Tepat tanggal 22 Juni 1941 jam 03.15 sebelum azan Subuh berkumandang (ya ga mungkin sepertinya pada saat itu) tiga juta tentara Jerman dan ratusan ribu tentara sekutu Jerman melancarkan operasi militer darat terbesar di dunia yang disebut “Unternehmen Barbarossa” atau Operasi Barbarossa.

Serangan militer ini mengincar target-target strategis Uni Soviet seperti menghancurkan pangkalan militer, menguasai lumbung makanan, menguasai tambang serta menghancurkan ideologi Komunisme. Wadidaw.

Pasukan Uni Soviet yang jumlahnya ‘hanya’ dua juta itu dihadapkan serangan kejutan yang berlebihan ngagetinnya. Sudah dini hari menjelang subuh, banyak pula yang nyerang. Sehingga dalam waktu beberapa jam saja pasukan Jerman dapat menghancurkan ribuan pesawat tempur, ribuan kendaraan lapis baja dan menawan ribuan pasukan Uni Soviet.

Stalin, pemimpin Uni Soviet waktu itu, dirundung kegalauan karena sebelumnya Jerman dan Uni Soviet telah menyatakan non-agresi (perjanjian untuk tidak menyerang satu sama lain). Namun, Jerman yang dipimpin Adolf Hitler tego mblenjani janji. Uni Soviet harus menelan dan merasakan pahitnya serangan demi serangan tanpa terelakkan dengan kejutan terhebat di Eropa tersebut.

Permulaan

Kondisi perpolitikan Eropa carut marut setelah Perang Dunia I berakhir tahun 1919. Banyak negara-negara baru muncul, memerdekakan diri. Bangsa yang menang dapat keuntungan, negara yang kalah rugi bandar.

Kekaisaran Jerman yang merupakan negara kalah perang akhirnya wajib melepas beberapa wilayahnya satu persatu untuk dibagi ke negara pemenang perang. Jerman dibatasi militernya, terhambat ekonominya dan kacau politiknya. Kekacauan ini memunculkan kekuatan radikal baru, komunisme dan fasisme. Namun pada tahun 1934, partai NSDAP yang beraliran fasisme dapat menguasai politik di Jerman, melakukan reformasi besar-besaran dan akhirnya menjadi kekuatan yang dicintai rakyat karena berhasil membuat Jerman sebagai negara kalah perang untuk kembali bangkit perlahan sebagai negara kuat baru.

Hal ini memicu tindakan diluar kepalang. Dukungan rakyat menguat dengan memanfaatkan isu anti-yahudi, anti-komunis dan anti-demokrasi. Dengan mengambinghitamkan aliran-aliran tersebut, fasisme Jerman melebarkan kekuasaannya menuju kekuatan yang mutlak dan kelak akan berdampak dengan re-militarisasi Jerman. Hal ini berujung peperangan dengan negara-negara tetangganya demi memuaskan dendam kesumat karena dulu pernah menjadi negara kalah perang. Dimulai aneksasi Austria atau peristiwa Anchluss, aneksasi Sudetenland (Cekoslovakia) hingga peperangan dengan negara-negara di Eropa.

Perang Demi Perang

Peperangan demi peperangan dilakukan Jerman dibawah kepemimpinan Adolf Hitler beserta jenderal-jenderalnya. Dimulai dari aneksasi seutuhnya Cekoslovakia pada tahun 1938, invasi darat Polandia setahun berikutnya dan invasi besar-besaran ke negara Eropa Barat seperti Belgia, Luxembourg, Belanda dan Perancis serta tetangga lainnya seperti Yugoslavia, Yunani, Denmark dan Norwegia.

Jerman pada waktu itu telah berperang habis-habisan untuk memudahkan penulisan ibu kota di peta Eropa (supaya Berlin jadi ibu kota Eropa) dan haus akan sumber daya penunjang perang seperti minyak, bahan makanan dan bahan tambang untuk pembuatan alat perang.

