Katanya, menulis adalah sebuah kegiatan berbagi. Berbagi ilmu, pengalaman, dan pandangan hidup yang sekiranya dapat bermanfaat bagi orang lain. Tujuan akhirnya ada pada kemanfaatan terhadap sesama. Atau dengan kata lain tidak menuntut balas diberi. Sebab menulis adalah berbagi. Maka ketika berharap diberi, akan dicap sebagai orang tak ikhlas hati. 

Hal  ini berangkat dari pandangan bahwa ikhlas seringkali diartikan dengan tidak berharap mendapatkan imbalan. Dalam hal tulis menulis, ada beberapa bentuk imbalan yang dapat diperoleh. Pertama, ketenaran. Seorang penulis namanya akan lebih banyak dikenal, sebab mereka menghasilkan banyak karya, sehingga nama mereka akan selalu muncul bersama karya dan manfaatnya.

Kedua, pujian. Seorang penulis agaknya kerap memiliki image positif di mata orang lain, tentunya karena karyanya. Sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya, menulis adalah kegiatan berbagi, maka dari itu tidak mengherankan jika seorang yang menulis dianggap sebagai seorang yang baik, karena berkenan membagi ilmunya dan dapat menuangkan gagasannya secara sistematis dalam bentuk tulisan.

Ketiga, uang. Di era sekarang, mendapatkan uang melalui tulisan barangkali bukanlah hal yang sulit layaknya zaman dahulu. Jika dahulu kita kesulitan karena harus mengirimkan tulisan ke media massa terkenal seperti Kompas, Tempo, dan sejenisnya, lalu bersaing dengan amat ketat dengan penulis-penulis ternama. Maka kini berbeda.

Sebab di masa kecanggihan teknologi seperti sekarang, ada banyak platform website yang bersedia membayar tulisan kita, sehingga persaingan pun tidaklah seketat dahulu. Maka dari itu, tak mengherankan jika saat ini banyak penulis pemula pun sudah mulai bisa mengkomersilkan tulisannya, walau tidak seberapa.

Lalu, pertanyaan berikutnya muncul. Jika kita menulis untuk mendapatkan uang, apakah itu adalah sebuah bentuk ketidak ikhlasan? Apakah itu adalah suatu pamrih karena mengharapkan imbalan dan berorientasi keduniawian? Itulah yang hendak saya bahas dalam tulisan ini.

Menulis Bukan Hal Mudah

Mari sepakati bersama bahwa menulis bukan hal mudah. Ini penting untuk kita sadari bersama, dengan begitu kita akan lebih menghargai karya seorang penulis dan tidak dengan gampangnya memplagiasi karya orang lain.

Banyak yang bilang bahwa “Siapapun bisa menulis,” Ya, saya setuju dengan pernyataan ini. “Jadi, harusnya menulis itu gampang dong?eits… tidak semudah itu Ferguso! Siapapun memang bisa menulis, tapi itu bukanlah hal yang mudah.

Bahkan penulis sekelas J.K Rowling dengan seri Harry Potter-nya yang telah memecahkan banyak rekor saja pernah gagal dan ditolak. Jika sekarang kita melihatnya, mungkin yang kita tahu hanyalah J.K Rowling adalah penulis ternama yang sukses. Namun, coba lihat bagaimana kisah perjalanan karirnya. Ada jatuh bangunnya, ada kecewanya, bahkan sampai berulang kali ditolak oleh banyak penerbit. 

Intinya, bukanlah sesuatu hal yang mudah!

Karena menulis adalah kegiatan yang butuh kemauan, kesabaran, dan tentunya adalah keikhlasan. Nah, yuk balik ke pertanyaan awal. Apakah menulis agar mendapatkan uang adalah sama dengan tidak ikhlas?

Menulis Sebagai Sebuah Pekerjaan

Di Indonesia, penulis barangkali adalah pekerjaan yang tidak terlalu membanggakan. Sudahlah gajinya tidak pasti, pekerjaannya tidak bergengsi, belum lagi ketika dilabeli sebagai pengangguran karena saking seringnya di rumah. Bahkan jarang ada orang yang ingin menjadikan menulis sebagai sebuah pekerjaan, khususnya bagi penulis pemula.

