Andai Squid Game di Indonesia, bagaimana jadinya ya?

Sejak diluncurkan pertengahan September lalu, drama Korea berjudul Squid Game bukan hanya mencuri perhatian dunia, tapi juga mencuri perhatian saya. Bayangkan, saya yang sama sekali enggak pernah tertarik untuk nonton drama Korea, untuk pertama kalinya dalam sejarah akhirnya membabat habis 9 episode drama yang katanya menempati posisi puncak Charts Global Netflix itu. Ini adalah pencapaian luar biasa buat saya pribadi, melebihi prestasi saya menjuarai lomba Agustusan pensil masuk botol waktu kecil dulu.


Filmnya memang bagus dan unik, sih, meski ada satu dua hal yang menurut saya kurang logis. Meski demikian, saya tetap menikmati tiap adegan dalam film itu. Tapi, menjelang episode pertengahan, saya sempat mikir begini: apa jadinya kalau cerita di Squid Game itu benar-benar ada dan diselenggarakan di Indonesia? Kayaknya lebih seru daripada filmnya itu sendiri, deh. Dalam bayangan saya, kurang lebih seperti inilah yang bakal terjadi.


Peserta Membludak

Dalam film, total jumlah peserta Squid Game itu ada 456 orang. Semuanya adalah orang-orang miskin, bangkrut, dan terlilit utang. Dengan jumlah peserta sebanyak itu, pastinya butuh tempat yang luas untuk menggelar permainan dan ruangan super besar untuk istirahat para peserta.


Bayangkan kalau Squid Game ini benar-benar ada dan terjadi di Indonesia. Pastinya jumlah peserta akan membludak. Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 27,54 juta orang. Anggap saja separuhnya pengin ikut Squid Game, itu sudah 13,77 juta orang. Ngomong-ngomong, itu baru dari penduduk miskin, ya. Belum termasuk para pengusaha kapitalis atau oknum wakil rakyat yang doyan cari duit.


Saya yakin, panitia penyelenggara Squid Game akan kesulitan mencari tempat untuk menampung peserta sebanyak itu.


Banyak Persyaratan

Satu hal yang menarik dari cerita Squid Game ini adalah para peserta nggak diminta syarat apa pun untuk ikut serta. Undangan keikutsertaan hanya berupa potongan kertas bergambar kotak, bulat, dan segitiga, lengkap dengan lokasi penjemputan. Sudah, hanya itu saja.


Beda halnya kalau  Squid Game di Indonesia. Surat undangan pasti akan diberikan dalam bentuk surat resmi, lengkap dengan kop surat dan stempel kelurahan. Bukan hanya itu, peserta juga harus menyiapkan beberapa berkas persyaratan semacam fotokopi KTP dan KK, fotokopi Akta Kelahiran, Surat Keterangan Catatan Kepolisian, surat pengantar dari RT/RW, surat pernyataan keluarga, dan pas foto berwarna ukuran 4×6 sebanyak 5 lembar.


Itu semua belum termasuk biaya-biaya tambahan seperti biaya formulir pendaftaran atau uang rokok. Lihat, ngurus beginiannya saja sudah bikin stres duluan, kan?
Minta DP Duluan

Dalam cerita Squid Game itu, semua peserta punya kesempatan dan peluang yang sama untuk memperebutkan uang yang terkumpul. Semakin banyak peserta yang tewas, semakin banyak pula uangnya. Ini yang membuat cerita film semakin menarik.


Kalau di Indonesia, mungkin beda lagi jalan ceritanya. Kemungkinan para peserta nggak langsung percaya dengan permainan ini. Untuk itu, sebagai jaminan kepercayaan, peserta akan minta DP alias uang muka supaya permainan bisa dilanjutkan.

Saya yakin, panitia penyelenggara akan kebingungan. Mau dituruti, aturannya bukan begitu. Kalau nggak dituruti, takut didemo oleh seluruh peserta. Lengkap dengan orasi nggak jelas, spanduk demo, dan bakar-bakar ban.

Nyogok Panitia Penyelenggara

Panitia penyelenggara Squid Game digambarkan sebagai sosok yang misterius. Mereka orang-orang yang dingin, tegas, dan jarang berbicara. Image seperti ini membuat para peserta Squid Game merasa segan untuk berbuat yang aneh-aneh.


Tapi, kalau di Indonesia kayaknya nggak begitu, deh. Ada seribu satu cara supaya bisa memenangkan permainan. Bisa nyogok panitia penyelenggara biar tahu permainan selanjutnya. Atau, bisa juga kongkalikong dengan Front Man sekalian. Nanti kalau menang, hasilnya dibagi dua. Lumayan, kan?

Jadi Selebiritis

Di akhir cerita, peserta nomor 456 berhasil menjadi pemenang dan berhak mendapatkan uang sebesar 45,6 miliar Won. Tapi, uang itu hanya dipakai sekali saja. Si pemenang ini menjalani hidup seperti biasa.


Oh, tentu saja beda kalau di Indonesia. Peserta yang menang tentu saja akan disambut meriah bak pahlawan, lengkap dengan pengalungan bunga. Agenda kegiatan pun padat, mulai diundang jadi bintang tamu talkshow di semua stasiun tivi, jadi bintang iklan Shopee, atau narasumber Podcast-nya Dedy Corbuzier.


Nah, itulah yang akan terjadi jika Squid Game benar-benar ada dan digelar di Indonesia. Saran saya, mending nggak usah ada saja, deh. Sepertinya pemerintah belum siap untuk menyelenggarakan event sebesar itu. Yaaa, jangankan ngurus Squid Game versi Indonesia, untuk ngurus dana bansos saja masih kelimpungan. Heuheu. 

Editor : Hiz

Foto : Netflix