Nama Nadin Amizah, penyanyi yang sedang berada di puncak karirnya ini, memang sedang ramai dibicarakan akhir-akhir ini. Nadin Amizah ramai dibicarakan karena dua hal, karyanya dan kontroversinya. Perihal karyanya, kita semua pasti sudah tahu, bahwa Nadin baru saja merilis album beberapa bulan lalu, dan video musik lagu “Bertaut” mendapatkan jutaan penonton di Youtube. Ini tentu sebuah pencapaian luar biasa, yang belum tentu bisa dicapai oleh musisi-musisi lain, mengingat Nadin mencapainya saat masih usia 20 tahun. Angkat topi untuk perjuangan Nadin dalam bermusik selama ini. Tetapi selain karya, belakangan Nadin Amizah juga gencar dibicarakan masalah kontroversi terkait beberapa ucapan dan statement-nya. 

Memilih Berbahasa Indonesia Baku, Apa yang Salah?

Kalau kita ingat beberapa waktu lalu, Nadin sempat “dirujak” habis-habisan oleh warganet terkait kebiasaan Nadin yang menggunakan bahasa baku dan puitis, yang ternyata menginspirasi banyak orang untuk melakukan hal serupa. Belum lagi soal tulisan “Terima Kasih Sudah Berjuang Sejauh Ini” yang kerap ada di panggung Nadin, tidak luput jadi sasaran perundungan. Nadin disebut-sebut sok puitis, sok indie, bahkan dianggap aneh dan cringe. 

Terkait ramai-ramai ini, Nadin bahkan harus menegaskan kembali statement-nya, bahwa tidak masalah kok kalau Nadin, dan anak-anak muda seusianya mau menggunakan bahasa baku atau bahasa puitis. Tidak ada yang salah. Perilaku kita, para warganet, yang suka merundung orang-orang yang memakai bahasa baku dan puitis, hanya akan mematikan keinginan anak-anak muda untuk menggunakan atau belajar bahasa baku dan puitis. Nadin benar, bahwa terkadang kita, para warganet, yang mengaku sebagai warga negara yang cerdas dan open-minded kerap mematikan keinginan orang lain tanpa perasaan bersalah. 

Masalah Statement ‘Kaya dan Sedekah’ Nadin Amizah 

Masalah bahasa baku dan puitis baru mereda, Nadin sudah dapat masalah baru. Kali ini terkait pernyataannya yang dianggap tidak sesuai oleh sebagian warganet. Singkatnya, Nadin Amizah diundang di podcastnya Deddy Corbuzier. Mereka berbincang banyak hal. Nah, ada momen di salah satu perbincangan dimana Nadin memberikan pernyataan yang kurang lebih “menyuruh” kita untuk jadi orang kaya, supaya lebih mudah bersedekah. Tidak perlu menunggu terlalu lama, potongan klip ini segera saja beredar di berbagai macam media sosial, dan Nadin kembali “dirujak’ oleh warganet.

Kali ini perundungan yang diterima oleh Nadin lebih besar dan lebih masif daripada masalah sebelumnya. Semua hujatan dan counter-narasi ditujukan pada Nadin secara sporadis dan berlebihan. Tapi satu hal yang menarik. Sebagian warganet yang merundung Nadin kali ini, adalah mereka yang juga merundung Nadin terkait masalah sebelumnya. Mereka adalah warganet yang mengakunya open-minded, paling peduli, paling humanis, paling moralis, paling segalanya, lah. Ngaku paling humanis, paling moralis kok merundung. Sok humanis sok moralis tai kucing memang.

Akibat perundungan ini, Nadin bahkan harus menyampaikan permintaan maaf di media sosialnya. Gila, lho. Padahal, ucapan Nadin tidak melanggar apa pun. Nadin hanya bicara sesuai kelasnya, dan kalau kita ada di posisi Nadin, kita pun mungkin akan bicara hal yang serupa. Nadin mungkin bicara seusai apa yang dia alami dan apa yang dia yakini. Kalau memang itu berseberangan dengan apa yang dialami dan diyakini oleh warganet yang maha benar, apa pantas dirundung dan dihujat habis-habisan seperti itu? Kalau ngakunya open-minded, ya jangan dirundung, dihujat habis-habisan, lah, ajak diskusi gitu lho! 

Jahatnya Perundungan dari Warganet

Jahat sekali merundung seorang remaja yang baru saja menginjak usia kepala dua. Sampai-sampai membuat permintaan maaf atas pernyataan yang sebenarnya tidak salah. Mereka yang merundung pun kebanyakan orang dewasa, yang setidaknya berusia 20-an akhir, atau 30-an. Orang-orang seperti ini lah yang membuat anak-anak muda seusia Nadin malas berpendapat. Berbeda sedikit diserang, berseberangan dihujat habis-habisan. Nadin itu masih muda, masih 20 tahun, masih banyak hal-hal yang belum dirasakannnya. Jadi ya wajar kalau opininya seperti itu. Masa harus sesuai dengan standar kedewasaan kalian, sih?

Tulisan ini bukanlah sebuah pembelaan terhadap opini Nadin. Bukan. Buat apa juga saya membela Nadin, tidak ada untungnya buat saya. Saya tidak mengikuti Nadin, tidak mendengarkan musik atau lagunya Nadin, dan saya bahkan tidak sepenuhnya sepakat dengan pendapatnya.

Saya hanya heran, kok bisa-bisanya anak muda usia 20 tahun, dirundung habis-habisan oleh orang-orang dewasa, yang usianya jauh di atas Nadin, hanya karena opininya berbeda, sampai-sampai harus meminta maaf secara publik. Kalau tabiat seperti ini masih tidak diubah, akan banyak Nadin amizah lain yang jadi korban. Ckck, jahat sekali, memang. Benar kata Nadin, bahwa hidup berjalan seperti bajingan.

Penyunting: Halimah
Sumber gambar: Okezone Celebrity