Kebanyakan, paling hanya menjadikan menulis sebagai pekerjaan sampingan untuk tambah uang daripada pekerjaan utama. “Ya, cari kerja yang pasti-pasti ajalah,” katanya.

Bukan hal yang salah pula sih, itu terserah pada masing-masing dari kita saja dalam membuat keputusan. Namun, saya jauh lebih setuju dengan pendapat Isa Alamsyah, suami dari penulis ternama Indonesia, Asma Nadia. Dalam bukunya yang berjudul 101 Dosa Penulis Pemula

“Saya sendiri menulis karena percaya dari menulis kita bisa mengubah dunia. Menulis juga menjadi tabungan di akhirat nanti. Selain itu dari tulis menulis kita bisa menghasilkan uang dan mendapatkan penghidupan yang layak serta memiliki kebebasan waktu. Pendeknya menulis adalah pekerjaan yang memberi banyak hal di dunia dan akhirat.”

Dari sini kita jadi tahu, bahwa menulis itu haruslah punya niat dan orientasi yang komplit, yaitu dunia dan akhirat. Bagaimana caranya? Ada dua poin yang membuat sebuah tulisan dapat berguna bagi dunia dan akhirat kita, yaitu dengan cara menulis hal-hal yang bermanfaat dengan kualitas penulisan yang baik.

Sebuah tulisan yang bermanfaat tersebut, harus dibarengi pula dengan teknik penulisan yang baik. Mulai dari tata bahasa, gaya penceritaan, dan pengemasan cerita. Ketika tulisan kita sudah sesuai dengan kaidah, maka uang pasti akan mengikuti ketika kita mengirimkannya ke redaksi yang memberikan honorarium.

Lalu, dengan tulisan baik dan sesuai kaidah tersebut, tulisan kita juga akan mudah dipahami oleh banyak orang, sehingga kebaikan dapat tersampaikan dengan baik kepada orang lain. Ibarat kata memberi, maka kita memberi dengan sebaik-baik cara. 

Pasti gak mau kan, kalau dikasih uang satu juta rupiah, tapi bentuknya koin semua, plus dilempar di depan muka. Begitu pula dengan menulis yang adalah kegiatan memberi.

Ada sebuah nasihat dari Cak Nun tentang niat kuliah yang menurut saya bisa cocok diterapkan oleh seorang penulis. Dalam majelis Maiyahnya, Cak Nun bilang untuk meniatkan kuliah agar menyenangkan hati orang tua. Dengan harapan, ketika kita dapat menyenangkan hati orang tua melalui kuliah, maka sama pula dengan kita menyenangkan Allah. Dengan demikian, Allah pun akan mempermudah kehidupan kita. 

Menurut saya demikian halnya pula dengan menulis sebagai sebuah pekerjaan untuk mendapatkan uang.

Ketika kita menulis dan dapat menghasilkan uang, lalu dengan uang itu kita dapat menyenangkan hati orang tua, maka semoga hal itu akan mendatangkan ridho Allah pula. Siapa sih di dunia ini orang tua yang tidak senang ketika melihat anaknya telah berpenghasilan dan mandiri secara finansial, lebih-lebih lagi jika hal itu adalah pekerjaan yang kita sukai.

Maka dari itu, wahai sesama penulis pemula. Yuk, jangan biarkan tulisanmu hanya sekadar tulisan berbagi. Kirim juga tulisanmu ke media-media yang bersedia membayarmu. Walau tak seberapa, setidaknya jadikan itu sebagai langkah awal untuk menjadikan tulisanmu memiliki daya jual.

Dengan adanya penulis yang berdaya secara finansial, maka kebaikan pun akan semakin banyak tersebarnya dengan kualitas yang kian baik pula.

Editor: Ciqa

Gambar: Pexels