Ketika kita menjadikan Islam sebagai topik pembahasan dalam suatu pembicaraan, tidak jarang kita mendapatkan respon yang kurang baik dari lawan bicara kita, dengan berkata “Jangan bahas soal Islam dong, ganti topik lain aja yang lebih seru dan menarik” atau ada juga yang berkata “Udah lah, kita tuh jadi umat Islam ya biasa-biasa aja. Jangan terlalu fanatik gitu deh.”
Mungkin bagi orang yang berkata seperti itu menganggap bahwasannya ucapannya tersebut hanyalah ucapan biasa tanpa makna, padahal tanpa dia sadari dirinya sudah terpapar sebuah penyakit yang sering disebut sebagai Islamophobia.
Jika membahas mengenai pengertian dari Islamophobia akan ada banyak sekali pengertian dari Islamophobia itu sendiri, tapi pada kesempatan kali ini saya akan mencoba menyederhanakan pengertian dari Islamophobia.
Islamophobia itu seperti sebuah penyakit mental terkait cara pandang seseorang dalam menilai agama Islam. Orang tersebut mengklaim bahwasannya Islam itu agama yang buruk, atau bahkan menganggap Islam itu agama yang sesat, yang dimana pada akhirnya seseorang dengan pandangan tersebut teradap Islam akan membuat dirinya merasa takut dengan keadaan Islam itu sendiri.
Diperkirakan Islamophobia ini sudah muncul ketika perang Salib pada tahun 1095, seketika itu juga Islam dicitrakan jelek, lalu kemudian manusia pada masa itu menggap bahwa Islam itu buruk, Islam itu jahat dan membunuh orang-orang Kristen di Palestina.

Islamophobia ini muncul baik dalam berupa perkataan, perbuatan, maupun pemikiran. Sebagai contoh bukti nyata dari adanya penyakit Islamophobia ini, saya merujuk pada kasus yang terjadi pada Muskan Khan salah seorang pelajar Muslimah di Karnataka, India pada tahun 2021 lalu.
Polemik tersebut dimulai saat siswa di sebuah kampus Karnataka mulai memprotes larangan pengguanaan hijab bagi perempuan Muslimah pada bulan lalu. Menurut pihak kampus, siswa di perbolehkan mengenakan hijab di kampus, tetapi tidak berlaku jika di dalam kelas.
Hal tersebut kemudian membuat Muskan Khan dan para Muslimah lainnya yang ada di India melakukan unjuk rasa, akan tetapi bukan keadilan ataupun toleransi yang mereka dapat melainkan kekerasan dan penghinaan dari masyarakat India yang terus menghantam mereka.

Terdapat dugaan bahwasannya aksi tersebut merupakan agenda sayap kanan Hindu untuk memaksakan nilai-nilai mayoritas pada minoritas. Jika mereka termasuk orang-orang yang belum mengetahui banyak informasi maupun refensi tentang agama Islam, mungkin kebencian dan rasa tidak nyaman mereka terhadap umat Islam di lingkungannya masih bisa ditoleransi bagi saya.

Akan tetapi, hal tersebut seharusnya tidak serta merta dapat mereka jadikan alasan untuk melakukan tindak kekerasan.

Penyakit Islamophobia ini bukan suatu penyakit yang timbul tanpa sebab, terdapat beberpa faktor yang menyebabkan seseorang mengidap penyakit Islamophobia, salah satu faktor tersebut diantaranya yaitu ketika seseorang memahami dan memperoleh informasi terkait agama Islam melalui referensi atau sumber yang salah.
Islamophobia tidak hanya menyebar pada mereka-mereka yang non muslim saja, Islamophobia pun bisa timbul dalam diri seseorang yang beragama Islam. Dimana orang tersebut akan merasa keberadaan Islam itu dapat mengancam mereka dan selalu menilai buruk agama Islam dalam segala hal.
Dan tentunya hal tersebut bukanlah sesuatu yang wajar bagi saya, karena pada dasarnya kita sebagai umat Islam bukankah seharusnya jauh lebih memahami mengenai agama kita sendiri? Dan bukankan makna dari iman itu sendiri yaitu ketika kita mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati baik melalui perkataan maupun perbuatan.
Jika dalam diri seorang umat Islam tidak memiliki iman, lantas apa yang mereka yakini dan percayai dalam agamanya?. Dan yang lebih menkhwatirkan lagi, ketika seorang muslim yang memiliki penyakit Islamophobia ini justru membuat orang-orang yang ada disekitarnya untuk ikut menganggap bahwa agamanya inilah yang bermasalah.
Seperti contoh, terdapat sebuah film yang dibuat oleh sekumpulan orang yang beragama Islam akan tetapi isi film dari tersebut sangatlah kontradiktif dengan Islam. Saya sangat menyayangkan jika fenomena tersebut justru malah menjadi suatu hal yang mereka anggap biasa. 

