Setelah viral dengan bahasa anak jaksel, kali ini Jakarta di invasi oleh para remaja dari Citayam, Bojonggede dan sekitarnya.

Fenomena ini viral disebut sebagai “Citayam Fashion Week” berawal dari banyaknya video interview para remaja ini yang viral di sosial media, menjadikan Citayam Fashion Week sebagai fenomena yang unik.

Keunikan fenomena Citayam Fashion Week, tergambar dari jawaban interview mereka yang terkesan polos, nyeleneh dan apa adanya layaknya para remaja tanggung yang sedang mencari jati diri, dan yang tak kalah menarik tentunya adalah gaya pakaian mereka.

Hal ini tentu saja menuai banyak reaksi dari netizen ada yang melihatnya dari sisi positif maupun dari sisi negatif. Lalu apa saja sih yang bisa kita lihat dari fenomena Citayam Fashion Week ini?

Terciptanya kembali Ruang Publik

Jakarta, khususnya kawasan Sudirman mempunyai image yang keren, elegan dengan gedung-gedung tinggi disekelilingnya.

Apalagi saat ini, kawasan Sudirman sudah tertata dengan rapi dan ramah bagi pejalan kaki. Sehingga, hal ini membuat terciptanya kembali ruang publik, tempat untuk saling bertemu dan mengekspresikan diri.

Ditambah lagi, dengan adanya sosial media yang membuat kawasan ini menjadi tempat yang instgaramable. Hal inilah yang menjadi magnet yang mengundang para remaja kaum urban untuk datang ke kawasan Sudirman hanya untuk mejeng, atau sekedar berfoto ria.

Untuk sebuah kota besar seperti Jakarta, ruang publik tentunya sangat penting sebagai sarana untuk melepaskan penat dari hiruk pikuk kota. Pun sama halnya dengan mereka, remaja yang kebanyakan berasal dari kota di sekitar Jakarta.

Selama ini, kawasan Sudirman kerap dilekatkan hanya untuk kalangan masyarakat kelas atas. Dengan adanya fenomena Citayam Fashion Week, esensi ruang publik kembali sebagai ruang yang universal untuk semua masyarakat tanpa memandang status sosial.

Pengaruh Fashion dari Sosial Media

Melihat gaya berpakaian para remaja ini, bisa dibilang cukup nyentrik dengan outfit yang mereka kenakan. Gaya berpakaian mereka tidak terlepas dari pengaruh sosial media.

Banyaknya referensi outfit yang beredar di sosial media, memberikan banyak pilihan bagi mereka untuk memilih outfit yang mereka sukai.

Kebanyakan outfit yang mereka kenakan adalah produk-produk lokal. Tentu saja dengan adanya Citayam Fashion Week, dapat menjadi ajang promosi tidak langsung bagi para produsen lokal yang kebanyakan UMKM.

Sekaligus menjadi bukti nyata kalau outfit-outfit lokal perlahan banyak disukai oleh kalangan anak muda.

Stigma Negatif dari Para Netizen

Ramainya kawasan Sudirman karena dipenuhi oleh para remaja yang kebanyakan berasal dari kota-kota satelit disekitar Jakarta, ternyata juga mendapatkan reaksi negatif dari netizen.

Mereka yang sinis terhadap fenomena Citayam Fashion Week, menganggap bahwa para remaja ini membuat kawasan Sudirman menjadi tercemar dengan gaya berpakaian mereka.

Kawasan sudirman yang diidentikkan dengan kawasan perkantoran, para pekerja berkerah putih, dicemari oleh para remaja yang dicap sebagai “jamet”, membuat image kawasan Sudirman yang tadinya ekslusif berubah menjadi tempat yang kumuh.

Well, Citayam Fashion Week yang viral akhir-akhir ini, dengan ramainya kawasan Sudirman yang dipenuhi para remaja yang berasal dari kota-kota disekitar Jakarta, menjadikan bukti bahwa kota Jakarta adalah milik semua, bukan hanya untuk kelompok tertentu saja yang dapat menikmati keindahan Jakarta.

Terlepas dari stigma negatif yang dicap kepada para remaja Citayam Fashion Week, terciptanya kembali ruang publik, tempat untuk saling bertemu, tempat untuk bersosialisasi, tempat untuk mengekspresikan diri, terlihat dari para remaja ini dengan gaya khas mereka.

Editor: Lail

Gambar: Google