Disadari atau tidak, ternyata komunikasi tidak hanya soal bagaimana kemampuan kita dalam menyampaikan pesan serta menyamakan pikiran dengan komunikan, lebih dari itu, komunikasi juga tentang bagaimana kita menjadi pendengar yang baik bagi seseorang.

Hai kaum Milenialis, pernah nggak? Merasa bahwa selama ini kita sudah menjadi pendengar yang baik, minimal untuk sahabat dan orang terdekat kita? Atau jangan-jangan kita lebih sering memaksa mereka mendengarkan cerita kita dibanding kita yang mendengarkan mereka. It’s okay jika kamu memang memiliki hobi berbicara dan suka bercerita, but jangan lupa! Kita sebagai manusia yang merupakan makhluk sosial juga punya tugas untuk mendengar sekitar.

Coba deh kita evaluasi diri! Apa benar selama ini kita sudah menjadi manusia yang baik? Ya meskipun se-simple meluangkan waktu untuk mendengarkan cerita maupun curhatan dari sahabat juga merupakan suatu kebaikan. Karena, kalau memang kita tidak melakukan hal tersebut, sungguh kita sudah begitu jahat dengan memaksa mereka terus mendengar tanpa memberi kesempatan mereka untuk didengar.

Tips Menjadi Pendengar yang Baik

Nah kali ini ada 3 cara untuk menjadikan sobat milenialis sebagai manusia yang peduli dengan menjadi pendengar yang baik, diantaranya:

Pertama, kalau lawan bicaramu atau sahabatmu tidak berani untuk bercerita maka coba mulai bertanya dengan kalimat “are you okay?” atau “how about you?” Karena tidak semua orang dengan mudah berbagi, terkadang mereka memilih untuk memendam sendiri, tapi sebagai teman bicara yang baik, mau atau tidak mau dia bercerita yang paling penting kita sudah menawarkan telinga untuk mendengar.

Kedua, tolong jangan mengatakan kalimat ini ketika teman bicara kita sedang menceritakan masalah atau kejadian yang sedang dia alami. Stop mengatakan “Lebih mending kamu gitu, aku malah pernah lebih parah dari itu.” Kalimat yang terkadang dengan lancangnya keluar dari mulut kita ini bisa menjadi sumber luka teman kita.

Kenapa demikian? Sebab dia bercerita karena dia butuh didengarkan, butuh rangkulan bukan malah dibandingkan. Nah, apakah selama ini kita masih sering begitu ketika teman kita sedang asik bercerita? Maka mulai dari sekarang coba kontrol diri untuk tidak mengatakan kalimat pembanding itu.

Sebagai pendengar yang baik, harusnya kita tau kapan waktu yang tepat untuk berbicara tanpa memotong kalimat orang lain atau justru membandingkan ceritanya dengan cerita kita sendiri. Hargailah mereka yang sudah mempercayai kita untuk mendengar ceritanya.

Ketiga, ketika teman kita selesai bercerita dan pada saat itu kita belum menemukan solusi yang tepat untuk masalah yang sedang dihadapinya, maka jangan katakan “terserah kamu mau bagaimana”, “kan keputusan ada di kamu” tapi mulailah katakan kalimat yang bisa membuatnya tenang dan mengembalikan kepercayaan dirinya. Sehingga dia mampu mengambil keputusan dengan segala konsekuensi yang dia pertimbangkan dengan keadaan tenang.

 Karena terkadang seseorang bercerita tidak selalu mengharap solusi dan masukan dari pendengarnya, tapi didengar saja sudah lebih dari cukup, karena dengan begitu mereka merasa lega, sebab mereka tau bahwa masih ada kita disampingnya.

Nah sobat milenialis, itu adalah tiga cara yang semoga bisa membantu kalian untuk menjadi manusia penuh kepedulian dan memiliki kepekaan, dengan menjadi pendengar yang baik dan setia hehe, sebab ternyata mendengar dan didengar adalah cara terbaik dalam memberi dukungan!

Maka mari terus menebar kebermanfaatan untuk sekitar dengan langkah kecil seperti mulai menjadi pendengar yang baik, let’s try!

Gambar: Pexels

Editor: Saa