Terdapat banyak agama di dunia ini, akan tetapi sependek sepengetahuan saya, penyakit seperti Islamophobia ini hanya terjadi pada agama Islam saja. Belum pernah saya mendengar ada Kristenphobia, maupun Budhaphobia.
Lalu mengapa penyakit ini bisa menyerang agama Islam? Karena mayoritas umat Islam khususnya pada zaman ini mengaggap bahwa indikator penyebab munculnya penyakit Islamophobia ini sebagai suatu bentuk toleransi, seperti seorang muslim yang lebih memilih berkunjung ke tempat ibadah agama lain dibandingkan berkunjung ke rumah sanak saudara sesama umat Islam untuk mempererat tali silaturahmi, atau seorang muslim lebih sering mengucapkan salam yang telah digabungkan dengan ucapan salam dari agama lain.
Ini cukup membuat saya merasa gagal memahami konsep toleransi seperti apa yang sebenarnya mereka lakukan. Karena bagi saya, toleransi antar umat beragama ada untuk menciptakan kerukunan dan rasa saling menghargai, bukan untuk saling meleburkan agama satu sama lain. Islamophobia dikalangan orang muslim ini jauh lebih berbahaya, kenapa? Karena seolah-olah mereka memiliki legitimasi.
Misalnya, jika orang non muslim ada yang meyampaikan “Al-Qur’an adalah  petunjuk yang salah” maka umat muslim tidak akan ada yang percaya dan bahkan justru merasa marah. Akan tetapi, lain hal nya jika seorang kiyai ataupun tokoh penting Islam yang menyampaikannya, tentu hal tersebut akan jauh lebih mengkhwatirkan.
Terkadang ketika saya sedang merenungkan perihal penyakit Islamophobia ini, seringkali terbesit keraguan dalam diri saya dengan berkata “Jangan-jangan selama ini saya bukan mencitai agama Islam, melainkan saya hanya mencitai diri saya sendiri” atau “Jangan-jangan amalan maupun ibadah yang saya lakukan selama ini hanya sebatas kemauan, bukan suatu keharusan dari agama Islam itu sendiri yang memang wajib saya lakukan.”
Dan tidak jarang pula ketika cara kita dalam beragam itu mendapat kritikan maupun penghinaan dari orang lain, seringkali kita melakukan pembelaan dengan menjadikan harkat dan martabat Islam sebagai alasannya. Padahal tanpa kita sadari, bisa saja pembelaan yang kita lakukan itu bukan semata-mata untuk menjaga nama baik aga Islam, melainkan kita hanya sedang menjaga nama baik kita sendiri dimata orang lain.
Maka dari itu, sebaiknya kita sebagai umat Islam senantiasa selalu bermuhasabah dan mengintropeksi diri atas segala hal, khususnya terkait pemaham maupun cara kita dalam beragama yang sesuai dengan perintah Allah Subhannahu wa Ta’ala, selalu berusaha memperbaiki segala sesuatu yang salah dalam diri untuk kemudian mengubahnya kearah yang benar dan lebih baik, serta lebih selektif lagi dalam mencari informasi tentang Islam agar kita terhindar dari refernsi yang salah dan membawa pengaruh buruk untuk diri kita.

Editor: Ciqa

Gambar: Google