Jerman kemudian dengan segenap hati mencoba untuk bekerja sama dengan Uni Soviet. Ya, dengan negara musuh bebuyutan ideologi fasisme hanya untuk mendapat sumber daya yang dibutuhkan untuk membantu kelancaran perang. Hingga akhirnya dibuahi perjanjian Molotov – Ribbentrop pada tahun 1939 yang berisi Jerman akan membarter teknologinya ke Uni Soviet dengan jaminan Uni Soviet akan memberi bahan-bahan pendukung perang serta perjanjian non-agresi kedua negara.

Perjanjian disepakati. Bahkan, Uni Soviet turut membantu Jerman dalam invasi militer Jerman ke Polandia pada tahun 1939 dan membagi dua Polandia. Sektor barat untuk Jerman dan Timur untuk Soviet.

Kondisi Uni Soviet dan Jerman yang Ketagihan Perang

Hubungan kedua negara nampak baik-baik saja. Uni Soviet tepat janji untuk selalu mengirimkan persediaan bahan perang kepada Jerman. Uni Soviet sebetulnya mempunyai kepentingan untuk tidak perang dengan Jerman karena Soviet memiliki angkatan perang yang tidak kuat-kuat amat.

Uni Soviet punya banyak alat tempur tapi kalengan danpasukan yang tergolong amatir –karena ulah Stalin dan pimpinan partai Komunis waktu itu yang melancarkan “pembersihan” ke orang-orang yang dianggap musuh negara sehingga kondisi angkatan perang Uni Soviet saat itu banyak diisi orang-orang muda minim pengalaman karena para seniornya banyak dihukum paksa.

Kondisi tersebut membuat Jerman keblinger untuk menyerang negeri merah tersebut. Kemampuan pasukan Jerman yang kenyang perang dan pastinya berpengalaman serta kekuatan teknologi Jerman yang mumpuni membuat Hitler mulai memfokuskan perang baru di timur Eropa. Babak baru peperangan dimulai, Jerman yang ketagihan perang bersiap untuk menyantap mangsanya kembali.

Operasi Barbarossa

Operasi militer direncanakan secara matang untuk meraup sebanyak-banyaknya sumber daya Uni Soviet serta meruntuhkan ideologi Komunisme dari bumi Eropa. Tak pelak, tiga juta pasukan Jerman atau hampir setengah dari seluruh pasukan militer Jerman dikerahkan untuk menyerang Soviet ditambah tujuh ribu kendaraan lapis baja dan ribuan pesawat tempur untuk menjebol pertahanan Paman Stalin tersebut.

Uni Soviet sebenarnya mempunyai hampir tiga juta pasukan yang ditempatkan di seluruh kawasan barat Uni Soviet beserta dua puluh lima ribu kendaraan lapis baja serta belasan ribu pesawat tempur. Namun, peperangan sesungguhnya akan memperlihatkan kekuatan asli kedua negara.

Surprise Maut Jerman, Petaka Uni Soviet

Di sepertiga malam hari Minggu, 22 Juni 1941 tentara Jerman yang sudah sangat siap merangkak perlahan menembus pertahanan Uni Soviet yang kebanyakan masih asik tidur atau bersantai karena itu hari minggu, hari libur bagi seluruh tentara. Banyak dari tentara merah (sebutan tentara Uni Soviet) masih terlelap bahkan belum menyiapkan pertahanan menahan musuh.

Jerman secara sadar telah melanggar perjanjian dengan Uni Soviet untuk tidak saling menyerang. Serangan demi serangan Jerman berhasil memukul mundur tentara merah hingga pada hari pertama ratusan ribu tentara merah dapat ditawan, belasan ribu kendaraan lapis baja dapat dihancurkan dan ribuan pesawat hancur karena lapangan udaranya dibom bertubi-tubi oleh angkatan udara Jerman. Moskwa dibuat kalang kabut karena dalam hitungan jam, negaranya dapat ditembus tak terhentikan oleh mantan temannya sendiri.

***

Operasi Barbarossa sendiri menjadi permulaan dari pertempuran antara Jerman dan Uni Soviet di Perang Dunia 2. Ajang sparing antara dua negara yang masing-masing bermusuhan ideologinya dan menjadi ajang pembantaian manusia paling kejam selama perang.

Penulis: Bima Aditya Fajrian

Penyunting: Aunillah Ahmad