Howard M. Federspiel dalam buku Kajian al-Qur’an di Indonesia berhasil memaparkan perkembangan terjemahan dan tafsir al-Qur’an di Indonesia. Ia membagi perkembangan tersebut ke dalam tiga generasi, yaitu:

1. Awal abad 20 – 1960-an.

Generasi penerjemahan dan penafsiran yang terpisah-pisah.

2. Muncul pada pertengahan abad 20.

Generasi penerjemahan dan penafsiran yang menyempurnakan generasi pertama dengan dilengkapi beberapa catatan, catatan kaki, terjemah perkata dan indeks.

3. Muncul pada tahun 1970-an.

Generasi penerjemahan dan penafsiran lengkap yang didalamnya sudah terdapat pengantar, indeks, tema, latar belakang (asbabunnuzul) dan ada yang memuat komentar-komentar terhadap penafsiran sebelumya. Selain itu, generasi ketiga lebih menekankan ajaran-ajaran al-Qur’an dan konteksnya.

Dalam buku tersebut diuraikan persamaan dan perbedaan konten yang terdapat dalam beberapa kitab tafsir baik pada generasi kedua maupun generasi ketiga. Kemudian juga dipaparkan bagaimana perhatian pemerintah terhadap penerjemahan dan penafsiran al-Qur’an, salah satunya dibuktikan dengan adanya penyusunan standar nasional yang masuk dalam agenda pembangunan pemerintah.

Buku tersebut juga memaparkan terjemah-terjemahan/tafsir-tafsir kontemporer seperti karya Bakry yang berjudul Tafsir Rahmat dan karya Surin yang berjudul Terjemah dan Tafsir al-Qur’an. Karya-karya tersebut menyajikan transliterasi huruf arab ke huruf latin dengan penataan font huruf arab lebih besar. Penerjemahan dari karya-karya kontemporer juga menyajikan terjemahan hasil penafsiran dengan bahasa yang lebih bersahabat di kalangan masyarakat (pembaca).

Setelah melakukan screening terhadap buku tersebut, dapat kita ketahui bahwa menerjemahkan dan menafsirkan al-Qur’an (supaya dapat dipahami oleh semua kalangan) bukanlah pekerjaan yang mudah. Perlu usaha yang sungguh-sungguh dan bersifat gradual. Akhirnya, pada tulisan ini saya ingin mengucapkan terima kasih atas ikhtiar para ulama untuk  membumikan al-Qur’an sebagai kitab, pedoman hidup bagi manusia sekaligus memanjatkan syukur sebagai manusia yang dapat menikmati hikmah al-Qur’an.