Seperti keadaan biasanya, dunia tidak terkecuali Indonesia masih belum terlepas dari wabah bernama Covid-19. Di Indonesia sendiri kurva belum mengalami penurunan, bahkan semakin meningkat dari hari ke hari. Hal ini tentu menandakan bahwa Indonesia masih belum aman dari virus corona. Belum usai permasalahan Covid-19, masyarakat kini tengah disibukkan dengan wacana new normal life. Terlepas dari ramainya perbincangan wacana tersebut, kita tidak dapat terlepas dari fakta bahwa saat ini kita masih hidup berdampingan dengan virus corona.

Dari yang sebelumnya aktif bekerja di luar rumah, aktifitas bekerja cukup dilakukan di rumah saja. Demikian pula dengan aktifitas belajar dan beribadah. Harus dilakukan di rumah sampai dengan waktu yang tidak ditentukan. Jika tak kunjung beradaptasi dengan aktifitas di rumah saja, maka bersiaplah menunggu diri menjadi pribadi yang lemah dan berantakan sebab tidak ada produktifitas di dalam dirinya. Yang merasakan belajar secara daring tentu merasakan bagaimana suka dan dukanya.

Belajar di rumah kelihatannya memang menyenangkan. Waktu lebih fleksibel, bisa ditemani keluarga, bahkan mungkin tak perlu repot-repot mandi dan berpakaian rapi sebelum memulai kegiatan belajar mengajar. Namun diperlukan gadget atau komputer yang memadai, kuota internet yang harus senantiasa diisi, dibutuhkan kekuatan sinyal dan mata yang harus kuat melek berjam-jam lamanya di depan layar. Paling tidak itulah modal utama dalam pelaksanaan belajar atau kuliah secara daring. Proses transfer informasi dan ilmu via daring dapat terhambat jika modal-modal tersebut tidak terpenuhi dengan baik.

Generasi Covid-19

Dalam situasi pandemi saat ini, aktifitas belajar di rumah dilakukan dalam kurun waktu yang tidak pasti. Berbagai kesan, keluhan dan saran tak sedikit sudah disampaikan oleh mereka yang mengalaminya. Dengan tatanan baru kehidupan pelajar dalam menuntut ilmu, mungkin terbersit dalam benak, bagaimana nasib mereka di masa mendatang dengan pola belajar semacam ini? Pandemi melahirkan generasi pelajar yang kita sebut sebagai generasi Covid-19.  Generasi yang juga disebut-sebut lulus via jalur virus corona karena adanya penghapusan ujian nasional yang padahal sebelumnya juga sudah diwacanakan. Generasi yang tidak bisa merasakan berbagai kehebohan selebrasi tatkala ia dinyatakan lulus. Agenda perpisahan dan coret-coret baju seragam misalnya.

Bagi generasi Covid-19 mungkin ada yang berpikir sangat disayangkan ketika mereka harus menanggung beberapa hal yang tidak lazim baginya meski bagi sebagian yang lain mungkin tetap enjoy bahkan mensyukurinya. Namun mau bagaimanapun yang menimpa diri kita, satu hal yang harus kita yakini, bahwa ini adalah bagian dari takdir kehidupan yang tak dapat kita elak. Sudah tentu ada hikmah dibalik semua ini. Percayalah!

Susahnya Jadi Generasi Covid-19

Meski pandemi ini adalah bagian dari suratan takdir yang penuh kesan dan makna, namun jangan lantas membuat kita santai hanya karena tidak banyak beraktifitas seperti sebelumnya. Di masa pandemi ini, pekerjaan rumah kita justru semakin banyak. Ada banyak hal yang harus kita benahi jika tidak ingin terpuruk. Sebab tahun 2020 adalah tahun pertama bagi kita. Pertama kali merasakan situasi pandemi, pertama kali membatalkan berbagai acara yang telah disiapkan sedemikian rupa, dan tentunya pertama kali merasakan situasi belajar formal secara daring. Tentu ini sangat berbeda dengan kehidupan sebelumnya dan tak jarang membuat kita menjadi tertekan.

Singkatnya tahun 2020 adalah tahun yang sulit bagi semua kalangan, termasuk pelajar. Betapa tertekannya pelajar, kala aktifitas belajar formalnya banyak digantikan dengan tugas-tugas dan dikejar deadline. Betapa tertekannya pula kala situasi belajar online tidak efektif. Entah keterbatasan media, faktor signal, maupun faktor metode pengajaran. Belum lagi soal keterbatasan akses teknologi. Nyatanya banyak pelajar yang tidak memiliki teknologi memadai untuk menunjang pendidikannya. Alhasil proses belajar menjadi sangat terhambat. Beruntung jika guru mau berkorban door to door, namun jika tidak? Maka berbulan-bulan lamanya ia tidak mendapat asupan pelajaran sekolah. Maka itu lah beberapa yang menjadi pekerjaan rumah bagi pelajar. Mengadaptasikan proses belajarnya dengan situasi pandemi.

Dua Pilihan: Tenggelam atau Cemerlang?

Kita telah mengalami berbagai kesulitan akibat pandemi ini. Maka ada dua pilihan untuk kita dalam situasi seperti ini. Apakah akan menyerah dengan keadaan sehingga kemudian membuat kita tenggelam dalam bencana Covid-19, atau kita bertahan dengan mengupayakan berbagai peluang yang ada di hadapan kita. Tidak mengapa jika pelajar angkatan 2020 dissebut sebagai generasi yang lulus via jalur virus corona. Sebab itu adalah sesuatu yang istimewa. Belajar dan berjuang mencapai cita-cita dengan segala keterbatasan. Maka nilai juang generasi Covid-19 akan lebih besar. Tidak mengapa jika ia dibebankan dengan banyaknya tugas dan deadline. Karena dengan begitu, ia dapat mengasah nalar serta kreatifitasnya.

Memikirkan bagaimana proses belajar menjadi menyenangkan dan mendapatkan hasil sesuai dengan harapan. Dan tidak mengapa pula jika ia dituntut untuk terus berada di rumah. Dengan begitu ia akan menjadi pribadi yang sabar dan tangguh. Sebab mampu bertahan dalam situasi pandemi yang penuh dengan keterbatasan. Maka masa depan generasi Covid-19 berada ditangan mereka. Apakah akan menyerah kemudian tenggelam? Atau bangkit, produktif dan kemudian menjadi generasi yang cemerlang? Pilihan itu, pribadi masing-masing yang menentukan. Maka renungkanlah.