Salah satu ortom Muhammadiyah yang bergerak di bagian kepemudaan diantaranya dalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). IMM sengaja didirikan untuk memperluas jaringan dakwah Muhammadiyah sebagaiamana cita-cita Muhammadiyah yaitu terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya. IMM dengan porsinya sebagai gerakan dakwah Muhammadiyah dikalangan mahasiswa diharapkan mampu menarik sebanyak-banyaknya mahasiswa untuk bergabung dengan IMM dan Muhammadiyah. Kalau kita melihat gerakan dakwah yang di bawakan oleh IMM itu ada tiga cakupan dimensi yaitu kemahasiswaan, kemasyarakatan, keislaman yang disebut dengan Trilogi IMM.

Angkatan Muda Muhammadiyah –dalam hal ini IMM, memiliki tugas yang sangat kompleks. Diantaranya adalah bagaimana kemudian IMM mampu menarik perhatian masyarakat kampus yaitu mahasiswa, terkhusus di perguruan tinggi muhamamdiyah (PTM) untuk kemudian bergabung bersama mereka. Mahasiswa hari ini adalah mahasiswa yang hidup di era tingginya gelombang modern, mahasiswa kelahiran 1980-2000an yang hidup dizaman ini disebut dengan istilah generasi Millennial. Sebagian besar mahasiswa di indonesia adalah mahasiswa millennial, tentu dengan kriterianya adalah memiliki akun media sosial dan selalu memegang Hand phone diamanapun dia pergi, entah apa yang merasukinya, atau memang sudah menjadi suatu kebutuhan bagi mahasiswa millennial?

Dari fenomena diatas maka penulis melihat bahwa IMM sebagai garda terdepan Muhamamdiyah dalam ranah kemahasiswaan dan kepemudaan maka perlu terjun bebas ke dalam bagian ini dengan cara masuk dan berperan aktif dalam menanggapi fenomena tersebut. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh pak Syukrianto AR ketua LSBO PP Muhammadiyah di dalam majalah Suara Muhamamdiyah edisi 23 tanggal 1-15 Desember 2019, beliau mengatakan bahwa kader Muhammadiyah sesungguhnya sudah harus kemudian berperan dan masuk ke revolusi industri 4.0 tidak perlu kemudian berlama-lama dalam berwacana, tetapi amati dengan baik, manfaatkan waktu yang ada, setelah itu beraksi dan menciptakan hasil. Itulah yang disebut kader berkemajuan.

Lanjut, Pak Syukrianto AR mengatakan bahwa anggota Muhammadiyah itu di perlukan banyak, jangan hanya sedikit. Karena kalau nanti sudah pemilihan umum, atau memilih anggota DPR dan DPD-RI di tingkat Daerah sampai Pusat, yang memilih itu suara professor dengan suara tukang batu sama. Jadi misalnya Muhammadiyah punya 5000 professor, hebatkan. Tetapi itu suaranya kalau pemilu sama dengan 5000 orang biasa. Nah suara ini tidak mendukung karena suaranya sedikit, tetapi kalau mau membahas bagaimana cara membangun dunia maka profesor-profesor dan doktor-doktor itu perlu. Itulah perlunya suara akar rumput banyak. Karena itu MH Ainun Najib pernah mengatakan bahwa Muhammadiyah itu kuat angkatan udaranya tetapi lemah angkatan daratnya. Profesor dan ahlinya banyak tetapi akar rumputnya sedikit, sehingga kalau politik ya kalah.

Nah, kemudian muncul pertanyaan dari salah satu Alumni IMM yang juga perintis IMM Sukoharjo pada masanya, yang sempat mengusik penulis dengan pertanyaannya seperti ini, Mampukah IMM menarik perhatian Mahasiswa millennial agar bisa bergabung dengan IMM? Pertanyaan ini membuat penulis merasa tertantang dan memacu semangat penulis dalam ber IMM. Dari pertanyaan yang sedikit mengkritik diatas tersebut, kemudian penulis sengaja menuangkan pemikirannya mengenai pertanyaan diatas melalui tulisan ini, untuk dibaca oleh kader IMM se-Indonesia. Agar kemudian mengetahui salah satu masalah IMM di era ini –penulis menyebutnya di era matinya kepakaran– adalah IMM belum mampu menarik perhatian banyak millennial di kalangan mahasiswa untuk mau bergabung dengan IMM dan Muhammadiyah tercinta.

Kegiatan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah belum diminati oleh Masyarakat Millennial

Mungkin salah satu problemnya adalah kegiatan-kegiatan yang di buat oleh IMM tidak begitu diminati oleh kaum millennial yang lebih menyukai dan tertarik dengan kegiatan yang tidak terlalu serius dan yang membuat mereka tidak bosan. Suatu ketika penulis mewawancarai salah satu mahasiswa di salah satu PTM dengan pertanyaan seperti ini, “kamu ikut IMM tidak? Dia menjawab sedikit pesimis dengan jawaban “Tidak mas” penulis kemudian kembali bertanya, mengapa kamu tidak bergabung dan apa alasannya Anak itu menjawab, sebenarnya saya ingin masuk IMM tetapi ketika saya melihat teman kelas saya yang ikut IMM kok kelihatan terlalu serius dan terlihat kesibukannya banyak dan saya tidak menyukai hal-hal yang telalu serius dan sibuk”. Ini mungkin jawaban yang subjektif dari mahasiswa tersebut, tapi inilah fakta bagaimana mahasiswa memandang IMM.

Ada beberapa solusi kongkrit yang penulis berikan. Pertama, yaitu IMM kemudian harus membuat kegiatan yang mampu menyentuh ranah Mahasiswa Millennial yang membuat mereka senang dan bangga dengan IMM, tdak kemudian IMM terlalu monoton menampilkan dirinya dengan tampilan yang begitu serius dan terlihat sibuk. Tema diskusi tidak perlu dibuat terlalu tinggi alias melangit yang ketika mahasiswa milenial melihatnya sudah enggan dengan IMM. Kedua, membuka selebar-lebar mungkin pintu untuk mahasiswa yang ingin bergabung dengan IMM, jangan membatasi jumlah kader yang akan di kader dan jangan cenderung menyusahkan mahasiswa yang mau bergabung dengan IMM. Ingat, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah itu organisasi perkaderan yang tugasnya mencetak kader sebanyak-banyaknya dan mengisi pribadi kader dengan tradisi intelektual, relijius, dan humanis sehingga menjadi Cendikiawan yang berpribadi yang bermanfaat bagi bangsa, negara dan persyarikatan muhammadiyah.

Penulis sedikit mengingatkan bahwa hasil Muktamar Muhammadiyah ke-46 di Yogyakarta, Muhammadiyah dalam memasuki abad kedua berkomitmen untuk melakukan gerakan pencerahan. Dalam “Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua” secara tegas dan lengkap dinyatakan sebagai berikut: Muhammadiyah pada abad kedua berkomitmen kuat untuk melakukan gerakan pencerahan. Gerakan pencerahan (tanwir) merupakan praksis islam yang berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan. Dengan demikian gerakan dakwah IMM juga harus mampu mencerahkan mahasiswa millennial. Tentu ini tugas yang berat bagi IMM bagaimana kemudian mampu mencerahkan Mahasiswa untuk Bangsa dan Agama, tapi ini mudah dilakukan jika kita sadar betul akan nilai dasar dan tujuan IMM maka dari itu, kita perlu sering-sering merefleksikan gerakan ikatan kita bersama.

Penulis: Rahmat Rusma Pratama

Ilustrator: Ni’mal Maula