Kalian sering nggak sih takut masa depannya gagal? Pekerjaan, keuangan, jabatan, dan hal-hal lain yang menyangkut masa depan sering membuatmu risau. Kegundahan ini bukan hanya dialami oleh anak muda saja, orang yang sudah punya banyak pengalaman sekalipun sangat mungkin masih punya kegalauan dalam memilih karir. 

Ngomong-ngomong soal karir memang akan sangat variatif pembahasannya. Ia bukan hanya menyangkut jabatan dan pekerjaan, tetapi pemaknaan kita atas kehidupan. Ada tawaran pekerjaan yang enak dan gajinya lumayan, tetapi merasa nggak sesuai passion. Mau cari tempat bekerja yang sesuai minat susahnya minta ampun. Masih mungkin nggak sih memilih karir yang sesuai?

Daripada kamu terus bergalau-galau memikirkan apakah kamu masih punya kesempatan untuk bisa memilih karir di bidang yang kamu suka atau tidak, kamu bisa memahami hal-hal berikut untuk sedikit mengobati ketakutanmu tentang masa depan. 

Pertama, kamu tidak perlu takut. Kamu harus memahami bahwa perubahan itu adalah suatu keniscayaan. Rasa takutmu akan tidak dapat memiliki karir yang sesuai dengan keinginan kita, adalah sesuatu yang sangat wajar. Bukan hanya soal orang lain juga ikut mengalaminya, permasalahanmu itu memang masuk akal kok. 

Simpelnya adalah wajar saja kamu galau, orang dunia ini terus berubah kok. Bayangkan, beberapa tahun yang lalu kita masih menemukan profesi seperti guru komputer, tukang jaga warnet, sampai tukang antar surat. Hari ini, kita lebih populer dengan istilah pekerjaan seperti digital marketer, social media influencer, data science, software engineer, dan lain sebagainya. Bahkan masih banyak institusi pendidikan yang masih belum mengupdate sekian kurikulumnya sesuai perkembangan zaman. Kamu tidak perlu risau, semuanya terjelaskan. 

Lalu pertanyaan selanjutnya adalah, terus gimana kak menghadapi perubahan zaman yang begitu cepat ditengah kondisi kita yang tak cukup adaptif dengan persoalan ini?

Faktor kedua selain kamu harus membuang jauh-jauh rasa takut dan kekhawatiranmu adalah, kamu harus berfikir bahwa karir harus kamu pandang sebagai sesuatu yang tidak harus naik ke atas. Kita harus percaya kalau hari ini sudah tidak zamannya lagi kompetisi, melainkan kolaborasi. Dahulu, hampir semua orang berusaha mati-matian agar bisa mendapatkan promosi di tempat ia bekerja, sekarang kamu bisa gunakan waktumu untuk mencoba hal baru sebanyak-banyaknya.

Mungkin kamu akan bertanya lagi, kalau semua hal perlu dicoba, kita jadi nggak punya fokus bidang dong? Pertanyaan ini sama dengan kebingungan menjadi seorang generalis atau spesialis. Sebenarnya tidak ada yang salah untuk memilih ingin menjadi generalis atau spesialis. Kalau kamu adalah pemuda yang masih cukup banyak waktu, kamu harus gunakan waktu tersebut untuk mencoba banyak hal. 

Kamu harus menggunakan waktumu untuk mengeksplor banyak sekali hal sebelum resikonya semakin besar. Maksudnya adalah diusia muda, kita belum banyak memikirkan sesuatu seperti orang yang sudah menikah dan mempunyai anak, misalnya. Sehingga menjadi generalis sangat bisa dicoba ketika kita masih punya banyak waktu untuk berkembang.

Sesuatu yang kita anggap passion itu butuh divalidasi. Jangan-jangan itu bukan passion, kita hanya sebatas tertarik saja. Kalau kita nggak mencoba sebanyak mungkin hal, kita nggak pernah tau mana yang paling cocok untuk kita jadikan passion dan spesialisasi. 

Kalau kata David Epstein, penulis buku Range, bahwa tantangan yang hari ini kita hadapi adalah bagaimana mempertahankan manfaat dari sebuah keluasan, pengalaman yang beragam, pemikiran yang interdisipliner, dan konsentrasi yang tertunda di dunia yang semakin mendorong, bahkan menuntut kita untuk hiperspesialisasi.

Orang-orang yang punya skill huruf T misalnya, atau yg biasa disebut T shape people. T shape people adalah orang-orang yang punya kedalaman skill dan punya pengetahuan-pengetahuan yang banyak sekaligus. Pengetahuan yang general ini akan berpengaruh kepada skill spesialisnya, sehingga generalis dan spesialis sebenarnya tidak bisa dipisahkan. Setelah berhasil punya satu spesialis pun, kamu harus tetap menjadi generalis dan mencoba spesialisasi yang lain. Akhirnya kamu bisa ahli dan matang di banyak bidang. Dengan begitu, kamu bisa punya kesiapan yang cukup untuk selalu menghadapi perubahan. 

Menjadi spesialis penting supaya kita punya daya tawar yang jelas terhadap dunia, sedangkan menjadi generalis membuat kita tetap menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang semakin banyak memunculkan hal-hal yang baru.

Foto: Pexels

Editor: Elsa