Sah, Presiden Joko Widodo resmi memutuskan kenaikan harga BBM bersubsidi per Sabtu (03/09/22) pukul 14.30 WIB. BBM subsidi jenis Pertalite naik dari Rp7.650/liter menjadi Rp10.000/liter dan solar dari Rp5.150/liter menjadi Rp6.800/liter.

Pemerintah tak kuasa menahan beban anggaran subsidi BBM yang semakin membengkak dan dikhawatirkan mengancam keuangan negara. Apalah daya dan kuasa pemerintah, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Banyak faktor yang menyebabkan mau tak mau, suka tak suka harus ada penyesuaian harga BBM bersubsidi.

Tahun ini pemerintah menganggarkan dalam APBN Perpres no. 98 tahun 2022 sebesar Rp502,4 Triliun untuk subsidi BBM, gas elpiji dan listrik. Anggaran ini meningkat 3 kali lipat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dikutip dari instagram Menkeu @smindrawati , faktor penyebab naiknya BBM pertama, harga minyak dunia yang tinggi mencapai $105/barel imbas perang Rusia-Ukraina, yang notabe adalah salah satu eksportir minyak terbesar di dunia. Kedua, nilai kurs tukar rupiah yang lemah berada dikisaran Rp.14.700. Ketiga, volume konsumsi Pertalite dan solar yang meningkat, dari sebelumnya perkiraan konsumsi pertalite 23 juta kilo liter menjadi 29 juta kilo liter, dan solar dari 15 juta kilo liter menjadi hampir 17,5 juta kilo liter.

BBM beban subsidi APBN

Pemerintah menyebut jika BBM subsidi tidak dinaikkan, maka hingga akhir tahun 2022 anggaran subsidi mencapai RP698 Trliun. Otomatis APBN akan jebol sebesar Rp147,6 Triliun. Anggaran ini akan menjadi hutang dan harus dibayarkan dalam APBN 2023. Kenaikan yang sedang terjadi saat ini saja hanya menambal sekitar Rp48 Triliun. Jadi, akhir tahun ini APBN tetap jebol lebih kurang Rp100 Triliun dengan total subsidi yang ditanggung pemerintah RP650 Trliun.

Terlepas dari kebingungan dan kebengongan rakyat terutama bagi yang berkantong kering dan berdompet tipis. Yang menjadi pertanyaan adakah hal positif yang dirasakan masyarakat dari kenaikan BBM ini? Kalau untuk pemerintah saya yakin pasti ada, selain dari ‘melonggarkan’ beban fiskal negara, memperbaiki keuangan Pertamina dan menjadikan harga BBM mendekati harga keekonomian.

Ternyata setelah saya analisis lebih mendalam saya menemukan 4 hal positif dari naiknya harga BBM bersubsidi. Yuk saya mari simak penjelasan dibawah ini

1. Memaksa masyarakat untuk hidup lebih sehat

Tunggu dulu, dampak positif apa ini? Rakyat pada sekarat kok bilang jadi lebih sehat? Baik akan saya jelaskan, melambungnya harga BBM bersubsidi akan membuat masyarakat mulai memikirkan untuk beralih menggunakan kenderaan ramah lingkungan seperti motor listrik atau mobil listrik. Sudah ada toh motor listrik buatan anak negeri yang mengaspal di jalan raya? Salah satunya transportasi online yang dipakai sama abang-abang yang berjaket hijau itu lo!?

Dari segi kesehatan juga pastilah lebih sehat karena tidak mengeluarkan gas karbon monoksida (CO) yang berbahaya. Sehingga lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan motor konvensional. Kalau perlu bagi anak muda yang masih segar bugar silahkan ke kantor dengan bersepeda atau berjalan kaki jika memungkinkan, jadi lebih sehat bukan? Berolahraga sambil berkendara, meningkatkan imun dan kesehatan Nasional, Covid-19 jadi bisa dicegah dan ditangkal, tapi tetap patuhi prokes ya teman-teman.

