Semenjak ada aturan physical distancing para konten kreator mendapat angin segar di platform-platform ternama seperti Youtube, Instagram dan Tik Tok. Anjuran stay at home membuat masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu mencari hiburan di dunia maya.

Di masa pandemi ini ada salah satu vlogger yang menarik perhatian publik belakangan. Yaitu Rahmawati Kekeyi Putri Cantika, seorang youtuber yang memulai karir dengan beauty vlog ini baru saja merilis single dan video klip pertamanya “Keke Bukan Boneka”. Yang menarik adalah, dengan engagement yang Kekeyi bangun selama ini di medsos serta undangan kolaborasi dengan berbagai youtuber ternama, maka Boom!

Video klip pertamanya ini berhasil menarik hampir 19 juta viewer! Lebih banyak dari jumlah seluruh penduduk Israel!

Sebelum kita memasuki pembahasan, yang saya soroti adalah bagaimana masyarakat kita memandang sebuah konten yang diciptakan oleh konten kreator. Sepertinya saya tidak perlu mengambil contoh komentar warganet karena saya yakin kalian sudah membaca ratusan ribu komentar di channelnya Kekeyi.

Memang beberapa ada yang memuji atau sekedar heran dengan tingkah polah kekeyi. Tapi yang jelas, dari beberapa hate comment yang saya baca seolah-olah viewers memiliki masalah pribadi dengan sosok kekeyi.

Memanusiakan Konten Kreator

Disini saya mengajak pembaca untuk memberikan penilaian sebuah karya seni melalui apresiasi seni. Karena seni itu sangatlah subjektif sesuai dengan individu yang menilainya. Sebagai penikmat musik, saya menilai lagu Kekeyi ini trash. Namun dalam hal personal, saya fine-fine saja dengan Kekeyi, bahkan cenderung respect. Dengan segala keterbatasannya dia bisa mendapat trending 1 youtube dalam kurun waktu 6 hari dan terus berjalan.

Ini yang saya sebut memanusiakan konten kreator, karena hal yang sama juga terjadi pada Ferdian Paleka. Pemuda yang akhirnya dijebloskan ke jeruji besi karena konten prank memberi kardus mie berisi sampah kepada waria yang dia upload dan menjadi viral.

Disini saya juga kesal melihat kelakuan Ferdian Paleka. Namun harus digarisbawahi, bahwa saya hanya sebal dengan kreativitasnya saja sebagai konten kreator. Bukan kepada persona seorang Ferdian Paleka.

Tindakan persekusi, hukuman penjara dan pembully-an di sel tahanan oleh sesama pesakitan menurut saya sangat tidak perlu, hal yang harus dilakukan sebenarnya adalah memgambil hak dia sebagai konten kreator, diambil wadah dia berkreasi yaitu men-take down channel youtube-nya. Karena secara logika, dia salah menggunakan haknya sebagai konten kreator dan berarti wadah dia berkreasilah yang mestinya dicabut.  Hal yang sama juga mesti diterapkan kepada semua konten kreator.

Tidak nyaman dengan sebuah konten? Report channelnya, beres.

Hal yang sama juga berlaku untuk Kekeyi yang videonya di-take down youtube belakangan.