Siapa yang tidak mengenal Al Fatih, pemuda pejuang Islam yang berhasil menaklukan Konstantinopel atau yang sekarang dikenal dengan Istanbul di usia 25 tahun. Al Fatih merupakan Sultan Turki Utsmani yang ke 7.

Ia memimpin ratusan ribu pasukan muslim untuk menjalankan misi gagah Islam yang sudah disebutkan dalam hadis jauh sebelum kelahiarannya: “Sungguh Konstantinopel itu akan ditaklukan, maka pemimpin pasukan (penakluk) nya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan (penakluknya) adalah sebaik-baik pasukan.”

Sejarah menempatkan Sultah Muhammad Al Fatih dalam daftar pemimpin besar sebagaimana halnya Napoleon, Alexander The Great, dan Hannibal. Komposisi kepribadian Al Fatih mengumpulkan banyak sekali karakter dan sifat yang begitu luar biasa. Begitulah kira kira yang tertulis dalam buku karya Syaikh Ramzi Al Munyawi.

Kesuksesan seseorang tentu saja tak lepas dari kepribadian yang ada dalam orang tersebut. Lalu kepribadian seperti apakah yang ada dalam sosok Al Fatih? Sang pemuda legendaris yang sukses tidak hanya secara personal, namun juga dalam peradaban umat Islam. Berikut sifat sosok penakluk Konstantinopel tersebut yang bisa ditiru dan ditumbuhkan oleh pemuda jaman sekarang.

Percaya Diri dan Bertekad Kuat

Ia percaya diri untuk turun ke medan perang. Berhadapan langsung dengan musuh dan menghunuskan pedang. Tekadnya selalu kuat seperti pada saat ia bersikeras menaklukan Konstantinopel walaupun sangat sulit dan akan mendapati banyak kesulitan. Ia pernah berkata “Pemikiranku sepenuhnya tertuju pada penaklukan, pada kemenangan, dan pada keberuntungan meraih kasih sayang Allah.”

Kewaspadaan yang Tinggi dan Visioner

Dalam menjalankan misi, Al Fatih senantiasa menyiapkan taktik-taktik yang matang. Ketika penaklukan Konstantinopel, ia membagi pasukannya kedalam beberapa kelompok dan urutan penyerbuan. Ia memberi ide pemindahan armada kapal lewat darat dengan batang pohon supaya sampai ke teluk Tanduk Emas dengan efektif tanpa harus melewati peperangan di lautan.

Mencintai Ulama dan Sastrawan

Sejak kecil Al Fatih tumbuh dengan cinta terhadap ilmu dan ulama. Ia juga gemar membuat syair dan mengerti ilmu falak. Dengan kecintaannya terhadap ilmu ini lah ia pun memuliakan para ulama, bahkan menjadikan mereka sebagai penasehat khususnya.

Kesederhanaan Al Fatih

Terakhir, yang sering terlupakan oleh manusia, Al Fatih merupakan Sultan Turki Ottoman namun ia memiliki pola hidup yang sederhana. Kebiasaannya tak lebih dari membaca buku, belajar seni perang dan berburu.

Teladan Al Fatih

Mungkin kita akan berpikir, privilege Al Fatih sangat jauh berbeda dengan kita. Dia adalah sultan yang dari lahir sudah istimewa, lah kita? Coba kita tengok diri kita sendiri, kepribadian seperti apa yang membuat kita telah berada di titik saat ini.

Anggap saja lolos Universitas adalah salah satu kesuksesan dalam hidup, seberapa gigih, sabar dan tekun kah kita dalam melalui prosesnya? Tentu tidak sedikit dan mudah. Kita memang memiliki privilege yang jauh di bawah Al Fatih yang notabenenya bener-bener sultan.

Kesuksesannya dalam misi merealisasikan hadis Nabi ini bukan untuk dibanding-bandingkan dengan pencapaian kita. Namun, keempat sifat di atas bisa kita bangun dalam diri kita, supaya bisa menjadi pemuda dengan kepercayaan diri yang tinggi dalam merealisasikan dan menjalani proses menuju impian. Kita bisa tumbuh menjadi pemuda muslim yang percaya diri dengan impian yang besar. Kita juga bisa mencontoh sifatnya yang waspada dan memiliki pandangan jauh kedepan, supaya kita gak jadi pemuda yang terlena dengan hari ini.

Sebagai pemuda, kita juga harus bahwa pentingnya unutk menghormati ulama, baik itu dosen di perkuiahan maupun ustadz yang ngajarin ngaji serta senang terhadap ilmu. Hal tersebut agar kita gak tumbuh jadi pemuda yang mem-bully gurunya, meremehkan dan pura pura sinyal jelek pas daring, haduh.

Terakhir, hidup sederhana. Mau dari kalangan apa saja kita lahir, gak usah malu memiliki pola kehidupan yang sederhana, dan yang penting isi otak ada dan senantiasa bersyukur.

Editor: Nirwansyah

Ilustrasi: makassarterkini.id