Menurut Abu ‘Utsman Ikhlas ialah melupakan pandangan makhluk dengan selalu melihat kepada Khaliq (Allah). Dalam hal beramal, ikhlas adalah melakukan amal hanya semata-mata karena Allah.

Ketika seseorang beramal hanya karena Allah semata, maka tidak terbesit di hatinya untuk mencari pujian dari sesama manusia. Tetapi, ikhlas itu terkadang terasa sulit dilakukan, karena perasaan ingin dipuji biasanya selalu muncul begitu saja ketika kita beramal.

Menuju ikhlas sesungguhnya merupakan proses latihan jiwa. Dan yang namanya latihan tentu tidak bisa langsung tercapai. Butuh latihan terus-menerus dan melewati tahapan demi tahapan. Berikut latihan-latihan dan tahapan yang perlu dilalui agar kita bisa ikhlas dalam beramal.

Tetap beramal walaupun masih ada keinginan dipuji

Ada humor yang berkembang di masyarakat, ketika seseorang sedang menggalang dana untuk pembangunan masjid misalnya dengan mengatakan, tidak ikhlas tidak apa yang penting banyak. Humor ini jelas bagi si penggalang dana tujuannya agar dana yang terkumpul banyak, masalah yang memberi ikhlas tau tidak itu urusan yang orang yang beramal.

Bagi yang beramal, biasanya keinginan untuk dipuji timbul begitu saja di hati dan kita tidak kuasa untuk menghilangkannya. Tahapan ini adalah tahapan paling bawah bagi orang yang beramal, yaitu beramal ingin dipuji.

Untuk mencapai ikhlas, kita tidak bisa langsung menghilangkan keinginan itu. Maka jika kita punya uang banyak ataupun sedikit, beramal sebanyak mungkin walaupun kita belum ikhlas, sebagaimana humor diatas. 

Ingat, jangan pernah berhenti beramal ketika kita belum ikhlas. Sebab, tidak mungkin kita bisa ikhlas kalau kita berhenti beramal. Maka, tetap beramal walaupun masih ada keinginan untuk dipuji.

Mengingkari keinginan untuk dipuji, walaupun perasaan itu masih tetap ada

Keinginan untuk dipuji, adalah manusiawi. Setelah kita beramal dengan keinginan dipuji terus-menerus, suatu saat kita akan merasakan bosan dengan perasaan ingin dipuji itu, karena ternyata pujian dari seseorang tidak ada artinya.

Pada tahap ini, perasaan ingin dipuji tetap ada, tetapi hati kita ingin mengingkarinya. Lama-lama hati kita tidak nyaman dengan keinginan dipuji. Maka terus lakukan amal, dan coba untuk menghilangkan perasaan ini dipuji dengan melakukan tahapan selanjutnya.

Berterima kasih masih diberi kesempatan untuk beramal dan mengharapkan pujian hanya dari Allah SWT.

Untuk menghilangkan perasaan ingin dipuji ini, coba ingatlah Allah. Dialah yang memberikan kesempatan kepada kita untuk beramal. Dia lah yang memberikan harta pada kita sehingga kita bisa beramal. Dia lah yang menggerakan hati kita untuk beramal. Maka berterima kasih lah pada Allah yang memberi kesempatan pada kita untuk beramal.

Dengan berterima kasih pada Nya, perasaan ingin dipuji oleh manusia sedikit demi sedikit akan berkurang dan berkurang lalu hilang. Dan ketika perasaan ingin dipuji oleh sesama manusia hilang, maka yang timbul harapan untuk dipuji oleh Allah SWT semata.

Pada tahapan ini, seseorang belum benar-benar ikhlas, karena ia masih mengharapkan sesuatu dari amal yang dilakukan. Seperti beramal agar rezeki ditambah, beramal agar terhindar dari musibah dsb. 

Menyadari bahwa amal yang dilakukan adalah atas izin Allah

Pada tahap akhir menuju amal yang ikhlas, langkah yang harus kita ambil adalah menyadari bahwa amal yang kita lakukan terjadi semata-mata atas izin Allah. Kita tidak bisa beramal tanpa kekuatan dan izin dariNya. Maka amal yang kita lakukan sesungguhnya Dia lah yang menggerakan, bukan kita.

Pada tingkatan ini, seseorang sudah tidak memiliki alasan untuk dipuji, karena ia menyadari amalnya bukan dia yang melakukan. Ia sudah tidak mengharapkan apapun lagi dari amalnya, bahkan keridhaanNya sekalipun.

Inilah yang dinamakan ikhlas. Seseorang yang telah sampai pada keikhlasan dalam beramal benar-benar tidak memandang pandangan manusia bahkan diri kita sendiri terhadap amal yang dilakukan. Ia hanya memandang keberadaan Allah atas amal yang dilakukan. Wallahu a’lam.