Rasanya mungkin hampir setiap manusia di dunia ini pernah melakukan atau mengucapkan sebuah kebohongan, setidaknya selama hidupnya seseorang pastinya pernah berbohong minimal sekali atau dua kali. Beragam faktor tentunya bisa jadi pemicu seseorang untuk mengutarakan sebuah kebohongan. Bisa untuk menghindari hukuman, mendapatkan imbalan atau bahkan berbohong demi mendapatkan sebuah atensi atau perhatian orang lain.

Namun, ada sebuah sindrom atau kelainan yang membuat beberapa orang yang memiliki rasa untuk terus-menerus melakukan sebuah kebohongan, atau bahkan dapat kecanduan dalam mengutarakan sebuah kebohongan. Bahkan, dalam beberapa kasus meskipun dia ketahuan telah berbohong namun tidak memiliki rasa bersalah. Atau cenderung biasa-biasa saja dan malah dapat mengulangi melakukan kebohongan yang lain. Kasus ini dikenal dengan nama Mythomania atau Sindrom Mythomania.

Perbedaan Kebohongan Biasa dengan Mythomania

Dilansir dari psikologi.unnes.ac.id, sindrom Mythomania merupakan sebuah kondisi dimana penderitanya memiliki kebiasaan berbohong tanpa tujuan, atau alasan melakukan sebuah kebohongan dan terjadi secara terus menerus. Hal ini lazimnya dilakukan dalam waktu yang cukup lama. Mythomania juga dikenal dengan nama Bohon Patologis atau pseudologia fantastica.

Kelainan ini memiliki perbedaan dengan kebohongan biasa. Umumnya seseorang yang telah berbohong atau melakukan sebuah kebohongan, dikarenakan memiliki tujuan tertentu yang dirasa bisa memiliki keuntungan untuk dirinya, atau bahkan orang lain yang secara tidak langsung terlibat dalam kebohongan tersebut. Akan tetapi, bagi penderita Mythomania akan tetap berbohong, meskipun kebohongan itu tidak memiliki keuntungan sama sekali bagi dirinya.

Uniknya penderitan Mythomania ini seringkali menggunakan pengalaman seseorang yang seolah-olah itu merupakan pengalaman miliknya. Ditambah kebohongan tersebut umumnya merupakan fantasi dan gabungan antara khayalan serta fakta. Berbeda dengan kebohongan biasa yang umumnya hanya berkutat dengan kebohongan sehari-hari yang masih bisa diterima nalar.

Cara Mengenali Seseorang Mengalami Mythomania

Seseorang yang mengalami Mythomania sepintas akan sulit dibedakan dengan orang yang berbohong biasa, namun ada beberapa ciri yang dapat diketahui orang awam ketika seseorang sedang melakukan atau terkena Mythomania.

1. Berbohong dalam Situasi Apapun.

Bahkan dalam beberapa kasus orang yang terkena sindrom ini akan berbohong dalam kondisi apapun sekalipun itu merupakan kondisi normal-normal saja. Jika lazimnya orang akan berbohong dalam kondisi terancam atau mendesak, lain hal dengan orang yang terkena Mythomania yang akan tetap berbohong dalam kondisi apapun sekalipun tidak ada sedang dalam situasi yang mengancam.

2. Tidak Memiliki Motif yang Jelas

Lazimnya orang akan berbohong dengan alasan atau mencari keuntungan tertentu dari pengutaraan kebohongan tersebut. Bagi penderita Mythomania dia akan berbohong meski tidak memiliki motif tertentu bahkan akan merasa tidak nyaman ketika tidak melakukan sebuah kebohongan. Bahkan seperti yang disinggung di atas, orang yang terkena sindrom ini akan menggabungkan khayalan dengan fakta dalam kebohongannya. 

3. Menikmati kebohongan yang dilakukan.

Orang yang menderita Mythomania umumnya akan mengalami rasa senang atau menikmati kebohongan yang telah dia utarakan. Lazimnya dia akan menceritakan hal-hal positif tentang dirinya, sehingga orang-orang akan memberikan perhatian, kasih sayang atau bahkan pujian terhadap orang tersebut. Hal inilah yang membuat orang-orang ini akan cenderung melakukan kebohongan secara terus menerus.

Terapi Mythomania

Sindrom ini memang cukup susah-susang gampang untuk dikenali atau dideteksi. Hal ini menurut beberapa sumber karena Mythomania merupakan sebab dari suatu hal yang memicu perilaku ini. Tentunya hal ini juga berdampak dengan apa metode pengobatan yang dapat dilakukan untuk menghilanganka kebiasaan tersebut. Lazimnya orang-orang yang terkena sindrom ini akan menjalani psikoterapi yang dibarengi dengan pengobatan tertentu yang dapat mencegah kecemasan maupun depresi.

Editor : Faiz

Gambar : Google