Siapa bilang ayam paling gurih itu ayam goreng McDonalds? Kalau kamu merasa begitu, mungkin jam ngopimu kurang malam. Kamu juga salah, kalau mengira jawabannya adalah ayam KFC. Akan salah juga kalau mengira ayam Nelongso. Jawaban yang paling tepat tidak lain dan tidak bukan yakni ayam kampus.

Setidaknya dari analogi gerai ayam tersebutlah, jaringan prostitusi dan pekerja seks komersial di lingkungan perguruan tinggi, sering dijuluki dengan ayam kampus. Hal yang mereka jual tidak jauh beda dengan gerai ayam goreng pada umumnya. Yaitu dada, paha, atau bahkan ada yang menyediakan paket komplit.

Namun, beberapa kali ditemukan ada juga yang menjual paket tambahan ‘brutu’. Anehnya, hampir tidak ada yang menjual ‘ceker’.

Tulisan ini saya buat bukan berdasarkan khayalan semata. Kebetulan, jam ngopi saya lebih malam ketimbang beberapa teman-teman lainnya. Hal inilah yang membawa saya pada satu momen yang istimewa, yakni bercakap langsung dengan mantan ‘ayam kampus’.

Sekaligus saya mencoba mengulik data tambahan yang lalu lalang di Internet. Tentu, untuk mencoba membuktikan rumor-rumor yang santer terdengar di kalangan mahasiswa.

Fenomena ini lazim ditemui di Perguruan Tinggi (PT) besar Indonesia. Tak terkecuali di salah satu PT yang terletak di pinggiran Kota Malang. Sebagai salah satu kampus favorit di daerahnya, Universitas Naik Turun (UNT) cukup menarik perhatian ‘pria-pria hidung belang’. Karena, prosentase ayam kampusnya banyak. Jangan terkejut dulu, konon masih ada kampus lain di Malang yang punya lebih banyak ayam kampus dari pada UNT.

Daya Tarik ‘Ayam Kampus’

Pria-pria hidung belang berdompet tebal lebih suka memakai jasa ayam kampus dari pada Pekerja Seks Komersial (PSK) di lokalisasi. Alasannya, karena sistem ayam kampus cenderung lebih eksklusif. Tidak seperti lokalisasi yang PSK-nya mangkal dan pembayarannya cash.

Sebagai orang yang berpendidikan, ayam kampus menerapkan sistem yang lebih aman. Mereka tidak buka-bukaan kepada khalayak jika dirinya bisa ‘disewa’.

Beberapa dari mereka memang memiliki mucikari atau lebih akrab disebut germo. Merekalah yang mengatur para ayam kampus beraksi. Biasanya mereka menerapkan sistem DP (uang muka), untuk membuktikan kesungguhan pembeli dalam bertransaksi.

Dan modus paling umum dalam mencari ayam kampus adalah melalui Diskotik. Awalnya cuman diajak minum-minum, setelah ‘teler’ baru ‘dibungkus’ (istilah untuk perilaku membawa perempuan mabuk menuju kamar untuk diajak bersenggama).

Beberapa dari mereka juga menawarkan jasa melalui akun sosial media. Para ayam kampus ini lebih banyak beroperasi melalui Mi-Chat dan Twitter. Ada kode-kode khusus yang menunjukkan bahwa mereka bisa disewa. Bagi pengguna Twitter, mungkin tidak asing dengan hastag #avail, #expo maupun #bispak.

Tak sedikit pula yang memilih jalur ‘indie’. Mereka bergerak sendiri dalam mencari pelanggannya. Biasanya mendapatkan tamu dari circle pergaulan mereka. Baik pergaulan dalam kampus maupun luar kampus. Harganya pun bervariasi, tergantung ‘kualitas ayam kampusnya’.

Variasi Tarif Jasa Mereka

Paling murah di lingkungan UNT sekitar 500 ribu dalam semalam, bahkan diatasnya pun lebih banyak. Tak sedikit juga yang memasang harga hingga jutaan rupiah.

Berbicara tentang kualitas, masih saja terjadi diskriminasi terhadap warna kulit. Kulit yang lebih gelap harganya cenderung lebih murah dari pada yang memiliki kulit terang. Bentuk tubuh terkadang juga menjadi pertimbangan lain dalam menentukan range harga.

Makanya jangan bangga ketika mungkin berhasil meniduri mahasiswi tanpa membayar sepeserpun. Itu bukan berarti mereka jual murah, tapi mungkin kamu aja yang ‘Fakboy’.

Tempat eksekusinya pun tidak main-main. Mereka bermain di kelas kakap, yaitu Hotel dan Apartemen. Apartemen yang paling sering digunakan biasanya terletak di kawasan jalan arteri Kota Malang. Dan mungkin dalam beberapa tahun kedepan apartemen tersebut mulai tak laku, karena sedang dibangun apartemen baru di dekat kampus UNT dengan yang lebih premium.

Ayam kampus pun tak mengenal semester. Dari mahasiswa baru hingga mahasiswa semester tua yang tak kunjung mendapatkan bimbingan skripsi pun, semuanya ikut serta. Di kampus UNT sendiri, ada dua Fakultas yang sering disebut sebagai gudangnya ayam kampus. Pertama di gedung satu dan satunya lagi di gedung empat.

Faktor terbesar yang mempengaruhi mereka terjerumus kedalam kubangan ayam kampus biasanya karena pergaulan. Banyak dari mereka yang mengikuti gaya hidup hedon. Hal ini membawa mereka untuk menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang yang banyak dan cepat. Selain itu, tak sedikit pula yang terpaksa masuk ke dunia prostitusi dilatarbelakangi alasan ekonomi.

Malang sebagai salah satu Las Vegas-nya Jawa Timur memang memberikan banyak godaan duniawi. Saya simpulkan, semua yang ada dalam hidup ini adalah pilihan. Mau menjadi apapun adalah keputusan diri yang tak boleh diganggu oleh orang lain. Fenomena ini mengajak kita untuk mawas diri sekaligus memandang dunia dari banyak sisi. Di ujung tulisan ini, saya teringat lagu Jamrud yang berjudul Putri.

Putri …
Sayang tubuhmu kok digratisin
Hanya untuk kejar satu kata
Biar dibilang seksiSegala macam kau suka asal bau USA
Bercinta di drive in sambil weekend

Tulisan ini sebelumnya pernah tayang di lintasbatas.co