Sosial media sangat gencar di akses pada zaman sekarang. Dari tingkatan sekolah dasar sampai lanjut usia pun turut menikmati fasilitas dunia maya. Tak jarang pula sikap tidak saling menghargai terhampar banyak di beranda-beranda dunia maya.

Ditambah kondisi pandemi Covid-19 yang masih menguasai seluruh dunia. Sebagsimana kita ketahui, awalnya semua kegiatan bisa dilakukan dengan mudah dan hampir tanpa kendala, sekarang harus “hijrah” menuju online yang serba-serbinya virtual semua.

Dunia nyata ataupun maya sebenarnya sama saja, isinya manusia semua dan untuk saling berinteraksi. Hanya berbeda medium pertemuannya saja. Sejatinya, memang kita paling banyak menghabiskan waktu dengan manusia, dan paling sisanya bersama tanaman atau sekedar kucing tetangga yang lewat di depan rumah. Akan tetapi, namanya juga hidup berdampingan, jadi harus baik antarsesama. Terutama sopan santun, toleransi, dan rasa saling menghargai.

Menghargai di Dua Dunia

Menghargai tidak bisa hanya di dunia nyata saja, kita tidak boleh lupa terhadap circle dunia maya yang kita miliki, entah sahabat pena, sekadar chat dengan toko online, hingga pada zaman sekarang ada teman online yang disebut mutual. Kalau diperhatikan cakupan dunia maya lebih besar dari yang kita lihat, realitanya dunia maya bukan hanya tentang berbalas chat atau video call. Katakan saja kolom komentar, upload foto atau video, hingga perkembangan dunia secara up-to-date pada lapak Instagram, Twitter, Facebook, dan sebagainya.

Sayangnya, media-media tersebut banyak, yang berarti tidak sedikit. Selain itu, dari dini belum diajarkan komplimen penting dalam menghargai sesama. Hal ini mengingatkan saya tatkala berbincang dengan seorang teman beberapa hari yang lalu. Ia mengatakan “Sosial media itu terbuka banget, semua bisa didapetin di sana. Kalo misalkan mereka salah circle dan menyerap semua yang ada tanpa memilah baik atau benar, itu bisa jadi karakter mereka ke depannya. Akibatnya bisa muncul anak-anak yang toxic, stress, terbawa zaman, sampai keyboard warrior.

Bisa disimpulkan bahwasannya dampak sosial media benar-benar kuat dan karakter baik harus dipupuk sejak dini. Kita tidak bisa secara gamblang menghakimi lapak komentar atau apa yang orang lain ekpresikan di sosial media. Maka dari itu, rasa menghargai antarsesama memang benar-benar penting dan harus ada pada jiwa setiap manusia.

Di sisi lain, kita juga harus selalu berimbang, baik itu hidup di dunia nyata maupun maya. Tidak baik imbasnya jika hanya mementingkan dunia maya, karena kecanduan bisa berakibat sangat fatal pada perkembangan diri.

Lingkungan yang dijalani setiap hari hendaknya adalah lingkungan yang sehat. Sehat dalam arti hidup damai dan tanpa adanya toxic dari perbuatan orang lain. Tidak lupa juga keluarga adalah tempat pembentukan karakter yang paling awal sehingga diharapkan dapat berpartisipasi dan memberikan nilai-nilai yang baik pada anak sejak dini.

***

Dengan seperti itu, dapat membantu mengurangi toxic-toxic yang selama ini banyak tersebar melalui dunia nyata maupun dunia maya.

Sebagai seorang manusia, pasti ada rasa tersinggung, marah, ataupun tidak suka. Tinggal bagaimana kita mengatasi hal tersebut dengan baik dan secara positive thinking. Melihat sudah banyaknya korban yang berjatuhan akibat antipati, maka dari itu mari kita dengan bijak memilah dan hidup dengan baik pada dunia maya dan nyata. Sekarang saatnya, bukan besok kita berubah!

Editor: Nirwansyah

Ilustrasi: Kompas.com