Pada masanya, gigs sangat ramai dikunjungi oleh pecinta musik dari berbagai genre. Tidak terbatas hanya untuk musisi indie, gigs juga menjadi tempat yang seru bagi band lokal dan para penggemarnya, untuk bersama-sama meluapkan kegembiraan dalam menikmati setiap alunan musik.

Biasanya, gigs tersedia di café terdekat, tempat nongkrong yang dirasa asik juga ramai dikunjungi dan/atau diminati oleh khalayak, khususnya anak muda. Seiring berjalannya waktu, gigs menjelma menjadi suatu fenomena dan tidak dapat dipisahkan dalam perkembangan musik lokal dengan berbagai genrenya.

Panggung gigs terbilang tidak tinggi, hanya berkisar antara setengah sampai satu meter saja, berbentuk petakan dan tidak luas. Bahkan, tidak jarang band yang tampil menunjukkan aksinya tanpa berdiri di suatu panggung. Sejajar dengan para penonton.

Hal tersebut yang menjadi pembeda antara gigs dengan pangguh mewah suatu konser musik. Komunikasi juga kelekatan antara personil band dan kerumunan penonton (atau penggemar) tidak dibatasi. Betul-betul menjadi suatu kenikmatan tersendiri bagi para penikmat musik. Tentu saja, saya salah satunya.

Kunci Nge-Gigs Nyaman dan Aman

Ketika datang ke suatu gigs, saya lebih nyaman mengenakan kaos dan celana jeans, apalagi jika niatnya memang ingin moshing atau ikut bergabung di tengah kerumunan penonton. Jangan sampai salah kostum. Sah-sah saja sih, kalau mau pake jaket atau sweater. Tapi, percaya deh, kalau mau ikut moshing atau ada di tengah kerumunan, yang ada malah banjir keringat.

Selain itu, jika datang ke suatu gigs, baiknya tidak perlu bermewah-mewah. Jangan. Pokoknya, jangan. Teman saya, beberapa kali pernah jadi korban copet. Mulai dari kehilangan hape sampai dengan dompet. Tidak bisa dipungkiri, di mana saja pasti ada saja orang yang sok-sokan ikut menikmati alunan lagu di tengah kerumunan namun berniat jahat.

Saran saya, jika memang ingin gabung di kerumunan penonton, semua barang bawaan titip ke teman yang nonton di pinggir atau dari kejauhan saja. Lebih aman dan meminimalisir resiko. Cara ini selalu saya lakukan ketika datang ke gigs.

Keseruan gigs memang terdapat pada jarak antara personil band dan penonton yang terbilang sangat dekat. Karena itu, kami semua bisa bernyanyi bersama, ‘bergoyang bersama’, dan tidak lupa, ada bagi-bagi merchandise secara cuma-cuma dari para anggota band dengan cara dilempar atau diberikan begitu saja ke para penonton yang ada di dekatnya. Betul-betul seperti ritual wajib nge-gigs deh.

Selesai acara, ritual lain yang biasa dilakukan antara anggota band dan para penggemar atau penonton yang datang adalah berbincang bersama. Sekadar seru-seruan. Ngobrol bareng tentang perkembangan musik, pengalaman manggung, atau tanya-jawab tentang kehidupan personal dari para anggota band. Meski tidak selalu dijawab dengan serius dan lebih sering dibalas dengan kalimat candaan, suasana ngobrol bareng tetap seru.

Eksistensi Gigs yang Mulai Meredup

Sayangnya, gigs di kawasan tempat saya tinggal –area Bogor dan di beberapa tempat, kini sulit ditemui. Salah satu penyebabnya, antusias dari para penikmat gigs yang mulai berkurang. Karena itu, secara perlahan dan seakan bertahap, satu per satu beberapa gigs juga café tempat biasa diadakannya acara band indie atau lokal ditutup. Tidak mengadakan lagi ‘konser mini’ bagi banyak band indie maupun lokal.

Selain itu, banyak penikmat acara gigs yang sebelumnya sering berdatangan secara berkelompok, bersama-sama, kini sudah memiliki kesibukan masing-masing. Ada yang kuliah, bekerja, dan menjalani hobinya. Jadi, wajar saja jika secara perlahan, minat seseorang untuk datang ke gigs mulai berkurang karena adanya tuntutan lain. Dan hal ini rasanya tidak salah-salah amat, mengingat tiap orang memiliki kebutuhan masing-masing.

Dalam waktu mendatang, ketika banyak gigs mulai ramai didatangi kembali oleh para penggemarnya, semoga event ini bisa menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi semua orang, tanpa terkecuali. Sebab, masih sering kali terjadi, jika ada penonton perempuan yang datang untuk menikmati konser musik, untuk sekadar nonton atau bahkan ikut moshing, malah mendapat perlakuan yang tidak pantas dari satu atau sebagian penonton laki-laki.

Gigs, dengan segala keseruannya, sudah seharusnya menjadi tempat untuk berbagi kegembiraan dalam menikmati musik favorit, bukan untuk melakukan berbagai tindakan yang bisa jadi tidak bisa dipertanggungjawabkan oleh seseorang.