2. Jadi lebih berhati-hati dan berhemat dalam pengeluaran

Telur mahal, harga minyak masih buntal, cabai bikin nafas emak-emak tersengal-sengal, hanya satu kata kunci untuk bisa tetap bertahan yaitu ‘hemat’. Hemat adalah meminimalisir pengeluaran atau bahkan menunda sementara pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya tidak terlalu urgent.

Saran saya berhentilah ‘cuci mata’ disaat BBM subsidi melejit seperti sekarang ini. Perbanyak berkumpul bersama keluarga di rumah dan berpikir serta berinovasi untuk mensiasati menu makanan keluarga yang sehat dan lezat. Tapi dengan biaya yang tidak bikin penat. Seperti kata pepatah ‘pikir itu pelita hati, pikir dulu sebelum membeli’.

3. Masyarakat akan berusaha mengembangkan energi alternatif

Energi alternatif adalah energi pengganti bahan bakar fosil. Contohnya seperti minyak bumi, batu bara dan lainnya yang keberadaannya terbatas dan tidak dapat diperbarui (un-renewable resources). Nah, energi alternatif ini sebaliknya, energi ini tidak akan pernah habis walaupun digunakan terus-menerus. Contohnya energi matahari, angin, air, dan panas bumi. Sudah banyak pemanfaatan energi alternatif yang sudah kita lihat seperti lampu jalan raya dengan panel surya, PLTA, PLTU, PLTN dan lainnya.

Nah, masyarakat kita memang dikenal kreatif dan inovatif apalagi jika dalam keadaan terdesak seperti sekarang ini. Contohnya saja menggunakan minyak dari biji pohon jarak sebagai alternatif BBM konvensional, bioetanol dari sari tebu. Ada juga biogas yang berasal dari tinja hewan yang bisa digunakan untuk memasak.

Semua ini potensi besar yang berasal dari kecerdasan masyarakat kita. Tugas pemerintah harus mendukung dan mengembangkan semua inovasi dan kreasi anak bangsa semaksimal mungkin demi tercapainya Program Bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) 23% pada tahun 2025 mendatang.

4. Rakyat tidak perlu repot-repot daftar MyPertamina

Ini dia yang membuat ‘gondok’ rakyat kecil, udahla hidup rakyat susah malah disuruh daftar Aplikasi MyPertamina hanya untuk mengisi BBM subsidi yang sudah ada di depan mata. Cobalah dipikirkan dengan seksama wahai para pejabat perusahaan plat merah. Bagaimana anda membayangkan masyarakat berduyun-duyun datang ke SPBU dengan raut wajah merah dan marah. Hal itu terjadi gara-gara baterai Smartphonenya habis, paket datanya habis, antrinya bejibun, belum lagi jika servernya error. Tolong jangan merepotkan rakyat kecil dong!

Kita sudah kenyang akan kesusahan dan pahitnya menjalani hidup di negeri yang katanya ‘Gemah Ripah Loh Jinawi’ ini. Alhamdulillah untungnya BBM subsidi resmi melambung tinggi, jadi tidak usah lagi repot-repot daftar MyPertamina kan? Toh seandainya sudah daftar pun tak berpengaruh apapun. Kecuali ada diskon khusus untuk rakyat jika memilih membeli BBM subsidi dari aplikasi MyPertamina. Tapi, sayangnya hal ini hanya mimpi belaka.

Berhubung keuangan negara saat ini tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja. Saya sebagai ‘wong cilik’ menyarankan pada Pemerintah pertama, menunda sementara seluruh proyek-proyek pembangunan yang tidak prioritas yang banyak memakan anggaran negara terutama IKN.

Kedua, melakukan penghematan anggaran-anggaran perjalanan dinas, anggaran makan diluar dan anggaran lainnya yang tidak terlalu penting bagi seluruh PNS. Serta yang terpenting kalau boleh seluruh pejabat negara, mulai dari Presiden, DPR, DPRD dan Kepala Daerah. Ridho menyisihkan gajinya untuk bergotong-royong mengurangi beban penderitaan rakyat yang amat berat ini.

Editor : Faiz

Gambar : Google