Mendengar nama Banyuwangi, seketika dalam pikiran saya tertuju pada kabupaten yang memiliki bergama tempat wisata. Hal itu membuat hati saya berkeinginan untuk mengunjungi Banyuwangi. Meski keinginan saya untuk berkunjung ke sana sangat lama terwujudkan. Sebab, untuk pergi ke Banyuwangi membutuhkan ongkos yang menguras dompet.  

Belum lagi masalah lamanya waktu tempuh perjalanan yang harus saya lalui dari Sumenep ke Banyuwangi. Bisa dibayangkan, letak geografis Sumenep yang berada di ujung timur Madura, begitu juga letak geografis Banyuwangi di ujung timur Jawa Timur. Membayangkan perjalanannya saja, sudah membuat badan pegal-pegal dan bokong terasa panas karena lamanya perjalanan.

Namun, ada satu kesempatan yang akhirnya bisa membuat saya pergi ke Banyuwangi. Kesempatan itu datang ketika saya diajak oleh kerabat yang akan pergi berlibur ke sana. Ajakan tersebut langsung saya terima.

Wisata Banyuwangi

Perjalanan wisata ke Banyuwangi dilakukan dengan menaiki mobil pribadi dari Sumenep. Menaiki mobil pribadi adalah jalan terakahir yang dipilih. Mengingat tidak ada kereta di Madura. Ingin menaiki pesawat, harganya sangat mahal ketika musim liburan. Sebenarnya saya dan kerabat saya bisa menaiki bus. Hanya saja kerabat saya menolaknya. Karena jika naik bus tidak bisa menikmati perjalanan.

Pada saat mobil berangkat dari Sumenep, hal pertama yang saya lakukan adalah memperkirakan lamanya perjalanan yang akan ditempuh. Saya menghitung kemungkinan waktu tempuh untuk sampai ke Banyuwangi melalui Jalur Pantura sekitar 11 jam. Perhitungan tersebut adalah waktu kotor, karena saya juga menghitung waktu yang terbuang di perjalanan.

Saya berusaha untuk menikmati perjalanan dengan memutar lagu dangdut Banyuwangi-an selama berada di jalan. Selain itu, saya juga meminum obat Antimo agar bisa tidur pulas di mobil. Setidaknya dengan cara semacam itu bisa mengurangi kadar lelah saya.

Akan tetapi, saya tetap saja merasakan kelelahan setibanya di Banyuwangi. Kelelahan itu diakibatikan oleh waktu tempuh yang ternyata memakan waktu 13 jam. Lamanya waktu tempuh disebabkan oleh kondisi jalanan yang macet. Ditambah lagi dengan kondisi jalan yang naik-turun.

Dengan kondisi kelelahan,  saya dan kerabat saya setibanya di Banyuwangi memutuskan untuk langsung menuju ke tempat penginapan. Kemudian, saya dan kerabat saya berembuk cara agar tidak kelelahan untuk pergi ke tempat wisata besok harinya. Cara yang diambil adalah tidak tidur larut malam dan menyimpan energi dengan melakukan sarapan terlebih dahulu.

Sayangnya, rencana yang sudah dilakukan demi tidak kelelahan saat pergi ke tempat wisata, sepertinya percuma saja. Waktu tempuh untuk sampai ke tempat wisata di Banyuwangi sangat lama. Pada hari pertama, saya dan kerabat saya berencana untuk pergi ke tiga tempat wisata. Pertama, Pantai Pulau Merah. Dibutuhkan waktu tempuh 1 jam dari penginapan agar bisa sampai di lokasi.

Salah Satu Surga Indonesia

Kedua, adalah Hutan Pinus. Agar bisa sampai ke sana, harus menempuh waktu selama 2 jam dari Pantai Pulau Merah dengan kondisi jalan yang menanjak. Lokasi wisata yang terakhir, yakni Pantai Boom. Sebenarnya saya tidak mau pergi ke sana, mengingat waktu tempuhnya juga lama dari Hutan Pinus. Sayangnya, kerabat saya tetap kekeh untuk ke sana, karena ingin mengetahui panoramanya saat malam hari.

Dengan waktu tempuh antar-lokasi wisata di Banyuwangi yang lama, hampir membuat saya sempoyongan di dalam mobil. Untung saja saya masih bisa menahan diri. Begitu juga saat perjalanan wisata hari kedua. Pada hari kedua, bukan hanya pergi ke tempat wisata, melainkan juga pulang dengan lewat jalur Gunung Gumitir. Awalnya, saya sempat menolak untuk pulang lewat jalur itu.

Ada dua alasan yang membuat saya menolaknya. Pertama, kondisi jalannya yang tanjakan dan berkelok-kelok. Akan membuat jantung berdegup kencang. Kedua, waktu tempuhnya semakin lama untuk sampai ke Sumenep. Kendati demikian, kerabat saya tetap ingin lewat Gunung Gumitir untuk bisa menghapuskan rasa penasarannya terhadap panoramanya.

Setibanya di Sumenep, kerabat saya bercerita jika sebenarnya rasa penasarannya seketika berubah menjadi rasa takut sepanjang melewati Gunung Gumitir. Saya yang mendengar cerita tersebut hanya tertawa dan berkata “Rasakan! salah siapa ngotot lewat Gunung Gumitir.”

Dengan demikian, saya bisa memberikan penilaian jika Banyuwangi memang pantas disebut sebagai salah satu surga Indonesia dengan keindahan wisatanya. Komponen esensial yang harus dilakukan adalah menghitung waktu secara presisi, agar bisa menikmati keindahan wisata Banyuwangi.

Editor: Nirwansyah

Gambar: Merdeka.com