zina kok”.  Tapi mari kita coba melihat dengan jeli, bahwasannya perzinahan itu kebanyakan berawal dari pacaran. Iya, memang banyak yang pacaran tidak sampai kepada zina badan, tapi apa kabar dengan zina mata, telinga, tangan, kaki, dan hati? Apakah mereka juga masih tetap terjaga? Atau sudah benar-benar terbuka?

Padahal pertanyaan-pertanyaan itu seharusnya menjadi cambuk bagi kita, untuk tetap menjaga diri, putus dari pacar bukan untuk mencari cinta pada kekasih yang baru tapi untuk mencari cinta pada pemilik cinta yakni Allah SWT.

Sebab putus yang kedua ialah ketertarikan kepada orang lain, atau biasa disebut dengan adanya orang ketiga. Yah, kalau yang ini sih, sudah bisa dipastikan alasannya benar-benar tidak baik. Putus untuk kemudian mencari orang lain untuk menggantikan posisi mantan? Untuk mengobati sakit hati? Atau untuk kesenangan semata? Tapi yang jelas, alasan itu tidak akan menyembuhkan kamu dan tidak akan membahagiakan. Bagaimana mungkin kita dapat merasakan bahagia jika dosa zina berada di depan mata kita?

Kita Baikan Bukan Balikan

Ketika hubungan kita dengan mantan kekasih telah usai, yang harus kita jaga ialah menjaga tali pertemanan dengan mantan. Oke, kita boleh selesai dengan pacar. Tapi apakah kita juga perlu selesai sebagai teman? Teramat disayangkan jika teman kita berkurang bahkan hilang hanya karena hubungan perasaan telah usai.

Sebaiknya, ketika saling menyatakan selesai dengan mantan, maka kita saling menghargai keputusan itu dan memulai kembali merajut pertemanan. Awalnya mungkin akan terasa sakit, bahkan akan sulit untuk menerimanya. Namun, dengan seiringnya waktu yang berlalu dan perasaan yang kian dewasa kita akan mampu melewati hal itu. Perasaan boleh usai, tapi pertemanan harus dipertahankan hingga raga yang memisahkan.

Berbaikan dengan mantan ini tidak mengharuskan kita untuk balikan dengan mantan. Karena baikan bisa terlaksana tanpa harus balikan. Sesakit apapun hati kita oleh si mantan, kita harus berupaya untuk memaafkannya. Dengan memaafkan mantan tidak akan membuat kita menjadi hina dan dianggap sebagai pemuja cinta darinya.

Malah dengan meminta maaf dan memaafkan menjadikan kita sosok dewasa yang penuh dengan tanggung jawab. Sebab, yang memaafkan dan meminta maaf sama-sama mengakui dan menghapuskan kesalahan yang telah dilakukan. Eh, buat apa sih benci sama mantan, bukannya dia dulu pernah disayang dan dijadikan angan-angan ya?  

Halalkan atau Ikhlaskan

Karena pacaran mendekatkan kita kepada zina, dan zina itu termasuk perbuatan yang keji, maka kita harus menghindarinya. Apabila raga ini tak mampu untuk menghindarinya, maka wajib untuk menghalalkannya dengan menikah. Namun apabila belum siap untuk menikah, maka harus mengikhlaskannya. Tidak mengikat dan mendekatkan orang tersayang kepada api neraka. Cinta tak harus memiliki, tapi cinta harus suci tak ternodai.

Dikarenakan kalau membicarakan cinta tidak akan pernah ada ujungnya, maka intinya adalah, dalam menyikapi cinta hanya ada dua hal: halalkan atau tinggalkan. Tidak ada kata menunggu atau menggantungkan. Dan ingat, jangan pernah bermusuhan dengan mantan sebab dia adalah orang yang paling kita sayang di masa lampau. Dear mantan, yuk baikan!